Minggu, 31 Januari 2021

Segala sesuatu berasal dari pikiran

BOSAN ITU DARI PIKIRAN KITA SENDIRI 

Pada suatu hari ada Pak Tua yang bijak ditanya oleh Tamunya.

Tamu : "Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', Pak Tua ?"

Pak Tua : "Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup juga keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."

Tamu :"Kenapa kita merasa bosan?"

Pak Tua : "Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."

Tamu : "Bagaimana menghilangkan kebosanan?"

Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."

Tamu : "Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"

Pak Tua: "Bertanyalah pada dirimu sendiri, mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"

Tamu : "Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."

Pak Tua : "Benar sekali anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."

Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"

Pak Tua : "Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil posisi lain atau suasana lain. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan jalan atau  rutinitas yang lainya. Dan seterusnya."

Lalu Tamu itu pun pergi. Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu : "Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Jenengan sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"

Pak Tua : "Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."

Tamu : "Contohnya?"

Pak Tua : "Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."

Lalu Tamu itu pun pergi. Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu : "Pak tua, saya melakukan apa yang Jenengan sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa  bisa demikian, Pak Tua?"

Sambil tersenyum Pak Tua berkata :

"Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. 

"Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu  menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan.  

"Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."

29 Januari 2021
Bersahabatlah dengan Kebosanan

Sabtu, 23 Januari 2021

Anak anak yang mati rasa

ANAK-ANAK YANG MATI RASA

Oleh : M.Fauzil Adhim

Kelak akan tiba masanya, seperti yang dikabarkan oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam, orangtua berpayah-payah mendidik anak, tetapi anaknya memperlakukan emaknya seperti tuan memperlakukan budaknya. Dan aku takut peristiwa itu akan terjadi di masa ini, masa ketika anak-anak tak mengenal pekerjaan rumah-tangga, dan pesantren maupun sekolah-sekolah berasrama lainnya tak lagi menjadi tempat bagi anak untuk belajar tentang kehidupan. 

Anak-anak itu belajar, tetapi hanya mengisi otaknya dari pengetahuan yang dapat diperoleh dari text book dan google. Sementara tangannya bersih tak pernah mencuci maupun melakukan pekerjaan-pekerjaan fisik lainnya, sehingga empati itu mati sebelum berkembang. Tak tergerak hatinya bahkan di saat melihat emaknya kesulitan bernafas seumpama orang hampir mati disebabkan ketuaan atau sakitnya kambuh, tetapi anak tak bergeming membantunya. Apalagi berupaya melakukan yang lebih dari itu.

Aku termangu mengingat nasehat Rasulullah Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam mengenai tanda-tanda hari kiamat, salah satunya dari hadis panjang yang kali ini kita nukil ringkasnya:
.
سَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا وَلَدَتِ الْمَرْأَةُ رَبَّتَهَا
.
_Aku akan memberitahukan kepadamu tanda-tandanya; jika seorang (sahaya) wanita melahirkan tuannya.” (Muttafaqun ‘Alaih)_
.
.
Ibunya bukanlah seorang budak. Bukan. Ibunya orang merdeka. Tetapi anak-anak itu tak tersentuh hatinya untuk cepat tanggap membantu ibunya. Padahal membantu saat diminta adalah takaran minimal bakti kepada orangtua. Takaran di atas itu, tanpa diminta pun ia sudah tergerak membantu. Dan di atasnya lagi masih bertingkat-tingkat kebaikan maupun kepekaan seorang anak tentang kebaikan apa yang sepatutnya ia perbuat terhadap kedua orangtuanya.

Ada yang perlu kita renungi. Ada airmata yang perlu mengalir, menadahkan tangan mendo’akan anak-anak dan keturunan kita, menangisi dosa-dosa, berusaha memperbaiki diri dan tetap tidak meninggalkan nasehat bagi anak kita karena ini adalah haknya. Nasehat. Ia adalah kewajiban kita untuk memberikannya meskipun mereka tak memintanya. Kitalah yang harus tahu kapan saat tepat memberikan nasehat sebab semakin memerlukan nasehat, justru kerapkali semakin merasa tak memerlukan nasehat.

Hari ini, betapa banyak anak yang di sekolah berasrama tak diajari mengurusi kehidupan pribadinya karena makanan siap saji setiap waktu makan, hanya perlu berbaris untuk mengambilnya. Sedangkan pakaian pun tak perlu ia menyempatkan waktu mengatur jadwal agar bersih saat mau digunakan, karena sudah ada laundry, sementara tugas sekolah tetap tertunaikan. Tidak terbengkalai. Maka di saat mereka pulang, kita perlu melatih tangan dan juga hatinya agar tanggap. Bukan menyerahkan begitu saja kepada pembantu. Tampaknya ini hanya urusan pekerjaan rumah-tangga yang sepele, tetapi di dalamnya ada kecakapan mengelola diri, mengatur waktu dan lebih penting lagi adalah empati.

Apakah tidak boleh kita menggembirakan mereka dengan sajian istimewa saat mereka pulang dari pesantren? Boleh. Sangat boleh. Tetapi hendaklah kita tidak merampas kesempatan mereka untuk belajar mengenal pekerjaan rumah-tangga, menghidupkan empati dan mengasah kepekaannya membantu orangtua. Liburan adalah saat tepat belajar kehidupan. Bukan saat untuk libur menjadi orang baik sehingga seluruh kebaikan yang telah biasa mereka jalani di sekolah, sirna saat liburan tiba. Mereka seperti raja untuk sementara, sebelum kembali ke penjara suci.

Diam-diam saya teringat, konon di sebuah sekolah bernama Eton College, semacam Muallimin di Inggris tempat anaknya raja maupun anak orang sangat kaya bersekolah, para siswa diharuskan mencuci dan menyeterika bajunya sendiri. Bukan bayar laundry. Ini bukan karena orangtua mereka fakir miskin. Bukan. Tetapi karena dalam urusan sederhana itu ada kebaikan yang sangat besar bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang, termasuk dalam hal kepemimpinan. Mereka menjadi lebih peka tentang apa yang seharusnya dilakukan saat menjadi pemimpin perusahaan, termasuk dalam mengelola waktu.

Apa yang dilakukan di Eton College sebenarnya bukan barang baru, tetapi saya merasa perlu menghadirkan kisah ini selintas hanya untuk menggambarkan betapa anak-anak memerlukan latihan untuk mengasah kepekaannya, menghidupkan empatinya dan meringankan langkahnya membantu orangtua. Mereka sangat perlu memiliki semua itu karena dua alasan. Pertama, ketiganya (kepekaan, empati dan kemauan untuk meringankan langkah) sangat mereka perlukan dalam menjalani kehidupan bersama orang lain, baik ketika berumah-tangga maupun berdakwah dan mengurusi ummat. Artinya, minimal semua itu mereka perlukan untuk meraih kehidupan rumah-tangga yang baik, tidak terkecuali dalam mendidik anak. Kedua, ketiganya mereka perlukan untuk dapat berbuat kebajikan bagi kedua orangtua (birrul walidain) dengan sebaik-baiknya. Dan birrul walidain merupakan salah satu kunci kebaikan yang dengan itu anak dapat berharap meraih ridha dan surga-Nya Allah ‘Azza wa Jalla.

Jadi, urusan terpentingnya bukan karena kita kewalahan lalu perlu bantuan mereka. Bukan. Bukan pula karena kita repot sehingga memerlukan kesediaan mereka untuk meringankan tugas-tugas kita. Tetapi hal terpenting dari melibatkan anak membantu pekerjaan di rumah dan tanggap terhadap orangtua justru untuk keselamatan dan kebaikan anak kita di masa-masa yang akan datang. Kejamlah orangtua yang tak melatih anaknya untuk berbakti kepadanya hanya karena merasa orangtua tak perlu menuntut anak membantunya. Ingatlah, kita latih, dorong dan suruh mereka agar cepat tanggap dan ringan membantu bukanlah terutama untuk meringankan beban orangtua, tetapi justru agar anak-anak kita memperoleh kemuliaan dan kebaikan di sisi Allah ‘Azza wa Jalla dengan birrul walidain. Sekurang-kurangnya tidak menyebabkan mereka terjatuh pada perbuatan mendurhakai orangtua. Dan ini merupakan serendah-rendah ukuran.

Ada yang perlu kita khawatiri jika lalai menyiapkan mereka. Pertama, anak-anak merasa berbuat kebajikan kepada kedua orangtua, termasuk membantu pekerjaan di rumah, bukan sebagai tugasnya. Mereka tak membangkang, tetapi lalai terhadap apa yang sepatutnya mereka kerjakan. Ini merupakan akibat paling ringan. Kedua, anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang durhaka kepada orangtua. Dan karena kedurhakaan itu bersebab kelalaian orangtua dalam mendidik, maka di Yaumil Qiyamah mereka menjatuhkan orangtua di mahkamah Allah ‘Azza wa Jalla sehingga justru orang yang merasakan azab akhirat. Ketiga, sebagaimana disebut dalam hadis di atas, anak-anak berkembang menjadi pribadi yang memperbudak orangtua, bahkan setelah mereka mempunyai anak. Na’udzubiLlahi min dzaalik.

Ada yang perlu kita renungkan tentang bagaimana kita mendidik anak-anak kita. Saatnya kita kembali kepada tuntunan agama ini, bertaqwa kepada-Nya dalam urusan mendidik anak dan berusaha menggali tentang apa saja yang harus kita bekalkan kepada mereka.

.
 
#Fatherhood Community
#Home Based Education
#Ayah Pendidik Peradaban

Jumat, 22 Januari 2021

Fenomena Hidrosfer

Fenomena Hidrosfer yang Luar Biasa

Keindahan alam ciptaan Sang Pencipta selalu membuat kita heran dan takjub. Banyak sekali fenomena alam luar biasa yang berkaitan dengan hidrosfer yang belum kita ketahui. Fenomena tersebut seringkali dikaitkan dengan magis dan di luar akal manusia. Untuk mengetahuinya kita bisa mencari tahu penjelasan ilmiah dan logis dibaliknya. Berikut kita bahas fenomena hidrosfer yang ada terjadi di muka bumi:

  1. Sungai di dasar laut

Fenomena hidrosfer yang satu ini terjadi di Cenote Angelita yang terletak di perairan Karibia Meksiko. Cenote dalam bahasa Maya diartikan sebagai gua, jadi sebenarnya sungai ini dinaungi oleh lapisan hidrogen sulfida yang terbentuk dari organisme membusuk didalam gua. Tumpukan itu membentuk sebuah dinding yang membatasi air laut dan air tawar dan diberi nama halocline. Fenomena halocline adalah zona vertikal di dalam laut yang terjadi karena perbedaan tekanan lapisan air sehingga kadar garam menurun drastis dan membuat air menjadi tawar.

  1. Danau dengan 3 warna berbeda

Danau yang memiliki 3 warna berbeda terletak di Indonesia tepatnya di Danau Kelimutu Nusa Tenggara Timur. Danau ini terbentuk sejak jutaan tahun lalu karena letusan gunung vulkanik. Ketiga air danau tersebut dapat berubah-ubah dengan warna yang berbeda di tiap danaunya. Kadang warna berubah menjadi hijau, biru, hitam, merah, dan bahkan berwarna putih. Menurut para ahli perubahan warna ini terjadi karena pengaruh cahaya matahari dan kandungan mineral, bebatuan, dan lumut yang mengendap di dalamnya.

  1. Salju Abadi di Puncak Gunung Jayawijaya

Indonesia adalah negara tropis yang hanya memiliki 2 musim. Namun jika ingin melihat salju di negara ini, kita bisa mendaki Gunung Jayawijaya di Papua dan menemukan salju di puncaknya tepatnya di Puncak Carstensz. Saking tingginya gunung ini saljupun bersarang di atasnya. Tapi sangat disayangkan saat ini ketebalan salju semakin menipis diakibatkan perubahan iklim dan pemanasan global. Suhu udara yang semakin panas menyebabkan salju diatasnya meleleh sedikit demi sedikit.

  1. Pertemuan dua air sungai yang tidak menyatu

Fenomena alam ini terjadi di Brazail tepatnya di kota Manaus. Terdapat dua aliran sungai yang melintasi kota tersebut yaitu sungai Amazon dan sungai Rio Negro. Ketika air sungai bertemu terlihat batas yang sangat kentara karena air sungai Amazon berwarna coklat dan sungai satunya lagi berwarna hitam. Menurut para ahli fenomena ini terjadi karena perbedaan kepadatan, kecepatan, dan suhu air kedua sungai tersebut. Tak ayal para turis berbondong-bondong mengunjungi kota Manaus untuk melihat keajaiban alam tersebut.

  1. Air Laut di Selat Gibraltar

Selat Gibraltar adalah selat yang membatasi Benua Afrika dan Eropa. Di selat ini terjadi pertemuan 2 laut yaitu Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Pertemuan kedua aliran tersebut tidak menyebabkan air tercampur, akan tetapi keduanya terpisah jelas sesuai asalnya masing-masing. Air Laut Tengah berwarna biru gelap dan air dari Samudra Atlantik berwarna biru cerah. Jika diperhatikan seksama pertemuan dua arus tersebut menciptakan sebuah sekat yang tak tertembus hingga kedalaman 1000 meter. Fenomena ini terjadi karena perbedaan massa jenis arus laut yang bergerak dan cenderung mempertahankan keadaan asalnya. Selain itu tegangan permukaan masing-masing air menciptakan ilusi seolah ada partisi yang memisahkan keduanya sehingga air laut tidak tercampur.

  1. Gletser abadi di Pegunungan Karakoram

Pegunungan Karakoram adalah salah satu puncak dari pegunungan Himalaya. Di saat banyak sekali gletser yang mulai meleleh karena suhu bumi yang semakin panas, gletser di Pegunungan Karakoram tidak mengalami perubahan sedikitpun. Para peneliti berpendapat hal ini dikarenakan tingginya curah hujan di Pegunungan Himalaya dan adanya peningkatan suhu.

  1. Danau Mendidih di Dominika

Danau Mendidih adalah sebuah danau yang terletak di Taman Nasional Morne Trois Pitons Dominika. Dari jauh kita bisa melihat danau tersebut dikelilingi asap layaknya air yang mendidih diatas kompor. Danau tersebut terbentuk akibat aktivitas gunung berapi yang memang mengelilingi danau tersebut. Permukaan air danau mendidih diperkirakan akibat aliran magma di dasar danau yang masih sangat aktif dan kuat. Suhu di sekitar danau berkisar antara 80 hingga 90 derajat celcius. Walaupun begitu danau ini masih terbuka untuk umum dan bisa menjadi destinasi wisata menarik jika berkunjung ke Dominika.

Fenomena Hidrosfer yang Merugikan

Perubahan iklim dan fenomena alam di muka bumi seringkali menjadi bencana bagi manusia. Ulah manusia yang tidak bertanggung jawab seringkali merusak ekosistem dan mengakibatkan bencana alam. Berikut kita bahas contoh fenomena hidrosfer yang merugikan dan mengancam kehidupan manusia.

  1. Abrasi air laut

Abrasi adalah pengikisan daratan wilayah pesisir karena naiknya permukaan air laut. Abrasi bisa terjadi karena faktor alami dan aktivitas manusia. Faktor alami penyebab abrasi adalah gelombang, arus laut, dan vegetasi di sepanjang pantai. Sedangkan aktivitas manusia yang memicu terjadinya abrasi seperti perusakan terumbu karang, pohon mangrove, dan memanfaatkan lahan pesisir sebagai pemukiman dan merusak ekosistem sekitar.

  1. Pencemaran air

Air yang tercemar oleh limbah masyarakat memberikan efek buruk bagi manusia. Air limbah buangan pabrik yang dialirkan sembarangan ke sungai akan membuat sungai menjadi kotor dan berbahaya. Baru-baru ini terdengar kabar dari daerah Bandung Barat dimana air sungai Citarum yang memiliki warna merah dan hijau karena limbah. Aliran sungai ini berbau tak sedap dan membuat kepala pusing saat menghirupnya. Bila dibiarkan lebih lanjut pencemaran air sungai akan membuat sumber air bersih menjadi semakin menipis dan hilang.

  1. Banjir bandang

Banjir bandang terjadi biasanya akibat ulah manusia yang menebang pohon sembarangan dan curah hujan yang sangat tinggi. Banjir bandang menerpa daerah dengan permukaan rendah karena aliran air yang sangat deras sehingga tidak mampu terserap oleh tanah. Tak terhitung banyaknya bencana banjir bandang yang menimpa kota-kota di Indonesia. Baru-baru ini banjir bandang terjadi di pusat kota Bandung dan menyeret apapun di depannya padahal daerah tersebut tak pernah didera banjir sebelumnya. Setelah diselidik banjir terjadi karena hutan lebat di kawasan Bandung Utara yang sudah dipenuhi beton. Air hujan yang tak tertampung akhirnya turun ke bawah dan membuat banjir besar di titik vital kota kembang.

  1. Kekeringan

Kekeringan terjadi karena pasokan air yang menipis dan berlangsung dalam waktu lama. Musim kemarau yang panjang mengakibatkan evaporasi sehingga air tanah menguap dan cadangan air menipis. Saar kekeringan terjadi sumur-sumur warga menjadi kering dan sulit mencari air bersih untuk keperluan sehari-hari. Untuk mencegah bencana kekeringan setiap musim kemarau diperlukan upaya penyediaan air secara masif, misalnya dengan membangun bendungan, waduk, dan pengelolaan DAS sehingga masalah dapat teratasi.

  1. Gelombang badai

Gelombang badai bisa sangat mengancam dan berbahaya. Fenomena ini terjadi karena angin badai yang membuat permukaan air laut bergolak dan menghempas daratan. Sangat berbahaya bagi kapal untuk melintasi samudra yang tengah dilanda angin badai. Pada bulan Januari 2018 badai maha dahsyat menghantam pesisir timur Amerika Serikat dan dijuluki sebagai bom cyclone. Fenomena tersebut mengakibatkan air terjun Niagara di perbatasan Amerika dan Kanada ikut membeku. Cuaca ekstrim tersebut mengakibatkan gelombang dingin dan badai salju sehingga menewaskan banyak orang.

  1. Naiknya permukaan air laut

Permukaan air laut bisa mengakibatkan banjir bagi penduduk yang bermukim di sekitar pantai. Fenomena ini terjadi karena beberapa faktor seperti melelehnya gletser di kutub dan memuainya air laut karena suhu yang panas. Dilansir dari National Geographic, kenaikan permukaan air laut diperkirakan akan mencapai 28-98 cm pada tahun 2100. Jika seluruh lapisan es mencair di Greenland, air laut akan naik sampai 7 meter dan sanggup membenamkan kota London.

  1. Hujan es

Hujan es terjadi karena proses presifitasi yang tidak normal. Uap air yang membentuk awan tidak terurai sempurna sehingga hujan turun berupa butiran-butiran es. Di negara tropis hujan es bisa terjadi karena perbedaan suhu yang terlalu besar dan kelembaban yang tinggi. Biasanya durasi hujan es sangatlah singkat dan tidak menimbulkan kerugian. Namun hujan es bisa berakibat buruk jika turun di lahan pertanian milik penduduk ataupun merusak atap rumah kita. Hujan es bersifat asam yang dapat merusak tanaman sehingga tanaman kering dan mati. Dampak ini pernah dirasakan di Kabupaten Puncak, Papua pada tahun 2015. Cuaca ekstrim mengakibatkan hujan es turun di ladang penduduk dan membuat ladang ubi penduduk gagal panen. Akses sulit menuju pemukiman penduduk, membuat ribuan orang terancam kelaparan karena sumber makanan yang hilang.