Jumat, 29 Oktober 2021

KETAHANAN PANGAN

Indeks Ketahanan Pangan Di Kepri

Dampak dari persebaran covid selain perekonomian juga menyenggol ketahanan pangan. Sebagian akibat rendahnya produksi komoditas pangan, sebagian lainnya akibat kebijakan lockdown di sejumlah negara. Ancaman serupa juga terjadi di tanah air, apalagi kebutuhan pangan di dalam negeri sebagian masih bergantung impor.

Sejumlah provinsi di tanah air, termasuk Kepri terancam ketahanan pangannya. Bersama dengan Papua, Papua Barat, Maluku dan Bangka Belitung, Provinsi Kepri termasuk rentan pangan. Bahkan, seperti dilansir Lokadata, hampir dua pertiga provinsi di Sumatera termasuk rentan ketahanan pangannya.

Indeks kerentanan pangan di Kepri tertinggi di antara empat provinsi di Sumatera itu. Mengacu indikator stok pangan dan kondisi wilayah, Kementerian Pertanian menyusun peta kerawanan pangan. Berdasar Peta Ketahanan Dan Kerentanan Pangan 2018, terdapat 12 provinsi skor indeksnya di bawah rata-rata nasional, yakni 5,0.

Penyusunan peta berdasarkan tiga indikator utama, yakni ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan. Selain indeks, peta itu juga memuat wilayah rawan pangan dalam tiga kelompok prioritas, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Sedangkan 12 provinsi dengan indeks ketentanan pangan di bawah rata-rata nasional, yakni (1) Provinsi Papua, (2) Papua Barat, (3) Kepri, (4) Maluku, (5) Bangka Belitung, (6) Riau, (7) Nusa Tenggara Timur, (8) Kalimantan Barat, (9) Maluku Utara, (10) Sumatera utara, (11) Bengkulu, dan (12) Sumatera Selatan.

Selanjutnya 22 dari 34 provinsi lainnya terbilang aman lantaran indeksnya berada di atas rata-rata nasional, sebagian besar di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan Provinsi Yogyakarta tertinggi skor indeksnya (6,0), Gorontalo dan Kalimantan Selatan menyusul di urutan selanjutnya.

Kondisi itu sejatinya tak berlebihan, karena sebagain besar provinsi di Jawa dikenal daerah penghasil pangan, begitu pula dengan Gorontalo juga dikenal sebagai lumbung pangan di Sulawesi. Sedangkan Sumatera, sektor pertanian belum sebesar sektor perkebunan. Di Sumatera, sawit, karet dan tanaman monokultur lainnya mendominasi usaha hulunya.

infografis via lokadata.id

Berdasar warna peta ketahanan pangan, hanya Sumatera Barat dan Lampung terbilang rendah ancaman ketahanan pangannya. Kepri, Riau dan Bangka Belitung berada di urutan buncit. Nah, pandemi COVID-19 diyakini menambah tekanan kondisi ketahanan pangan itu.

Karenanya, jika kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diyakini sebagai cara mujarab menekan laju serangan COVID-19, termasuk di Kepri, Pemda perlu mempertimbangkan keseluruhan aspek ketahanan pangan di dalamnya.

Berkaca dari PSBB di DKI Jakarta, menurut Dr. Kuncoro Harto Widodo, Dosen Logistik dan Supply Chain, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, aturan di dalamnya tak hanya terkait ketersedian dan sistem ketahanan pangan saat kebijakan berlangsung.

Namun juga terkait jumlah pasokan, mutu, dan distribusinya. “Saat PSBB berlangsung, Pemda DKI Jakarta harus menjamin pangan yang bisa diakses oleh seluruh individu di dalamnya,” katanya. (*)

Kamis, 28 Oktober 2021

POTENSI KEPRI

POTENSI KEPRI

POSISI GEOGRAFIS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Posisi geografis Provinsi Kepulauan Riau terbentang dari selat Malaka sampai dengan laut (Natuna) Cina Selatan dan berbatasan langsung dengan Vietnam, Malaysia, Kamboja dan Singapore sebagai pusat perdagangan dunia menjadikan Provinsi Kepulauan Riau memiliki peran strategis dalam

lalu lintas perdagangan dunia.Provinsi Kepri memiliki luas wilayah 251.810 km2. Dimana 96% diantaranya merupakan lautan dan 4% berupa daratan yang di rangkai oleh 2.408 pulau dengan garis pantai sepanjang 2.367,6 km.Pusat pusat kegiatan di Provinsi Kepulauan Riau dapat dijangkau dari Singapura dengan jarak tempuh kurang lebih 1 – 2 jam perjalanan menggunakan sarana transportasi laut. Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan 2 (dua) kota, meliputi Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kota Tanjungpinang, dan Kota Batam.

AKSESSIBILITAS
Provinsi Kepulauan Riau dapat di jangkau melalui transportasi udara maupun transportasi laut. Bandara Hang nadim di Batam dan Bandara Raja Haji Fisabililah di Tanjungpinang merupakan gerbang udara dari akses nasional maupun internasional. Selain itu pelabuhan pelabuhan yang tersebar di setiap Kabupaten kota menjadi

pintu masuk di propinsi Kepri melalui laut.Pusat pemerintahan propinsi Kepulauan Riau terletak pulau Dompak. Aksesibilitas Dari pusat pemerintahan Kabupaten / kota ke pusat pemerintahan propinsi adalah sebagai berikut:
1.Dari pusat pemerintahan kota Tanjung Pinang di Senggarang dapat dicapai melalui angkutan darat dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam;
2.Dari pusat pemerintahan Kota Batam dapat dicapai melalui angkutan laut dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam;
3.Dari pusat pemerintahan Kabupaten Bintan dapat dicapai melalui angkutan darat dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam;
4.Dari pusat Pemerintahan kabupaten Karimun dapat dicapai melalui angkutan laut dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam;
5.Dari pusat pemerintahan Kabupaten Lingga dapat dicapai melalui angkutan laut dengan waktu tempuh kurang lebih 4 jam dan angkutan udara dengan waktu tempuh setengah jam;
6.Dari pusat pemerintahan Kabupaten Natuna dapat dicapai melalui angkutan laut dengan waktu tempuh kurang lebih 12 jam dan angkutan udara dengan waktu tempuh kurang lebih satu setengah jam sampai dengan dua jam;
7.Dari pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Anambas dapat dicapai melalui angkutan laut dengan waktu tempuh kurang lebih 8 jam dan angkutan udara dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam.

PROFIL ALAM

Wilayah Provinsi Kepulaunan Riau terdiri dari lautan dan pulau-pulau yang tersebar dari Selat Malaka sampai Laut Natuna. Luas wilayah, Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 9.982,88 km2 berupa daratan dan 415.231,79 km2 berupa lautan.Provinsi Kepulauan Riau mempunyai

2.408 pulau. Jumlah pulau yang telah berpenghuni sejumlah 385 pulau, 19 pulau merupakan pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan negara lain. Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 5 (lima) Kabupaten dan 2 (dua) kota, meliputi Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kota Tani ungpinang, dan Kota Batam.

PROFIL GEOLOGI
Berdasarkan kondisi geomorfologinya, Provinsi Kepulauan Riau merupakan bagian kontinental yang terkenal dengan nama “paparan sunda” atau bagian dari kerak Benua Asia. Batuan-batuan yang terdapat di Kepulauan Riau diantaranya adalah batuan ubahan seperti mika geneis, meta batulanau, batuan gunung api seperti tuf, tuf litik, batupasir tufan yang tersebar di bagian timur Kepulauan Riau,

batuan terobosan seperti granit muskovit dapat dijumpai di Pulau Kundur bagian timur, batuan sedimen seperti serpih batu pasir, metagabro, yang tersebar di Pulau Batam, Pulau Bintan, Pulau Buru. Juga terdapat batuan aluvium tua terdiri dari lempung, pasir kerikil, dan batuan aluvium muda seperti lumpur, lanau, dan kerakal.
Geomorfologi Pulau Kundur dan pulau Karimun Besar terdiri dari perbukitan dan dataran, dengan pola aliran sungai radial hingga dendritik yang dikontrol oleh morfologi bukit granit yang homogen. Struktur geologi berupa sesar normal dengan arah barat-timur atau barat daya-timur laut.
Geomorfologi Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang berupa perbukitan memanjang dengan arah barat laut-tenggara, dan sebagian kecil dataran yang terletak dibagian kakinya.
Geomorfologi Pulau Bintan berupa perbukitan granit yang terletak dibagian selatan pulau dna dataran yang terletak di bagian kaki. Struktur geologi sesar Pulau Bintan dominan berarah barat laut-tenggara dan barat daya-timur laut, beberapa ada yang berarah utara-selatan atau barat-timur. Pulau-pulau kecil di sebelah timur dan tenggara Pulau Bintan juga disusun Oleh granit berumur Trias (Trg) sebagai penghasil bauksit.
Geomorfologi Pulau Lingga berupa perbukitan dengan puncak Gunung Lingga, membentang dengan arah barat laut_tenggara dan dataran yang menempat di bagian kaki’ dengan pola aliran sungai trellis hingga sejajar.
Geomorfologi Pulau Selayar dan Pulau Sebangka berupa perbukitan yang membentang dengan arah barat laut-tenggara dan dataran di bagian kakinya, pola aliran sungai adalah trellis yang dikontrol oleh Struktur geologi yang berupa perlipatan dengan sumbu memanjang barat laut-tenggara dan arah patahan utara-selatan. Stratigrafi keempat pulau ini tersusun oleh FormaSI Pancur (Ksp) yang terdiri dari serpih kemerahan dan urat kwarsa, sisipan batupasir kwarsa, dan konglomerat polemik.
Geomorfologi Pulau Singkep selain terdiri dari Formasi Pancur dan Formasi Semarung juga terdapat granit (Trg) yang mendasari kedua formasi di atas dan menjadi penghaSil timah atau bauksit.
Geomorfologi Pulau Bunguran berupa perbukitan yang membujur dari tenggara-barat laut dengan puncak Gunung Ranai dan dataran yang menempati bagian barat dari pulau Bunguran. Pola aliran sungai adalah radial hingga dendritik di sekitar Gunung Ranai, sedangkan ke arah barat laut berubah menjadi pola aliran trellis.
Pulau Matak, Pulau Siantan dan Pulau Jemala disusun oleh granit Anambas (Kag) yang tersusun oleh granit, granodiorit dan syenit. Batuan granit Anambas (Kag) ini menerobos batuan mafik dan ultramafik (Jmu) yang terdiri dari diorit, andesit, gabro, gabro porfir, diabas dan basalt, bersisipan rijang-radiolaria. Pola struktur sesar dominan berarah barat laut-tenggara dan sedikit berarah utara-selatan hingga baratdaya-timur laut.
Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai potensi tambang granit sedangkan Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan cekungan tersier yang kaya minyak dan gas bumi yaitu Cekungan Natuna Barat yang masuk wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas dan Cekungan Natuna Timur yang masuk wilayah Kabupaten Natuna.
Tekstur tanah di wilayah Provinsi Kepulauan Riau dapat dibedakan menjadi tekstur halus (liat), tekstur sedang (lempung), dan tekstur kasar. Jenis tanahnya di wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari organosol, glei humus, podsolik merah kuning, latosol dan aluvial.
Jenis tanah Organosol dari glei humus merupakan segolongan tanah yang tersusun dari bahan organik, atau campuran bahan mineral dan bahan organik dengan ketebalan minimum 50 cm, dan mengamndung paling sedikit 30% bahan organik bila liat atau 20% bila berpasir. Kepadatan atau bulk, density kurang dari 0,6 dan selalu jenuh. Lapisan tanah Organosol tersebar dibeberapa pulai di wilayah Kecamatan Moro (Kabupaten Karimun), Kabupaten Natuna, Pulau Rempang, dan Pulau Galang.
Jenis tanah Latosol, dijumpai di Kabupaten Natuna, Pulau Karimun, Pulau Kundur, beberapa pulau di sekitarnya dan gugus-gugus pulau yang berada di wilayah Kecamatan Moro.
Jenis tanah Aluvial yang belum mempunyai perkembangan, dangkal sampai yang berlapis dalam, berwarna kelabu, kekuningan, kecoklatan, sering ber-gley dan bertotol kuning, merah dan coklat. Tekstur bervariasi dari lempung hingga tanah tambahan yang banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah ini terdapat di pulau Karimun, Pulau Kundur.

BATUAN DAN LOGAM
Potensi pertambangan batuan dan logam yang ada di Provinsi Kepulauan Riau berupa jenis bahan tambang yaitu bauksit, timah, batu besi, granit, pasir darat dan pasir laut.

•Batu granit di wilayah Karimun, Bintan, Lingga dan Kepulauan Anambas;
•Pasir di wilayah Karimun, Bintan, dan Lingga;
•Timah di wilayah Karimun dan Lingga;
•Bauksit di wilayah Karimun, Bintan, dan Lingga,
•Biji Besi di wilayah Lingga dan Kepulauan Anambas,

Rencana pengembangan kawasan pertambangan di Provinsi Kepulauan Riau seluas kurang lebih 1.899 Ha.Bauksit adalah bahan baku aluminium. Tambang bauksit terdapat di pulau Bintan (Riau). Bauksit merupakan sisa dari deposit bauksit yang tersebar di Kecamatan Bintan Timur. Bahan galian ini telah lama diekploitasi sejak zaman penjajah Belanda seperti perusahaan NV. Nibem. Saat ini bauksit yang ada (sekitar 10.000.000] dikelola oleh PT Aneka Tambang, Tbk. Namun, sekitar 3.835.500 ton merupakan endapan yang belum diekploitasi, terutama di Kecamatan Bintan Utara, Kab. Kepulauan Riau, Kundur, Kabupaten Karimun.
Potensi cadangan bahan tambang batuan dan logam di Provinsi Kepulauan Riau meliputi :
•Timah dengan jumlah cadangan, mencapai 11.360.500 m3 terdapat di Pulau Karimun. Di perairan Kabupaten Karimun dan perairan Kabupaten Lingga 200.000 ton,
•Bauksit dengan total cadangan 15.880.000 ton terdapat di Pulau Bintan dan Tanjungpinang.
•Granit dengan total cadangan mencapai 858.384.000 m3 terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan.
•Sementara pasir darat dengan total Cadangan mencapai 39.826400 ton terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan.

PELUANG INVESTASI
Pengembangan pabrik pengolahan dan pemurnian bahan tambang, khusus bauksit serta turunanya memiliki peluang yang sangat besar. Sebagai penghasil bauksit, hingga saat ini Indonesia belum memiliki pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina sehingga seluruh bijih bauksit di ekspor ke luar negeri (Jepang dan Cina), sedangkan alumina sebagai bahan baku untuk pembuatan aluminium harus diimpor dari negara lain (Australia). Hal ini terkait dengan jumlah perusahaan penambangan bauksit yang memiliki IUP di wilayah ini terdapat 32 perusahaan, terdiri dari 3 IUP di Karimun, 12 IUP di Tanjung Pinang, Bintan 9 IUP dan dua perusahaan berada di perbatasan kabupaten. Total luas yang dikuasai oleh para pemegang IUP diperkirakan mencapai 34.993 Ha, masing-masing 1,64% dari luas tersebut berada di Karimun, Lingga (93,36%), Tanjung Pinang (1,61%), Bintan (2,33%) dan 1,06% berada di perbatasan dua wilayah. Jumlah sumber daya bauksit di Kepulauan Riau diperkirakan mencapai 180,97 juta ton, daerah yang masih menyirnpan sumber daya bauksit paling besar adalah Kabupaten Lingga dengan jumlah sekitar 168,96 juta ton sisanya tersebar di empat wilayah dengan jumlah yang relatif kecil.
Selain itu cadangan potensi tambang yang cukup besar merupakan peluang investasi bagi investor untuk eksplorasi bauksit ,karena masih banyak lahan bauksit yang belum dimanfaatkan.
Industri pemurnian pasir besi menjadi spone besi. Sponge Iron juga dikenal sebagai besi tereduksi langsung, adalah produk yang dihasilkan dari bijih besi. Sebagai bahan baku pembuatan baja. Kebutuhan kedua jenis bahan baku baja seluruh pabrik baja di Indonesia sekitar 7,6 juta metrik ton per tahunnya dan akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya kebutuhan baja di Indonesia maupun di dunia. Selama ini jenis bahan baku tersebut untuk kebutuhan industri baja di Indonesia masih di import dari negara China, India, Brazil dan Iain-Iain. Padahal bahan baku untuk memproduksi sponge iron maupun pig Iron sangat melimpah di Indonesia khususnya di provinsi Kepri, seperti pasir besi (iron sand) atau bijih besi (iron ore), batu bara (coal) dan kapur/bentonite
Peluang investasi di sektor pertambangan batuan dan Iogam di provinsi kepri meliputi :
•Usaha pertambangan batuan dan Iogam
•Usaha pengangkutan hasil tambang
•Usaha industri pengolahan hasil tambang
•Usaha perdagangan hasil tambang batuan
•Jasa konstruksi pekerjaan Persiapan Lapangan untuk Lahan Pertambangan
•Jasa penelitian potensi tambang

Senin, 11 Oktober 2021

FILOSOFI HIDUP 1

Filosofi Kehidupan

APAKAH SUDAH PENUH ??

Seorang guru besar di depan audiens nya memulai materi kuliah dengan menaruh topless yg bening & besar di atas meja.

Lalu sang guru mengisinya dengan bola tenis hingga tidak muat lagi. Beliau bertanya: "Sudah penuh?"

Audiens menjawab: "Sdh penuh".

Lalu sang guru mengeluarkan kelereng dari kotaknya & memasukkan nya ke dlm topless tadi. Kelereng mengisi sela2 bola tenis hingga tdk muat lagi. Beliau bertanya: "Sdh penuh?"

Audiens mjwb: "Sdh penuh".

Setelah itu sang guru mengeluarkan pasir pantai & memasukkan nya ke dlm topless yg sama. Pasir pun mengisi sela2 bola & kelereng hingga tdk bisa muat lagi. Semua sepakat kalau topless sdh penuh & tdk ada yg bisa dimasukkan lg ke dalamnya.

Tetapi terakhir sang guru menuangkan secangkir air kopi ke dalam toples yg sdh penuh dgn bola, kelereng & pasir itu.

Sang Guru kemudian menjelaskan bahwa:
"Hidup kita kapasitasnya terbatas spt topless. Masing2 dari kita berbeda ukuran toplesnya:
- Bola tenis adalah hal2 besar dlm hidup kita, yakni tanggung-jawab thdp Tuhan, orang tua, istri/suami, anak2, serta makan, tempat tinggal & kesehatan.
- Kelereng adalah hal2 yg penting, spt pekerjaan, kendaraan, sekolah anak, gelar sarjana, dll.
- Pasir adalah yg lain2 dlm hidup kita, seperti olah raga, nyanyi, rekreasi, Facebook, BBM, WA, nonton film, model baju, model kendaraan dll.
- Jika kita isi hidup kita dgn mendahulukan pasir hingga penuh, maka kelereng & bola tennis tdk akan bisa masuk. Berarti, hidup kita hanya berisikan hal2 kecil. Hidup kita habis dgn rekreasi dan hobby, sementara Tuhan dan keluarga terabaikan.
- Jika kita isi dgn mendahulukan bola tenis, lalu kelereng dst seperti tadi, maka hidup kita akan lengkap, berisikan mulai dr hal2 yg besar dan penting hingga hal2 yg menjadi pelengkap.

Karenanya, kita harus mampu mengelola hidup secara cerdas & bijak. Tahu menempatkan mana yg prioritas dan mana yg menjadi pelengkap. 
Jika tidak, maka hidup bukan saja tdk lengkap, bahkan bisa tidak berarti sama sekali".

Lalu sang guru bertanya: "Adakah di antara kalian yg mau bertanya?" 

Semua audiens terdiam, karena sangat mengerti apa inti pesan dlm pelajaran tadi.

Namun, tiba2 seseorang nyeletuk bertanya: "Apa arti secangkir air kopi yg dituangkan tadi .....?"

Sang guru besar menjawab sbg penutup: "Sepenuh dan sesibuk apa pun hidup kita, jgn lupa masih bisa disempurnakan dgn bersilaturahim sambil "minum kopi" ..... dgn tetangga, teman, sahabat yg hebat. Jgn lupa sahabat lama.

Saling bertegur sapa, saling senyum bila berpapasan👍 Akan terasa indah hidup ini🙌

@copas


Senin, 04 Oktober 2021

JIKA ANAK DIPUKUL TEMAN MAINNYA

BISMILLAH
JIKA ANAK DIPUKUL TEMAN MAINNYA

Bermain dengan teman sebaya pasti membuat anak senang. Namun, kadangkala anak pulang dalam keadaan menangis karena dipukul salah satu teman mainnya.

Saat mendapati kondisi yang seperti itu, apa yang harus kita lakukan?

Jika kita menyarankan anak untuk diam dan membiarkan perbuatan temannya itu, maka artinya kita mengajarkan anak kita untuk membenarkan kekerasan atau perilaku keliru orang lain terhadap dirinya.

Di kemudian hari anak kita akan menganggap bahwa perlakuan buruk orang lain terhadap dirinya adalah sesuatu yang wajar, atau merasa dirinya layak diperlakukan seperti itu.

Selain itu, ia dapat tumbuh sebagai pribadi yang terbiasa memendam rasa marahnya dan emosi negatifnya hanya untuk menyenangkan orang lain.

Namun, jika kita menyarankan anak untuk membalas pukulan temannya artinya kita mengajarkan pada anak untuk menggunakan kekerasan atau agresi untuk menyelesaikan persoalan untuk mencapai tujuan.

Di kemudian hari anak akan menggunakan kekerasan sebagai cara untuk menghadapi persoalan atau untuk mencapai tujuannya.

Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan?

1. Latih anak untuk berani berkata pada siapapun yang berbuat buruk pada dirinya. "Stop, saya tidak suka."

2. Latih anak untuk segera pergi dari lokasi kejadian dengan tenang, dan segera melaporkan serta meminta bantuan orang dewasa yang bertanggung jawab di lingkungan tersebut. (Jika di sekolah laporkan pada guru, jika di rumah laporkan pada orang tua.)

Katakan pada anak pentingnya melaporkan situasi seperti apa adanya. TANPA DRAMA (tanpa dilebih-lebihkan). Tujuannya adalah meminta bantuan orang dewasa agar tidak terjadi hal serupa di kemudian hari.

3. Ajak anak menenangkan diri, mengenali dan menghadapi emosinya. Jelaskan bahwa tidak mengapa anak merasa sedih, marah dan terluka. It's okay

Ajak anak untuk mengekspresikan rasa marah dengan cara tidak menyakiti dirinya dan orang lain. Misalnya dengan menulis atau mencoret-coret kertas.

4. Ajak anak untuk masuk dalam proses memaafkan (meski tidak dapat berlangsung segera, perlu proses).

Memaafkan bukan berarti membenarkan perilaku buruk orang lain, tetapi untuk mengelola rasa marah dan emosi negatif lainnya agar hal itu tidak lagi menyakiti hatinya.

5. Latih kemampuan anak untuk menyelesaikan persoalan. Ketika anak mengadu tanggapi dengan tenang sesuai porsi. Jangan panik atau terburu-buru mengambil keputusan.

Pahami situasinya, ajak anak diskusi. "Menurutmu, kalau suatu saat kejadian seperti itu lagi, apa solusi yang bisa kamu lakukan?".

6. Hargai keberanian anak untuk menghadapi situasi yang menantang tersebut, dan hargai sikap tepat yang telah diambil anak (termasuk ketika anak memilih untuk langsung membalas perlakuan buruk orang lain dengan perlakukan buruk juga).

✍️ Semoga bermanfaat.

Sumber : IG : sahabat_parenting
Sukma Yusma

Sabtu, 02 Oktober 2021

METODE PENELITIAN PERTEMUAN KEEMPAT

Sistematika dalam penulisan laporan penelitian terdiri atas bagian pembukaan, bagian isi, dan bagian pendukung. 1. Bagian Pembukaan a. Lembar judul penelitian berisi nama judul penelitian, nama peneliti, nama sekolah/instansi dan tahun. Judul penelitian harus berupa pernyataan yang mengandung masalah, subjek penelitian dan lokasi penelitian. b. Abstrak, berupa ringkasan esensi penelitian yang berisi permasalahan, tujuan, metode penelitian dan hasil penelitian. c. Kata pengantar, berupa kata yang dibuat oleh penulis berkaitan dengan maksud penulisan laporan penelitian, ucapan terimakasih pada berbagai pihak atas dukungan penelitian. d. Daftar isi terdiri dari daftar halaman, daftar table, daftar gambar dan daftar lampiran. 2. Bagian Isi a. Pendahuluan, berisi : 1) Latar belakang penelitian, berupa uraian mengenai permasalahan umum, data pendukung, pendapat pendukung yang melatarbelakangi pentingnya diadakan penelitian. 2) Rumusan masalah, dinyatakan dalam kalimat Tanya terkait masalah yang timbul dari latar belakang. 3) Tujuan penelitian, dinyatakan dalam kali,mat pernyataan terkait dengan rumusan masalah penelitian. 4) Manfaat penelitian, berisi tentang manfaat yang didapat setelah dilakukan penelitian, baik bagi peneliti mau pun pihak lain. b. Tinjauan pustaka, berisi: 1) Teori atau konsep yang terkait dengan variabel penelitian. 2) Tinjauan dari penelitian-penelitian sebelumnya terkait dengan objek yang diteliti. 3) Hipotesis, berupa dugaan sementara terhadap hasil penelitian c. Metode penelitian berisi langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian, meliputi: 1) Lokasi penelitian 2) Variabel penelitian 3) Teknik pengumpulan data 4) Analisis data d. Hasil dan pembahasan berisi: 1) Hasil penelitian, berupa uraian hasil analisis data, 2) Pembahasan, berupa pemikiran peneliti dsan didukung oleh teori atau pendapat oranglain. Dalam pembahasan ini juga dibahas apakah hipotesis yang dibuat terbukti atau tidak. e. Kesimpulan dan saran 1) Kesimpulan berupa ringkasan jawaban pertanyaan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian 2) Saean merupakan rekomendasi yang muncul dari hasil penelitian maupun rekomendasi penelitian selanjutnya. 3. Bagian Pendukung a. Daftar Pustaka, berisi kumpulan referensi atau bacaan yang menjadi rujukan dalam penelitian. Penulisan daftar pustaka harus sesuai dengan pedoman tata cara penyusunan. Jenis pustaka daalm penelitian geografi bersumber dari buku, jurnal, laporan penelitian dan internet. b. Lampiran, berisi lembaran-lembaran pelengkap yang digunakan dalam penelitian, seperti instrument penelitian, table data penelitian, surat perizinan dan biodata penulis. C. Rangkuman 1. Sistematika penulisan laporan penelitian terdiri dari bagian pembuka, bagian isi dan bagian pendukung. 2. Bagian isi merupakan bagian terpenting dari laporan penelitian yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode peneitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan saran

METODE PENELITIAN PERTEMUAN KETIGA

Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencari solusi atas permasalahan tertentu. Antara pertanyaan dan tujuan penelitian harus saling berkaitan, penelitian yang baik harus jelas sasaran dan tujuan di mana tujuan penelitian meliputi tujuan teoritis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis diarahkan untuk memperoleh kesimpulan teoritis untuk pengembangan ilmuan, sedangkan tujuan praktis diarahkan untuk menerapkan hasil penelitian bagi pemecahan masalah yang terdiri dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi tujuan tersebut maka penelitian membutuhkan data, sehingga haruslah ada metode penelitian, cara untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data. 
Berikut adalah penjelasan tentang metode dan cara pengumpulan data. 
 1. Mengumpulkan dan Mengolah Data Geografi Data merupakan keterangan tentang suatu hal. Syarat data yang baik adalah sebagai berikut:
a) Data harus objektif, tidak boleh dimanipulasi dan harus sesuai dengan kondisi sebenarnya.
 b) Data harus dapat mewakili semua kondisi. 
c) Memiliki tingkat kesahalan seminimal mungkin. 
d) Harus tepat waktu sehingga apabila terdapat kesalahan daapt dilakukan koreksi secepatnya. 
e) Data yang dikumpulkan harus berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. 

 Selain itu, berdasarkan sumber yang diperoleh data penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 
a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli atau pertama. Data ini dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data ini disebut juga data asli yang bersifat baru. Contoh data primer adalah data yang diperoleh oleh seorang peneliti dengan mewawancarai penduduk tentang sikap mereka dalam menghadapi pandemi Covid-19 
b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, misalnya instansi pemerintah, buku materi, laporan, dan peprustkaan. Contoh data sekunder adalah penggunaan foto citra satelit yang dikemmbangkan LAPAN untuk melihat pembangunan proyek pekerjaan jembatan di suatu daerah secara waktu nyata dan akurat. Teknik mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian geografi yaitu obeservasi lapangan, wawancara, kuesioner, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. 
Penerapan masing-masing teknik bergantung kepada kebutuhan yang harus dilakukan daya yang harus dukumpulkan dalam penelitian. 
 a) Survei Lapangan Survei lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian geografi. Pada dasarnya pengetahuan geografi merupakan hasil pengumpulan data dan fakta di lapangan. Hal ini karena gejala dan masalah geografi terdapat di lapangan. Alat pengumpul data pada waktu observasi yaitu pedoman observasi, peta dasar, dan kamera. Dalam mengobesrvasi data lapangan harus didokumentasikan melalui catatan-catatan. Peta dasar digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui posisi suau tempat di lapangan. Jenis pedoman observasi daapt berupa pedoman check list terbuka, terstruktur dan tertutup. 
 b) Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi data yang tdak terungkap dalam teknik observasi. Wawancara menggunakan pedoman wawancara terbuka dan terstruktur. Dalam pelaksanaannya orang yang melakukan wawancara dapat berhadapan langsung dengan orang yang diwawancarai atau daapt melalui telepon. Dalam melakukan wawancara terdapat etika atau sopan santun yang harus dijaga oleh pewawancara. Tahapan dalam wawancara antara lain memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan wawancara, menjelaskan materi isi dari wawancara dan mengajukan pertanyaan. 
 c) Kuesioner Kuesioner atau yang biasa disebt daftar pertanyaan dilakukan apabila data dan informasi yang diperlukan membutuhkan jumlah yang sangat banyak, sehingga akan lebih efektif. Teknik kuesioner berbeda dengan teknik wawancara, bahwa pengumpul data tidak berhadapan langsung dengan responden, pengumpul data tidak menjelaskan secara langsung kepada responden dan pertanyaan hanya bisa ditujukan kepada responden yang bisa membaca dan menulis. Oleh karena itu petunjuk pengisian kuesioner harus jelas. Dalam penelitian terdaat tiga jenis kuesioner, yaitu kuesioner tertutup, kuesioner terbuka dan kuesioner gabungan. Kuesioner tertutup merupakan jenis kuesioner yang jawaban dari pertanyaannya sudah ditentukan oleh peneliti sehingg responden hanya memilih salah satu jawaban yang ada. Kuesioner terbuka merupakan jenis kuesioner yang membutuhkan jawaban yang tidak terikat, sehingga responden bebas menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Sedangkan kuesioner gabungan adalah kuesioner yang terdiri dari pertanyaan yang jawabannya telah disediakan dan pertanyaan yang membutuhkan jawaban bebas dari responden. 
 d) Studi Dokumentasi Untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian geografi, dapat menggunakan dokumen dari berbagai instansi, seperti data kependudukan dari BPS (Badan Pusat Statistik), data jumlah tenaga kerja dari Dinas Perindsutrian, data luas lahan pertanian dari Dinas Pertanian. 
 e) Studi kepustakaan Dalam penelitian geografi harus menguasai teori, konsep, dan prinsip geografi yang diperoleh melalui studi kepustakaan atau studi literatur. Studi kepustakaan berupa pendapat para ahli yang mendukung atau memperkuat teori yang sedang diteliti. 
2. Metode Penelitian Geografi Metode penelitian berkaitan erat dengan langkah-langkah atau prosedur, teknik pengumpulan data dan analisis data. Terdapat jenis-jenis dalam metode penelitian geografi, antara lain metode deskriptif, studi kasus, survei, korelasional, eksperimen, dan penelitian tindakan. 
 a. Metode Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif adalah penelitain yang berusaah mendeskripsikan suatu gejala dan fenomena yang terjadi di suatu wilayah. Tujuan dari penelitian ini yaitu memberikan deskripsi terhadap permasalah secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai kondisi alam dan manusia pada suatu wilayah. Peneliti berusaha mendeskripsikan mengenai fenomena tanpa memberikan perlakuan pada fenomena tersebut. Langkah penelitian deskriptif yaitu merumuskan masalah, menentukan jenis data dan informasi yang ingin diperoleh, menentukan teknik pengumpulan dan analisis data, dan menarik kesimpulan penelitian. 
 b. Metode Studi Kasus Penelitian studi kasus dilakukan secara intensif pada kondisi alam atau manusia pada suatu wilayah yang mengalami kasus secara spesifik. Peneliti mempelajari kasus tersebut secara mandalam yaitu mengungkapkan semua variabel yang berpengaruh pada kasus tersebut. Fokus utama studi kasus yaitu mengkaji pengaruh manusia terhadap lingkungannya pada suatu wilayah tertentu yang berbeda dengan wilayah lainnya. c
. Metode survei Penelitian survei dilakukan untuk memperoleh fakta suatu fenomena atau gejala di lapangan. Tujuan utamanya yaitu mengumpulkan informasi mengenai variabel dari populasi penelitian, baik populasi wilayah mau pun populasi penduduk. Hasil penelitian survei digunakan untuk pemecahan masalah dan perumusan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan wilayah. Survei dengan cakupan seluruh populasi disebut sensus, sedangkan survei dengan cakupan sebagian populasi disebut sampel. Salah satu alat ukur metode survei yaitu kuesioner untuk objek penduduk, dan pedoman observasi untuk objek bentang alam. d. Metode Historis Metode historis digunakan untuk mengkaji fenomena geografi berdasarkan urutan waktu (kronologis). Perspektif waktu merupakan kata kunci dalam menggunakan metode hsitoris. Metode historis akan lebih efektif menggunakan teknologi penginderaan jauh dan system informasi geografi melalui pemodelan spasial monitrong, yaitu membandingkan data spasial dari waktu yang berbeda (time series). e. Metode Korelasional Metode korelasional mengkaji fenomena atau masalah geografi dengan menghubungkan antar dua variabel atau lebih. Tingkat hubungan antara variabel tersebut dinyatakan dengan koefisien korelasi. f. Metode Eksprimen Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui sebab akibat atas permasalahan geografi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berupa data angka melalui analisisi statistik. Metode ini lebih menekankan perlakuan untuk melihat pengaruh atau perubahan variabel yang diberi perlakuan atau tindakan dengan variabel yang tidak diberi tindakan. Dalam metode eksperimen penelitian harus melakukan kegiatan kontrol, perlakuan (treatment), dan observasi. Metode ini banyak digunakan dalam penelitian pendidikan geografi di kelas. 3. Menganalisis Data Geografi Analisis data merupakan pengolahan dan interpretasi data untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Analisis data geografis berarti analisis keruangan. Analisis keruangan diantaranya analisis lokasi, analisis penyebaran (distribusi), dan analisis interkasi keruangan. a. Analisis Lokasi Lokasi merupakan salah satu konsep esensial dalam kajian geografi karena dapat menjelaskan lebih jauh mengenai kondisi suat wilayah. Misalnya daerah yang berada di antara 600 LU dan 1100 LS maka daerah tersebut berada pada iklim tropis dengan segala dampak yang ditimbulkan. b. Analisis Penyebaran Analisis penyebaran membutuhkan alat bantu berupa peta untuk mengetahui persebaran suatu fenomena atau gejala geografi yang dapat digambarkan dengan menggunakan simbol titik, garis ataupun area. Namun sebelum memetakan fenomena atau gelaja tersebut peneliti haruslah mencari data yang kemudia diklasifikasikan untuk membuat pola keruangan. Contohnya adalah analisis yang digunakan untuk penyebaran daerah industri. Oleh karena itu analisis ini sangat mudah jika dibantu dengan peta, citra penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG). Pada dasarnya pola penyebaran sebuag fenomena daalm ruang mengikuti pola tertentu yaitu bergerombol (cluster pattern), tersebar tidak merata (random pattern) dan tersebar merata (dispersed pattern). c. Analisis Interaksi dan Difusi Keruangan Analisis ini digunakan untuk mengkaji pergerakan baik penduduk, barang, jasa maupun informasi dalam suatu ruang. Pergerakan ini dipengaruhi oleh sarana transportasi dan kondisi morfologi atau topografi suatu wilayah. Contohnya dalam menganalisis persebaran barang di daerah berbukit akan lebih lambat dibandingkan di daerah dataran rendah.

METODE PENELITIAN GEOGRAFI KEDUA

Terdapat perbedaan antara fenomena geografi dengan gejala geografi. Fenomena geografi merupakan kejadian atau peristiwa yang terjadi di alam maupun manusia yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan gejala geografi merupakan keadaan atau peristiwa yang menjadi tanda-tanda akan terjadi sesuatu di permukaan bumi. Inti dari fenomena dan gejala geografi yaitu geosfer yang terdiri dari atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer dan antroposfer. a. Fenomena dan Gejala Atmosfer Semua peristiwa yang terjadi di udara merupakan bagian dari fenomena dan gejala geografi. Fenomena dan gejala atmosfer meliputi: a. Pemanasan global berupa peningkatan suhu di permukaan bumi sebagai akibat dari aktivitas manusia yang mengeluarkan gas karbon dioksida dari berbagai bahan bakar seperti minyak bumi dan batu bara. b. Perubahan iklim yang mengakibatkan peningkatan suhu di permukaan bumi sehinggga menyebabkan gelombang panas yang ekstrem dan curah hujan yang tidak menentu. c. Perubahan cuaca berupa keadaan cuaca yang tidak menentu pada siang hari suhu udara sangat panas, sedangkan pada malam hari sangat dingin. d. El-Nino yang merupakan peningkatan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik yang menyebabkan sedikit curah hujan dan terjadinya kekeringan di wilayah Indonesia. Sebaliknya La-Nina menyebabkan hujan lebat di Indonesia sehingga meyebabkan banjir. Fenomena dan gejala tersebut di atas merupakan fenomena atmosfer yang dapat dijadikan bahan penelitian untuk dicari akar permasalahan, dampak dan solusinya. b. Fenomena dan Gejala Hidrosfer Semua peristiwa yang terjadi di wilayah perairan baik perairan darat maupun perairan laut merupakan bagian dari fenomena dan gejala geografi. Fenomena dan gejala hidrosfer meliputi: a) Hujan asam berupa air hujan yang memiliki pH di bawah 6 menyebabkan korosi pada bangunan, merusak tumbuhan dan menyebabkan gangguan pernapasan. b) Penurunan muka air tanah berupa berkurangnya cadangan air tanah akibat pengambilan secara berlebihan. c) Intrusi air laut berupa masuknya air laut ke dalam air tanah sehingga air atanh menjadi asin. d) Tsunami yang berupa gelombang tinggi yang menghantam daratan menyebabkan kerusakan pada bangunan penggunaan lahan lainnya. Fenomena dan gejala tersebut di atas merupakan fenomena atmosfer yang dapat dijadikan bahan penelitian untuk dicari akar permasalahan, dampak dan solusinya. c. Fenomena dan Gejala Litosfer Semua peristiwa yang terjadi di permukaan bumi atau di dalam bumi merupakan bagian dari fenomena dan gejala geografi. Fenomena dan gejala hidrosfer meliputi: a) Terjadinya erosi dan sedimentasi dalam satu proses yang bersamaan. b) aktivitas vulkanisme berupa keluarnya magma ke permukaan bumi yang menghasilkan material piroklastik, lava, lahar dan ekshalasi. c) aktivitas tektonisme berupa proses pergerakan lempeng yang menyebabkan patahan dan lipatan di permukaan bumi. d. Fenomena dan Gejala Biosfer Fenomena biosfer berkaitan dengan segala peristiwa yang terjadi terhadap keadaan flora dan fauna yang ada di permukaan bumi. Fenomena dan gejala biosfer meliputi: a) Keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. b) Pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai bahan industri, pangan, obat-obatan dan tanaman hias. c) Kawasan konservasi berupa tempat pelestarian flora dan fauna. d) Punahnya hewan endemik suatu daerah yang mengakibatkan terganggunya eksosistem. e) Illegal logging yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup dan daur ekologi. Fenomena dan gejala tersebut di atas dapat dijadikan penelitian geografi dikaitkan dengan aktivitas manusia yang kemudian dapat dicari solusi yang tepat untuk mengatasinya. e. Fenomena dan Gejala Antroposfer Fenomena dan gejala antropsfer berkaitan dengan segala aktivitas penduduk. Fenomena antroposfer yang dapat dijadikan bahan penelitian geografi, diantaranya adalah: a) Peningkatan jumlah penduduk suatu daerah akibat meningkatnya angka kelahiran. b) Meningkatnya jumlah tenaga kerja di Indonesia akibat berkurangnya lapangan pekerjaan. c) Kualitas pendidikan di Indonesia masih di bawah standar pendidikan di dunia. d) Kemacetan lalu lintas di daerah pinggiran kota karena mobiltas penduduk sirkuler dari luar kota. 3. Menentukan Masalah Geografi Setelah fenomena geografi diamati, selanjutnya adalah memilih masalah yang akan diteliti. Masalah adalah kesenjangan antara kondisi yang seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya, antara teori dan praktik, antara aturan dan pelaksanaan. Sebuah masalah penelitian sangat berperan dalam mengarahkan seorang peneliti untuk melakukan penelitiannya. Berikut adalah kriteria masalah geografi: a. Masalah menyatakan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. b. Masalah dinyatakan dalam kalimat tanya. c. Memungkinkan adanya ketersediaan data. Merumuskan pertanyaan penelitian geografi sangat berkaitan dengan masalah geografi. Masalah geografi adalah suatu situasi yang sulit dipecahkan akibat ketidakseimbangan fenomena di permukaan bumi. Fenomena yang menjadi masalah geografi seperti misalnya kerusakan hutan, illegal fishing, banjir, krisis budaya daerah, kekurangan pangan, kematian hewan langka. Hal tersebut dapat dikaji berdasarkan persebaran ruang. Dalam merumuskan pertanyaan penelitian hendaklah diingat bahwa pertanyaan-pertanyaan penelitian geografi harus memenuhi persyaratan menarik untuk diteliti, penting untuk diteliti dan memberikan manfaat. Selain itu pertanyaan penelitian membutuhkan jawaban yang dapat dijelaskan secara keilmuan. Ini berarti bahwa seorang peneliti tidak membutuhkan pertanyaan yang mustahil untuk dijawab dalam batas-batas penelitian. Masalah geografi sedikitnya memuat tiga pertanyaan pokok yang menjadi ciri khas geografi, yaitu: a. Peristiwa atau fenomena apa (what) yang menjadi permasalahan. b. Di mana (where) fenomena atau maslah tersebut terjadi. Hal ini menunjukkan suatu ruang atau lokasi c. Penyebab (why) terjadinya fenomena atau masalah yang terjadi. Hal ini menunjukkan keterkaitan (relasi, interelasi dan interaksi) fenomena tersebut dengan fenomena-fenomena yang lain. 4. Menyusun Rumusan Masalah Geografi Masalah berbeda dengan perumusana masalah. Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicari jawaban dan kebenarannya melalui pengumpulan data dan penelitian yang akan dilakukan. Namun demikian di antara keduanya terdapat hubungan yang erat karena masalah merupakan dasar dari perumusan masalah. Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pertanyaan tersebut harus berlandaskan teori, konsep dan prisnip yang berlaku dalam geografi, yaitu harus mencerminkan keruangan dengan menyebutkan lokasi, penyebaran, asosiasi antar fenomena gejala (relasi, interelasi, interaksi). Jika masalah geografi tidak mudah dijawab atau sulit dipecahkan maka harus dilakukan penelitian ulang. Contoh dari perumusan masalah sebagai berikut: a. Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap longsor di daerah Puncak Bogor? b. Mengapa masyarakat kota lebih mudah mengalami perubahan budaya? c. Bagaimana hubungan antara faktor perubahan penggunaan lahan dengan Banjir di Jakarta?

METODE PENELITIAN GEOGRAFI PERTEMUAN PERTAMA KELAS X

1. Pengertian Penelitian Geografi Penelitian adalah kegiatan menyelediki, mengembangkan dan menguji kebenaran secara mendalam untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan yang menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Menurut Soejono Soekanto penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan secara sistematis, metodologis dan konsisten dan bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi keinginan manusia untuk mengetahui apa yang dihadapinya. Sedangkan menurut Parson (1946) penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan. Adapun penelitian geografi adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk memguji kebenaran dan memecahkan permasalahan georgafi (gejala alam), secara sistematis sebagai objek penelitian. Ciri khas penelitian geografi adalah menggunakan pendekatan keruangan, ekologi dan kompleks wilayah dalam mendapatkan masalah penelitian dan memecahkan masalah tersebut.   
2. Sisat-sifat Penelitian Geografi 
Dalam melakukan penelitian geografi harus memahami sifat-sifatnya. Adapun sifat-sifat penelitian geografi diantaranya: 
a. menggunakan ilmu pengetahuan sebagai landasan dan dilakukan secara sistematis. 
 b. penelitian diawali dengan penemuan masalah geosfer. 
c. menganalisis lebih mendalam terhadap suatu kajian geosfer. 
d. menguji hasil penelitian yang telah dilakukan agar hasilnya lebih akurat. 
e. tujuan penelitian geografi adalah memecahkan suatu permasalahan. 

3. Jenis-Jenis Penelitian Jenis-jenis penelitian geografi dapat dibedakan berdasarkan tujuan, bentuk dan metode penelitian. 
 a. Berdasarkan tujuan, penelitian geografi dapat dibedakan sebagai berikut: 
a. Penelitian eksploratif Penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan gagasan dasar mengenai suatu topik permasalahan yang belum diketahui sebelummya, sehingga mampu memberikan definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola. Penelitian ini dikembangkan untuk menjawab pertanyaan what. Sifat dari penelitian ini adalah kreatif, fleksibel, terbuka dan semua sumber dianggap penting. 
 b. Penelitian deskriptif Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai fenomena geosfer dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti. Penelitian ini menekankan pada cara menemukan makna baru, menjelaskan sebiah kondisi dan mengkategorikan informasi geosfer sesuai fakta yang ada. 
c. Penelitian eksplanatif Penelitian eksplanatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini bersifat memberikan penjelasan tentang pengetahuan yang teorinya sudah ada sebelumnysehingga terkumpul berbagai generalisasi empiris. 

 b. Berdasarkan bentuk, penelitian geografi dapat dibedakan sebagai berikut: 
1) Studi kasus Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia yang dilakukan sedemikan rupa sehingga menghasilkan gambaran yang lengkap. Studi kasus dilakukan dengan cara studi lapangan dan wawancara. 
2) Survei Survei adalah penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang jumlahnya banyak dan dalamjangka waktu tertentu. Survei dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis dan mendeskripsikan hubungan antarvariabel. 3) Eksperimen Eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lainnya dalam kondisi terkontrol, atau dengan kata lain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakukan terhadap subjek penelitian.   

c. Berdasarkan metode penelitian geografi dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelediki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keunggulan dari suatu fenomena yang tidak dapat diukur atau dihitung jumlahnya. 
2) Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk memperoleh informasi atau data yang berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.