Kamis, 25 November 2021

MATERI BUMI SEBAGAI RUANG KEHIDUPAN

Salam sehat smantizen….. untuk KD 3.4 kita membahas tentang BUMI SEBAGAI RUANG KEHIDUPAN
Jangan lupa untuk membaca materi ini karena ini adalah bahan untuk ujian semester. Buat peta konsep materi. Benar benar pahami materi…………………….
Kompetensi Dasar:
3.4 Menganalisis dinamika planet Bumi sebagai ruang kehidupan
4.4 Menyajikan karakteristik planet Bumi sebagai ruang kehidupan dengan menggunakan peta, bagan, gambar, tabel, grafik, foto dan/atau video
A.      Teori Pembentukan Tata Surya
a.    Teori Pasang Surut 
 Gambar 1. Teori Pasang Surut
        
Gambar 1. Teori Pasang surut  
Sumber : https://ilmugeografi.com/astronomi/teori-pasang-surut
 Teori ini dikemukakan oleh Sir James Jeans (1877-1946) dan Harold Jeffreys tahun (1891) Menurut mereka,terdapat bintang raksasa mendekati Matahari yang menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh Matahari yang saat itu masih berupa gas. Peristiwa itu membentuk gelombang raksasa pada tubuh Matahari yang disebabkan oleh gaya tarik bintang. Gelombang yang membentuk lidah pijar akan mengalami perapatan gas hingga terpecah menjadi planet-planet.
b.   Teori Ledakan Besar

Gambar 2. Teori ledakan besar
Sumber: https://www.harapanrakyat.com
 Teori ledakan besar (big bang) menjadi salah satu yang paling terkenal. Teori ini menyebutkan bahwa bumi terbentuk selama puluhan miliar tahun. Mulanya, terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut menyebabkan bagian-bagian kecil dan ringan dari kabut terlempar ke luar dan berkumpul membentuk cakram raksasa cakram tersebut meledak, membentuk galaksi dan nebula-nebula.

Selama kurang-lebih 4,6 miliar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk Galaksi Bima Sakti yang di dalamnya terdapat Tata Surya. Bagian ringan yang terlempar keluar di awal mengalami kondensasi hingga membentuk gumpalan yang mendingin dan memadat menjadi planet-planet, termasuk Bumi.

 

c.    Teori Nebula

Gambar 3. Teori Nebula

                                                        Sumber:https://www.konsepgeografi.net/2016/07/teori-nebula.html
Teori nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant di tahun 1755 yang kemudian disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace di tahun 1796. Karena itu, teori ini juga sering dikenal sebagai teori ”nebula” Kant-Laplace.

Teori ini menyebutkan bahwa di alam semesta terdapat kabut yang terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula. Gaya tarik-menarik antargas membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Proses perputaran ini mengakibatkan materi kabut di bagian khatulistiwa terlempar dan berpisah, kemudian memadat karena penurunan suhunya. 

 





d.    Teori Planetasimal

Gambar 4. Teori Planetasimal

Sumber: https://www.geologinesia.com/2017/10/teori-pembentukan-tata-surya-menurut-perspektif-sains.html

Di awal abad ke-20, seorang ahli astronomi Amerika Forest Ray Moulton (1872-1952) beserta ahli geologi Thomas C. Chamberlin (1843-1928) seorang ahli geologi mengemukakan teori planetesimal. Teori ini menyebutkan bahwa Matahari tersusun dari gas yang bermassa besar. Pada satu titik, bintang lain yang berukuran hampir sama melintas dekat dengan Matahari sehingga hampir menjadi tabrakan. Akibatnya, gas dan materi ringan di bagian tepi Matahari dan bintang tersebut menjadi tertarik.

 

e.    Teori Bintang Kembar

Gambar 5. Teori Bintang Kembar 
 Sumber: https://ilmugeografi.com/astronomi/teori-bintang-kembar
Teori pembentukan Bumi yang terakhir dikenal dengan sebutan teori bintang kembar. Teori ini dicetuskan oleh ahli astronomi Raymond Arthur Lyttleton. Menurutnya, galaksi merupakan kombinasi dari bintang kembar. Salah satu bintang tersebut meledak dan menyebabkan banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak memiliki gaya gravitasi yang kuat, sebaran pecahan ledakan bintang lainnya mengelilingi bintang tersebut. Bintang yang tidak meledak kemudian dikenal dengan Matahari, sementara pecahan- pecahannya adalah planet yang mengelilinginya.

 

B.       Teori Pembentukan Bumi
Pada awal pembentukan seluruh bagian planet Bumi relatif dingin, namun lama kelamaan meningkat suhunya menjadi seperti saat ini. Sejumlah ahli memberikan penjelasan dengan mengajukan tiga faktor penyebab naiknya suhu di Bumi, yaitu karena adanya akresi, kompresi dan disintegrasi atau penguraian unsur-unsur radiokatif.

Akresi adalah penambahan panas oleh benda-benda angkasa. Kompresi adalah proses pemadatan Bumi karena gaya gravitasi. Bagian dalam bumi menerima tekanan yang lebih besar dibanding bagian luarnya. Tingginya suhu pada bagian inti Bumi mengakibatkan unsur besi mencair. Sedangkan disintegrasi adalah proses penguraian unsur-unsur radioaktif seperti uranium, thorium dan potasium, dimana pada saat proses penguraian diiringi dengan proses pelepasan panas.

Gaya dan proses yang terjadi di dalam bumi akan dapat menyebabkan terbentuknya berbagai macam bentuk muka bumi, seperti terjadinya daratan (benua), pegunungan dan perbukitan, cekungan, lembah, tebing, dan lain-lainnya yang merupakan relief muka bumi.

Berikut ini adalah beberapa teori pembentukan muka bumi menurut para ahli:

1)        Teori Kontraksi dan Pemuaian (Contraction and Expasion Theory)

Awalnya teori ini dicetuskan oleh Descrates (1596-1650) dan didukung oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Descrates menyebutkan bahwa bumi terus mengalami penyusutan dari masa  ke masa karena adanya proses pendinginan. Akibat dari proses penyusutan ini permukaan bumi mengkerut dan terbentuklah relief berupa gunung, lembah dan dataran. Teori ini belum dapat menjelaskan proses terbentuknya daerah-daerah tekanan.

2)        Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)

Teori yang dikemukakan oleh Edward Zuess pada tahun 1884 menyebutkan bahwa bumi awalnya terdiri atas dua benua yang sangat besar yaitu Laurasia di bagian kutub utara (benua Asia, Eropa dan Amerika Utara) dan Gondwana pada bagian kutub selatan (benua Afrika, Australia dan Amerika Selatan).

3)        Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)

Pada tahun 1912, Alfred Wegener mengemukakan bahwa pada awalnya hanya terdapat satu benua yang sangat besar dimuka bumi yang disebut Pangea. Kemudian Pangea ini terpecah dan terus mengalami perubahan melalui pergerakan dasar laut. Gerakan sentripugal dari rotasi bumi menyebabkan pecahan-pecahan pangea tersebut bergerak ke arah barat menuju ekuator. Teori ini didukung dengan bukti-bukti bahwa terdapatnya kesamaan garis pantai, batuan dan fosil antara Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur.

 4)        Teori Konveksi (Convection Theory)

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Arthur Holmes sekitar tahun 1927, kemudian dikembangkan oleh Harry H. Hess dan Robert Diesz. Teori ini menyebutkan bahwa terdapat arus konveksi dari dalam mantel bumi yang terdiri dari massa berupa lava. Ketika arus konveksi ini membawa lava sampai ke permukaan bumi di bagian punggung tengah samudra (mid oceanic ridge), menyebabkan lava tersebut membeku dan membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lama. Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapatnya bagian mid oceanic ridge seperti mid Atlantic Ridge dan Pasific Atlantic Ridge. Selain itu berdasarkan sebuah penelitian mengenai umur laut juga dibuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudera, umur batuan-batuannya semakin tua.
5)        Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)

Teori yang dikemukakan oleh Tozo Wilson sekitar tahun 1965 ini menyebutkan bahwa kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer, dan lempeng-lempeng pembentuk kulit bumi ini selalu bergerak karena adanya pengaruh arus konveksi dari lapisan astenosfer.

Litosfer bumi terdiri dari dua lempeng yaitu lempeng benua dan lempeng samudera. Lempeng samudera tersusun oleh batuan basa yang dapat dijumpai di dasar samudera, sedangkan lempen benua tersusun oleh batuan asam.

Berdasarkan arah pergerakan lempeng tektonik ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a)    Gerak konvergen yaitu berupa gerakan saling bertubrukan antar lempeng tektonik, baik lempeng benua maupun lempeng samudra. Beberapa pegunungan seperti Himalaya muda, Alpen, Rocky dan Andes disebut merupakan relief yang terbentuk akibat proses kenvergensi ini.

Ada tiga jenis gerakan konvergen yaitu:

-               Subduksi : Pergerakan konvergen antara lempeng benua dan lempeng samudera, dengan lempeng samudera jatuh di bawah lempeng benua, karena gravitasi spesifik lempeng benua kurang dari lempeng samudera. Contohnya adalah parit yang membentang dari barat Sumatra, selatan Jawa, ke selatan Nusa Tenggara.

-               Obduksi : Pergerakan konvergen diantara kerak benua dan kerak samudera, tempat kerak benua tenggelam/ menunjam di bawah kerak samudera. Penunjaman ini terjadi yakni karena adanya perubahan dari batas lempeng divergen kemudian menjadi konvergen, menimbulkan terjadinya kerak benua berbenturan dengan kerak samudera.

-               Kolisi : Gerakan konvergen antara lempeng benua dan lempeng benua. Kedua pelat memiliki massa jenis yang tidak berbeda untuk membentuk pegunungan yang tinggi, seperti Pegunungan Himalaya.

b)   Gerak divergen, yaitu Gerakan lempeng dimana lempeng bergerak saling menjauh, dengan gaya yang bekerja pada gerakan ini adalah gaya tarik (tensional). Perbedaan ini menyebabkan magma naik dari pusat bumi, membentuk dasar lautan atau kerak samudera. Contohnya adalah MOR (Mid Ocean Ridges) di dasar Samudera Atlantik;

c)    Sesar Mendatar (Transform), yaitu gerakan berlawanan arah yang menyebabkan terjadinya pergesekan antar lempeng tektonik. Sesar San Andreas yang terbentang sepanjang 1.200 km merupakan salah satu relief yang terbentuk akibat adanya proses transform ini.

0 komentar:

Posting Komentar