Kamis, 25 November 2021

MATERI BUMI SEBAGAI RUANG KEHIDUPAN

Salam sehat smantizen….. untuk KD 3.4 kita membahas tentang BUMI SEBAGAI RUANG KEHIDUPAN
Jangan lupa untuk membaca materi ini karena ini adalah bahan untuk ujian semester. Buat peta konsep materi. Benar benar pahami materi…………………….
Kompetensi Dasar:
3.4 Menganalisis dinamika planet Bumi sebagai ruang kehidupan
4.4 Menyajikan karakteristik planet Bumi sebagai ruang kehidupan dengan menggunakan peta, bagan, gambar, tabel, grafik, foto dan/atau video
A.      Teori Pembentukan Tata Surya
a.    Teori Pasang Surut 
 Gambar 1. Teori Pasang Surut
        
Gambar 1. Teori Pasang surut  
Sumber : https://ilmugeografi.com/astronomi/teori-pasang-surut
 Teori ini dikemukakan oleh Sir James Jeans (1877-1946) dan Harold Jeffreys tahun (1891) Menurut mereka,terdapat bintang raksasa mendekati Matahari yang menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh Matahari yang saat itu masih berupa gas. Peristiwa itu membentuk gelombang raksasa pada tubuh Matahari yang disebabkan oleh gaya tarik bintang. Gelombang yang membentuk lidah pijar akan mengalami perapatan gas hingga terpecah menjadi planet-planet.
b.   Teori Ledakan Besar

Gambar 2. Teori ledakan besar
Sumber: https://www.harapanrakyat.com
 Teori ledakan besar (big bang) menjadi salah satu yang paling terkenal. Teori ini menyebutkan bahwa bumi terbentuk selama puluhan miliar tahun. Mulanya, terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut menyebabkan bagian-bagian kecil dan ringan dari kabut terlempar ke luar dan berkumpul membentuk cakram raksasa cakram tersebut meledak, membentuk galaksi dan nebula-nebula.

Selama kurang-lebih 4,6 miliar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk Galaksi Bima Sakti yang di dalamnya terdapat Tata Surya. Bagian ringan yang terlempar keluar di awal mengalami kondensasi hingga membentuk gumpalan yang mendingin dan memadat menjadi planet-planet, termasuk Bumi.

 

c.    Teori Nebula

Gambar 3. Teori Nebula

                                                        Sumber:https://www.konsepgeografi.net/2016/07/teori-nebula.html
Teori nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant di tahun 1755 yang kemudian disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace di tahun 1796. Karena itu, teori ini juga sering dikenal sebagai teori ”nebula” Kant-Laplace.

Teori ini menyebutkan bahwa di alam semesta terdapat kabut yang terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula. Gaya tarik-menarik antargas membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Proses perputaran ini mengakibatkan materi kabut di bagian khatulistiwa terlempar dan berpisah, kemudian memadat karena penurunan suhunya. 

 





d.    Teori Planetasimal

Gambar 4. Teori Planetasimal

Sumber: https://www.geologinesia.com/2017/10/teori-pembentukan-tata-surya-menurut-perspektif-sains.html

Di awal abad ke-20, seorang ahli astronomi Amerika Forest Ray Moulton (1872-1952) beserta ahli geologi Thomas C. Chamberlin (1843-1928) seorang ahli geologi mengemukakan teori planetesimal. Teori ini menyebutkan bahwa Matahari tersusun dari gas yang bermassa besar. Pada satu titik, bintang lain yang berukuran hampir sama melintas dekat dengan Matahari sehingga hampir menjadi tabrakan. Akibatnya, gas dan materi ringan di bagian tepi Matahari dan bintang tersebut menjadi tertarik.

 

e.    Teori Bintang Kembar

Gambar 5. Teori Bintang Kembar 
 Sumber: https://ilmugeografi.com/astronomi/teori-bintang-kembar
Teori pembentukan Bumi yang terakhir dikenal dengan sebutan teori bintang kembar. Teori ini dicetuskan oleh ahli astronomi Raymond Arthur Lyttleton. Menurutnya, galaksi merupakan kombinasi dari bintang kembar. Salah satu bintang tersebut meledak dan menyebabkan banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak memiliki gaya gravitasi yang kuat, sebaran pecahan ledakan bintang lainnya mengelilingi bintang tersebut. Bintang yang tidak meledak kemudian dikenal dengan Matahari, sementara pecahan- pecahannya adalah planet yang mengelilinginya.

 

B.       Teori Pembentukan Bumi
Pada awal pembentukan seluruh bagian planet Bumi relatif dingin, namun lama kelamaan meningkat suhunya menjadi seperti saat ini. Sejumlah ahli memberikan penjelasan dengan mengajukan tiga faktor penyebab naiknya suhu di Bumi, yaitu karena adanya akresi, kompresi dan disintegrasi atau penguraian unsur-unsur radiokatif.

Akresi adalah penambahan panas oleh benda-benda angkasa. Kompresi adalah proses pemadatan Bumi karena gaya gravitasi. Bagian dalam bumi menerima tekanan yang lebih besar dibanding bagian luarnya. Tingginya suhu pada bagian inti Bumi mengakibatkan unsur besi mencair. Sedangkan disintegrasi adalah proses penguraian unsur-unsur radioaktif seperti uranium, thorium dan potasium, dimana pada saat proses penguraian diiringi dengan proses pelepasan panas.

Gaya dan proses yang terjadi di dalam bumi akan dapat menyebabkan terbentuknya berbagai macam bentuk muka bumi, seperti terjadinya daratan (benua), pegunungan dan perbukitan, cekungan, lembah, tebing, dan lain-lainnya yang merupakan relief muka bumi.

Berikut ini adalah beberapa teori pembentukan muka bumi menurut para ahli:

1)        Teori Kontraksi dan Pemuaian (Contraction and Expasion Theory)

Awalnya teori ini dicetuskan oleh Descrates (1596-1650) dan didukung oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Descrates menyebutkan bahwa bumi terus mengalami penyusutan dari masa  ke masa karena adanya proses pendinginan. Akibat dari proses penyusutan ini permukaan bumi mengkerut dan terbentuklah relief berupa gunung, lembah dan dataran. Teori ini belum dapat menjelaskan proses terbentuknya daerah-daerah tekanan.

2)        Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)

Teori yang dikemukakan oleh Edward Zuess pada tahun 1884 menyebutkan bahwa bumi awalnya terdiri atas dua benua yang sangat besar yaitu Laurasia di bagian kutub utara (benua Asia, Eropa dan Amerika Utara) dan Gondwana pada bagian kutub selatan (benua Afrika, Australia dan Amerika Selatan).

3)        Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)

Pada tahun 1912, Alfred Wegener mengemukakan bahwa pada awalnya hanya terdapat satu benua yang sangat besar dimuka bumi yang disebut Pangea. Kemudian Pangea ini terpecah dan terus mengalami perubahan melalui pergerakan dasar laut. Gerakan sentripugal dari rotasi bumi menyebabkan pecahan-pecahan pangea tersebut bergerak ke arah barat menuju ekuator. Teori ini didukung dengan bukti-bukti bahwa terdapatnya kesamaan garis pantai, batuan dan fosil antara Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur.

 4)        Teori Konveksi (Convection Theory)

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Arthur Holmes sekitar tahun 1927, kemudian dikembangkan oleh Harry H. Hess dan Robert Diesz. Teori ini menyebutkan bahwa terdapat arus konveksi dari dalam mantel bumi yang terdiri dari massa berupa lava. Ketika arus konveksi ini membawa lava sampai ke permukaan bumi di bagian punggung tengah samudra (mid oceanic ridge), menyebabkan lava tersebut membeku dan membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lama. Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapatnya bagian mid oceanic ridge seperti mid Atlantic Ridge dan Pasific Atlantic Ridge. Selain itu berdasarkan sebuah penelitian mengenai umur laut juga dibuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudera, umur batuan-batuannya semakin tua.
5)        Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)

Teori yang dikemukakan oleh Tozo Wilson sekitar tahun 1965 ini menyebutkan bahwa kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer, dan lempeng-lempeng pembentuk kulit bumi ini selalu bergerak karena adanya pengaruh arus konveksi dari lapisan astenosfer.

Litosfer bumi terdiri dari dua lempeng yaitu lempeng benua dan lempeng samudera. Lempeng samudera tersusun oleh batuan basa yang dapat dijumpai di dasar samudera, sedangkan lempen benua tersusun oleh batuan asam.

Berdasarkan arah pergerakan lempeng tektonik ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a)    Gerak konvergen yaitu berupa gerakan saling bertubrukan antar lempeng tektonik, baik lempeng benua maupun lempeng samudra. Beberapa pegunungan seperti Himalaya muda, Alpen, Rocky dan Andes disebut merupakan relief yang terbentuk akibat proses kenvergensi ini.

Ada tiga jenis gerakan konvergen yaitu:

-               Subduksi : Pergerakan konvergen antara lempeng benua dan lempeng samudera, dengan lempeng samudera jatuh di bawah lempeng benua, karena gravitasi spesifik lempeng benua kurang dari lempeng samudera. Contohnya adalah parit yang membentang dari barat Sumatra, selatan Jawa, ke selatan Nusa Tenggara.

-               Obduksi : Pergerakan konvergen diantara kerak benua dan kerak samudera, tempat kerak benua tenggelam/ menunjam di bawah kerak samudera. Penunjaman ini terjadi yakni karena adanya perubahan dari batas lempeng divergen kemudian menjadi konvergen, menimbulkan terjadinya kerak benua berbenturan dengan kerak samudera.

-               Kolisi : Gerakan konvergen antara lempeng benua dan lempeng benua. Kedua pelat memiliki massa jenis yang tidak berbeda untuk membentuk pegunungan yang tinggi, seperti Pegunungan Himalaya.

b)   Gerak divergen, yaitu Gerakan lempeng dimana lempeng bergerak saling menjauh, dengan gaya yang bekerja pada gerakan ini adalah gaya tarik (tensional). Perbedaan ini menyebabkan magma naik dari pusat bumi, membentuk dasar lautan atau kerak samudera. Contohnya adalah MOR (Mid Ocean Ridges) di dasar Samudera Atlantik;

c)    Sesar Mendatar (Transform), yaitu gerakan berlawanan arah yang menyebabkan terjadinya pergesekan antar lempeng tektonik. Sesar San Andreas yang terbentang sepanjang 1.200 km merupakan salah satu relief yang terbentuk akibat adanya proses transform ini.

Selasa, 23 November 2021

KSN GEO 1

GEOLOGI DASAR Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planit bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi Fisik adalah bagian ilmu geologi yang mengkhususkan mempelajari sifat-sifat fisik dari bumi, seperti susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan yang membentuk bumi, selaput udara yang mengitari bumi, khususnya bagian yang melekat dan berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfir, serta proses-proses yang bekerja diatas permukaan bumi yang dipicu oleh energi Matahari dan tarikan gayaberat bumi. Geologi Dinamis adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari dan membahas tentang sifat- sifat dinamika bumi. Sisi ini berhubungan dengan perubahan-perubahan pada bagian bumi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang dipicu oleh energi yang bersumber dari dalam bumi, seperti kegiatan magma yang menghasilkan vulkanisma, gerak-gerak litosfir akibat adanya arus konveksi, gempabumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan pengendapan dan pegunungan. Skala Waktu Geologi adalah sistem penanggalan bumi yang dipakai untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi. Sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi lagi menjadi Era (Kurun), dan Era dibagi menjadi Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala). Terdapat 2 jenis pembagian Skala Waktu Geologi, yaitu Skala Waktu Relatif dan Skala Waktu Nisbi (Radiometri): 1 Skala Waktu Relatif adalah skala waktu geologi yang didasarkan atas fosil-fosil yang terdapat dalam batuan sepanjang sejarah bumi. 2 Skala Waktu Absolut (Radiometri) adalah skala waktu geologi yang didasarkan atas penentuan penanggalan isotop radioaktif pada mineral-mineral radioaktif yang terdapat dalam batuan. Gambar 1 Skala Waktu Geologi. Transgresi dan Regresi 1 Transgresi (Genang Laut) dalam pengertian stratigrafi/sedimentologi adalah laju dasar cekungan lebih cepat dibandingkan dengan pasokan sedimen (sediment supply). 2 Regresi (Susut Laut) dalam pengertian stratigrafi/sedimentologi adalah laju penurunan dasar cekungan lebih lambat dibandingkan dengan pasokan sedimen (sediment supply). Hubungan Potong Memotong (Cross-cutting Relationship) adalah hubungan kejadian antar batuan. Urutan pembentukan batuan dapat ditentukan berdasarkan hubungan potong memotong, dimana batuan yang dipotong (diterobos) terbentuk lebih dahulu dibandingkan dengan batuan yang menerobosnya. Gambar 1. Hubungan potong memotong (crosscutting relationships): Fm. Lutgrad, Fm. Birkland, dan Fm. Leet Junction diterobos oleh intrusi Granit dan kemudian terbentuk Fm. Larsonton disertai intrusi Dike, kemudian dilanjutkan dengan pengendapan Fm. Foster, Fm. Hamlinville, dan Skinner Guich Limestone. Gambar 2. Foto singkapan batuan intrusi dyke (warna gelap) memotong batuan samping (warna terang). Intrusi dyke lebih muda terhadap batuan sampingnya. Gambar 3. Foto singkapan batuan intrusi korok (warna coklat muda) memotong batuan samping (warna abu-abu kecoklatan). Intrusi gang lebih muda terhadap batuan sampingnya. Pembentukan Bumi dan Tektonik Lempeng 1 Hipotesa Nebula Menurut beberapa para ahli, Immanuel Kant, Pierre Marquis de Laplace. Agar kita dapat lebih menghayati dan memahami sifat-sifat yang terkandung dan Helmholtz, adalah yang beranggapan adanya suatu bintang yang berbentuk kabut raksasa dengan suhu yang tidak terlalu panas karena penyebarannya yang sangat terpencar. Benda tersebut yang kemudian disebutnya sebagai awal-mula dari MATAHARI, digambarkannya sebagai suatu benda (masa) yang bergaris tengah 2 bilyun mil yang berada dalam keadaan berputar. Gerakan tersebut menyebabkan Matahari ini secara terus-menerus akan kehilangan daya energinya dan akhirnya mengkerut. Akibat dari proses pengkerutan tersebut, maka ia akan berputar lebih cepat lagi. Dalam keadaan seperti ini, maka pada bagian ekuator kecepatannya akan semakin meningkat dan menimbulkan terjadinya gaya sentrifugal. Gaya ini akhirnya akan melampaui tarikan dari gayaberatnya, yang semula mengimbanginya, dan menyebabkan sebagian dari bahan yang berasal dari Matahari tersebut terlempar. Bahan-bahan yang terlempar ini kemudian dalam perjalanannya juga berputar mengikuti induknya, juga akan mengkerut dan membentuk sejumlah planet-planet. 2 Hipotesa Planetisimal Berdasarkan pemikiran dari Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton. Teori ini mengemukakan adanya suatu Bintang yang besar yang menyusup dan mendekati Matahari. Akibat dari gejala ini, maka sebagian dari bahan yang membentuk Matahari akan terkoyak dan direnggut dari peredarannya. Mereka berpendapat bahwa bumi kita ini terbentuk dari bahan- bahan yang direnggut tersebut yang kemudian memisahkan diri dari Matahari. Sesudah itu masih ada bermunculan teori-teori lainnya yang juga mencoba menjelaskan terjadinya planet- planet yang mengitari Matahari. Tetapi rupanya kesemuanya itu lebih memfokuskan terhadap pembentukan planit-planit itu sendiri saja tanpa mempedulikan bagaimana sebenarnya Matahari itu sendiri terbentuk. 3 Hipotesa Pasang Surut Bintang Hipotesa pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesa tersebut. 4 Hipotesa Kondensasi Hipotesa kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesa kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa. 5 Hipotesa Bintang Kembar Hipotesa bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesa mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya. Asal Mula Tata Surya Disusul oleh Fred Hoyle pada tahun 1960 mengemukakan: bahwa magneto hydrodinamic telah mempengaruhi sifat daripada bahan asal didalam awan debu yang berupa gas yang terionkan yang berputar dengan cepat. Melalui gas-gas ini akan didapat garis-garis gaya “magneto hydrodinamic”yang diumpamakan serupa dengan benang-benang elastis yang mengikat gas-gas tersebut. Gas-gas yang terdapat dibagian luar dari awan akan berputar lebih lambat dibandingkan dengan yang berada di bagian dalam sehingga akibatnya benang-benang ituakan mempunyai kecenderungan untuk melilit dan merentang. Keadaan seperti ini akan menyebabkan peningkatan terhadap momentum pada bagian luar, yang kemudian akan membentuk planit-planit dan akan mengurangi bagian tengahnya yang kemudian pula akan membentuk Matahari. GEOGRAFI – PAKET 1 GEOGRAFI – PAKET 1 Proses Pemadatan Bumi Pada awalnya terbentuk Protoplanet yang bervolume besar namun dengan kerapatan yang kecil, tersusun oleh gas yang bersifat heterogen Selanjutnya kemudian terbentuk planet yang berukuran lebih kecil dari Protoplanet namun lebih rapat dan mempunyai bagian dalam yang ber- beda-beda / berlapis- lapis. H dan He hilang ke ruang angkasa. Susunan Interior Bumi Susunan interior bumi dapat diketahui berdasarkan dari sifat sifat fisika bumi (geofisika). Sebagaimana kita ketahui bahwa bumi mempunyai sifat-sifat fisik seperti misalnya gaya Tarik (gravitasi), kemagnetan, kelistrikan, merambatkan gelombang (seismik), dan sifat fisika lainnya. Melalui sifat fisika bumi inilah para akhli geofisika mempelajari susunan bumi, yaitu misalnya dengan metoda pengukuran gravitasi bumi (gaya tarik bumi), sifat kemagnetan bumi, sifat penghantarkan arus listrik, dan sifat menghantarkan gelombang seismik. Metoda seismik adalah salah satu metoda dalam ilmu geofisika yang mengukur sifat rambat gelombang seismik yang menjalar di dalam bumi. Pada dasarnya gelombang seismik dapat diurai menjadi gelombang Primer (P) atau gelombang Longitudinal dan gelombang Sekunder (S) atau gelombang Transversal. Sifat rambat kedua jenis gelombang ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari material yang dilaluinya. Gelombang P dapat menjalar pada material berfasa padat maupun cair, sedangkan gelombang S tidak dapat menjalar pada materi yang berfasa cair. Perpedaan rambat kedua jenis gelombang inilah yang dipakai untuk mengetahui jenis material dari interior bumi. Gambar 5. Sifat rambat gelombang P dan S pada interior bumi. Terlihat gelombang P dapat merambat pada interior bumi baik yang berfasa padat maupun berfasa cair, sedangkan gelombang S tidak pada Inti Bumi bagian luar yang berfasa cair. Bagian-bagian utama dari Bumi yang terlihat pada gambar 2.5, yaitu : (1) Inti, yang terdiri dari bagian. Inti bagian dalam yang bersifat padat, dan ditafsirkan sebagai terdiri terutama dari unsur besi, dengan jari-jari 1216 Km., Inti bagian luar, berupa lelehan (cair), dengan unsur–unsur metal mempunyai ketebalan 2270 Km; Kemudian (2) Mantel Bumi setebal 2885 Km; terdiri dari batuan padat, dan berikutnya (3) Kerak Bumi, yang relatif ringan dan merupakan “kulit luar” dari Bumi, dengan ketebalan berkisar antara 5 hingga 40 Km. Gambar 6. Susunan Interior Bumi : Inti Bagian Dalam (Inner Core); Inti Bumi Bagian Luar (Outer Core); Mantel; dan Kerak Bumi (Lithosphere) Tektonik Lempeng 1. Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift) Revolusi dalam ilmu pengetahuan kebumian sudah dimulai sejak awal abad ke 19, yaitu ketika munculnya suatu pemikiran yang bersifat radikal pada kala itu dengan mengajukan hipotesa tentang benua benua yang bersifat mobil yang ada di permukaan bumi. Sebenarnya teori tektonik lempeng sudah muncul ketika gagasan mengenai hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift) diperkenalkan pertama kalinya oleh Alfred Wegener (1915) dalam bukunya “The Origins of Oceans and Continents”. Pada hakekatnya hipotesa pengapungan benua adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa benua-benua yang ada saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai super-kontinen yang bernama Pangaea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200 juta tahun yang lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang kemudian bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini. Bukti bukti tentang adanya super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu didukung oleh fakta fakta sebagai berikut: a) Kesamaan garis pantai benua Amerika Selatan dan pantai barat Benua Afrika b) Persebaran fosi binatang yang sama antara Amerika Selatan dan Benua Afrika - Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu dan ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika. - Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang hidup sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika. - Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika. - Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dijumpai di benua benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika. c) Kesamaan jenis batuan d) Bukti iklim purba (Paleoclimatic) e) Pengapungan Benua dan Paleomagnetisme Suatu metoda yang dipakai untuk mengetahui medan magnet purba adalah dengan cara menganalisa beberapa batuan yang mengandung mineral-mineral yang kaya unsur besinya yang dikenal sebagai fosil kompas. Mineral yang kaya akan unsur besi, seperti magnetite banyak terdapat dalam aliran lava yang berkomposisi basaltis. Saat suatu lava yang berkomposisi basaltis mendingin (menghablur) dibawah temperatur Curie (– 580 C), maka butiran butiran yang kaya akan unsur besi akan mengalami magnetisasi dengan arah medan magnet yang ada pada saat itu. Sekali batuan tersebut membeku maka arah kemagnetan (magnetisasi) yang dimilikinya akan tertinggal di dalam batuan tersebut. Arah kemagnetan ini akan bertindak sebagai suatu kompas ke arah kutub magnet yang ada. Jika batuan tersebut berpindah dari tempat asalnya, maka kemagnetan batuan tersebut akan tetap pada arah aslinya. Batuan batuan yang terbentuk jutaan tahun yang lalu akan merekam arah kutub magnet pada saat dan tempat dimana batuan tersebut terbentuk, dan hal ini dikenal sebagai Paleomagnetisme. 2. Hipotesa Pemekaran Lantai Samudra (Sea Floor Spreading) Pertama kalinya oleh Harry Hess (1960) dalam tulisannya yang berjudul “Essay in geopoetry describing evidence for sea-floor spreading”. Dalam tulisannya diuraikan mengenai bukti-bukti adanya pemekaran lantai samudra yang terjadi di pematang tengah samudra ( mid oceanic ridges), Guyots, serta umur kerak samudra yang lebih muda dari 180 juta tahun. Hipotesa pemekaran lantai samudra pada dasarnya adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa bagian kulit bumi yang ada didasar samudra Atlantik tepatnya di Pematang Tengah Samudra mengalami pemekaran yang diakibatkan oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakan oleh arus konveksi yang berada di bagian mantel bumi (astenosfir). Akibat dari pemekaran yang terjadi disepanjang sumbu Pematang Tengah Samudra, maka magma yang berasal dari astenosfir kemudian naik dan membeku. Pergerakan lantai samudra (litosfir) ke arah kiri dan kanan di sepanjang sumbu pemekaran Pematang Tengah Samudra lebih disebabkan oleh arus konveksi yang berasal dari lapisan mantel bumi (astenosfir). Arus konveksi inilah yang menggerakan kerak samudra (lempeng samudra) yang berfungsi sebagai ban berjalan (conveyor-belt). Gambar 7 memperlihatkan ilustrasi dari pemekaran lantai samudra oleh arus konveksi yang adadi lapisan astenosfir. Gambar 7. Arus konveksi yang menggerakan lantai samudra (litosfir), pembentukan material baru di Pematang Tengah Samudra (Midoceanic ridge) dan penyusupan lantai samudra kedalam interior bumi (astenosfir) pada zona subduksi 3. Teori Tektonik Lempeng Teori tektonik lempeng adalah suatu teori yang menjelaskan mengenai sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh gaya endogen yang berasal dari dalam bumi. Dalam teori tektonik lempeng dinyatakan bahwa pada dasarnya kerak-bumi (litosfir) terbagi dalam 13 lempeng besar dan kecil. Adapun lempeng-lempeng tersebut terlihat pada gambar 8 sebagai berikut: 1) Lempeng Pasific (Pasific plate), 2) Lempeng Euroasia (Eurasian plate), 3) Lempeng India-Australia (Indian-Australian plate), 4) Lempeng Afrika (African plate), 5) Lempeng Amerika Utara (North American plate), 6) Lempeng Amerika Selatan (South American plate), 7) Lempeng Antartika (Antartic plate) serta beberapa lempeng kecil seperti : 1) Lempeng Nasca (Nasca plate), 2) Lempeng Arab (Arabian plate), dan 3) Lempeng Karibia (Caribian plate). 4) Lempeng Philippines (Phillippines plate) 5) Lempeng Scotia (Scotia plate) 6) Lempeng Cocos (Cocos plate) Batas – batas Lempeng 1) Batas Konvergen: Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling bertumbukan. Batas lempeng konvergen dapat berupa batas Subduksi (Subduction) atau Obduksi (Obduction). Batas subduksi adalah batas lempeng yang berupa tumbukan lempeng dimana lsalah satu empeng menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya terangkat ke permukaan (gambar 9 ). Contoh batas lempeng konvergen dengan tipe subduksi adalah Kepulauan Indonesia sebagai bagian dari lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng samudra Hindia– Australia di sebelah selatan Sumatra-Jawa-NTB dan NTT. Batas kedua lempeng ini berupa suatu zona subduksi yang terletak di laut yang berbentuk palung (trench) yang memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga ke Nusa Tenggara Timur. Contoh lainnya adalah kepulauan Philipina, sebagai hasil subduksi antara lempeng samudra Philipina dengan lempeng samudra Pasifik. Obduksi ( Obduction) adalah batas lempeng yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua dengan benua yang membentuk suatu rangkaian pegunungan (gambar 10). Contoh batas lempeng tipe obduksi adalah pegunungan Himalaya yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua India dengan lempeng benua Eurasia. Gambar 9 Batas- batas lempeng : Konvergen (atas), (tengah) dan Transforms (bawah). Gambar 10. Jenis Batas Konvergen: Obduction/Obduk si (atas) dan Subduction/Subd uksi (bawah) 2) Batas Divergen: Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu dan lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force) yang mengakibatkan naiknya magma kepermukaan dan membentuk material baru berupa lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang saling menjauh. Contoh yang paling terkenal dari batas lempeng jenis divergen adalah Punggung Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridges) yang berada di dasar samudra Atlantik, disamping itu contoh lainnya adalah rifting yang terjadi antara benua Afrika dengan Jazirah Arab yang membentuk laut merah. 3) Batas Transform: Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dan saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike Slip Fault. Contoh batas lempeng jenis transforms adalah patahan San Andreas di Amerika Serikat yang merupakan pergeseran lempeng samudra Pasifik dengan lempeng benua Amerika Utara. Berdasarkan teori tektonik lempeng, lempeng-lempeng yang ada saling bergerak dan berinteraksi satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng lempeng tersebut juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh rotasi bumi pada sumbunya. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan rotasi yang terjadi bola bumi akan akan semakin cepat ke arah ekuator. Pada gambar 2.20 diperlihatkan prinsip-prinsip dari pergerakan lempeng bumi, dimana pada bagian kutub (Euler pole) masuk kedalam lingkaran besar sedangkan ke arah ekuator masuk kedalam lingkaran kecil. Interaksi antar lempeng dapat saling mendekat (subduction), saling menjauh dan saling berpapasan (strike slip fault). SOAL 1. Terjadinya gempa pada suatu wilayah secara berulang-ulang pada kurun waktu tertentu (siklus gempa), disebabkan oleh … . A. arus konduksi pada lapisan mantel B. arus konveksi pada lapisan astenosfer C. perubahan suhu pada lapisan mantel atas D. arus konveksi pada inti dalam (core) E. perbedaan berat jenis material 2. Material gunung api dikeluarkan pasca letusan dan berbahaya bagi mahluk hidup karena mengandung racun , adalah … . A. solfatar B. fumarol C. geyser D. makdani E. mofet 3. Pada peristiwa dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi akan membentuk, kecuali … . A. palung laut B. aktivitas vulkanik C. pematang tengah samudera D. daerah seismic E. penggerak gerakan lempeng 4. Jenis-jenis batuan 1. Sabak 2. Marmer 3. Antrasit 4. Permata 5. Topaz Jenis batuan metamorf yang terjadi karena pengaruh suhu tinggi dan mendapat tambahan gas lain dalam proses pembentukannya, ditunjukan oleh nomor ... . A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 2 dan 5 D. 3 dan 4 E. 4 dan 5 5. Ciri-ciri gempa 1. episentrum di darat 2. kedalaman gempa < 100 km 3. kedalaman gempa > 100 km 4. episentrum di laut 5. kekuatan gempa > 6,5 SR Gempa tektonik yang disertai gelombang tsunami akan dipengaruhi sesuai nomor … . A. 1, 2, dan 3 B. 1, 2, dan 4 C. 1, 3, dan 5 D. 2, 4, dan 5 E. 3, 4, dan 5 6. Berikut ini adalah ciri-ciri mineral, kecuali… . A. Padat B. Alami C. Non-organik D. Ada struktur kristal E. Keras dan tidak tergores oleh kuku 7. Urutan dari paling bawah sampai ke atas lapisan bumi berdasarkan susunan kimiawianya yang tepat adalah… . A. Inti bumi  mesosfer  astenosfer  kerak bumi B. Inti  mantel  kerak bumi C. Inti dalam  inti luar  mesosfer  astenosfer  litosfer D. Inti dalam  inti luar  mantel  litosfer E. Inti  mantel  litosfer 8. Pasir dapat berubah menjadi batupasir, jika… A. Terendapkan B. Tererosi C. Terkompaksi D. Terlapukkan E. Terdeposisi 9. Contoh batuan beku berikut yang terbentuk secara ekstrusif dengan sifat magma intermediate adalah… . A. Riolit B. Granit C. Diorit D. Andesit E. Basal 10. Contoh batuan ekstrusif yang sering dijumpai di sekitar gunung api di Indonesia di Pulau Jawa adalah… . A. Riolit B. Granit C. Diorit D. Andesit E. Basal 11. Batuan sedimen yang memiliki ukuran butir sekitar 1/16 – 2 mm adalah… . A. Sandstone B. Claystone C. Siltstone D. Conglomerate E. Breccia 12. Berikut ini urutan batuan berderajat yang benar dari yang terkena tekanan tinggi sampai rendah, yaitu… . A. Gneiss  filite  sekis  sabak B. Gneiss  sekis  sabak  filite C. Gneiss  filite  sabak  sekis D. Gneiss  sekis  filite  sabak E. Gneiss  sabak  filite  sekis 13. Pegunungan Guyana terbentuk akibat interaksi antara lempeng… . A. Amerika Utara dengan Pasifik B. Amerika Selatan dengan Nazca C. Amerika Selatan dengan India D. Amerika Utara dengan Nazca E. Amerika Selatan dengan Karibia 14. Kenampakan geomorfo tersebut adalah .... a. Mofet b. Geyser c. Gletser d. Fumarol e. Belerang 15. Pergerakan transportasi muatan sungai yang bergeraknya memantul pada bed load sungai disebut dengan ... a. Traction b. Suspension c. Solution d. Saltation e. Atrition 16. Kenampakan geomorfologi tersebut disebut dengan.... a. Butte b. Messa c. Volcanic Neck d. Mogote e. Lava Flow 17. Inti bumi terutama tersusun oleh .... A. Silikon B. oksigen C. sulfur D. besi E. nitrogen 18. Manakah tidak benar tentang pernyataan mengenai Revolusi Pertanian Kedua? a Mulai adanya komersialisai di bidang pertanian b Pengunaan mesin-mesin pada pertanian mulai intensif c Dilatarbelakangi oleh revolusi industri d Penggunaan bioteknologi untuk menghasilkan varietas unggul e Penggunaan bahan-bahan kimia mulai digantikan dengan bahan-bahan organik 19. Zona laut yang memiliki kedalaman kurang dari 200 m adalah… a. Bathyal b. Abisal c. Hadal d. Trough e. Neritik 20. Bagian diskontinuitas yang terdapat diantara kerak bumi dan mantle disebut.. a. Bidang Lehman b. Bidang Gutenberg c. Bidang Mohorovic d. Bidang seismic e. Semua salah 21. Apabila di suatu daerah ditemukan perbukitan kerucut karst, maka batuan penyusun perbukitan tersebut secara umum adalah.... a. Lempung b. Batupasir c. Gamping d. Konglomerat e. Breksi 22. Pernyataan yang tidak sesuai untuk pelapukan fisika adalah... a. Menghasilkan mineral baru b. Banyak terjadi di daerah beriklim kering c. Dapat disebabkan oleh penembusan akar tanaman d. Banyak dijumpai endapan talus e. Dipengaruhi oleh perbedaan perilaku termal antar mineral. 23. El-Niño adalah sebuah fenomena alam yang menyebabkan kekeringan parah di Indonesia. Apakah yang menjadi dampak dari terjadinya El-Niño? a. Tekanan udara yang rendah di Indonesia b. Berpindahnya massa air laut yang panas menuju Pasifik bagian barat c. Siklus Walker cenderung bergerak ke arah barat d. Lemahnya angin pasat e. Tidak ada jawaban yang benar 24. Kabut adveksi dapat kita temukan di daerah... a. Skull Coast, Namibia b. Cairns, Australia c. Kyoto, Jepang d. Cartagena, Kolombia e. Edinburgh, Kerajaan Bersatu 25. Jenis gelombang gempa yang mempunyai kecepatan paling tinggi adalah …. a. Gelombang love b. Gelombang Rayleigh c. Gelombang Longitudinal d. Gelombang Transversal e. Jawaban a, b, c, dan d salah 26. Salinitas air laut akan maksimum di daerah: a. Kutub utara b. Kutub selatan c. Equator (0o) d. Subtropis (sekitar 25o LU dan 25o LS) e. Subpolar (sekitar 75o LU dan 75o LS) 27. Batu lempung merupakan batuan yang dapat menyimpan air tanah tetapi tidak dapat melewatkan air tanah tersebut. Batuan seperti ini disebut sebagai : a. Aquifer b. Aquiclude c. Aquitard d. Aquifuq e. Akuinos 28. Danau Aramayu adalah salah satu danau yang terlerak di Provinsi Papua Barat. Danau ini terbentuk pada struktur karst. Sebagai danau karst manakah pernyataan yang benar mengenai danau Aramayu? a. Danau Aramayu memiliki volume air tetap sepanjang tahun b. Danau ini terbentuk akibat proses pengendapan pada batuan kapur c. Merupakan danau tertutup dan tidak memiliki aliran air d. Ikan dan tumbuhan air tidak dapat hidup di danau Aramayu e. Terbentuk dari gabungan danau-danau kecil yang menjadi satu karena proses erosi 29. Perhatikan bagan penampang dasar laut dibawah ini ! Tanda panah pada gambar diatas menunjukan adanya… a. Trough / Trench b. Continental Ridge c. Continental Shelf d. The Deeps e. Continental Slope 30. Pantai pasir putih umumnya berasal dari: a. Endapan pasir sungai b. Erupsi gunung berapi c. Deposisi sisa-sisa cangkang biota laut yang telah hancur d. Deposisi dari erosi batuan kapur e. Jenis tanahnya memang pasir puti

Sabtu, 06 November 2021

KATAK DAN AIR MENDIDIH

KATAK DAN AIR MENDIDIH
Tempatkan Katak ke dalam panci di atas kompor, isi dengan air dan mulai panaskan air.
Saat suhu air mulai meningkat, Katak menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu air.

 Katak terus menyesuaikan suhu tubuhnya dengan meningkatnya suhu air. Hanya ketika air akan mencapai titik didih, Katak tidak dapat menyesuaikan lagi. Pada titik ini, Katak memutuskan untuk melompat keluar.

Katak mencoba untuk melompat, tetapi tidak dapat melakukannya, karena telah kehilangan semua kekuatannya saat menyesuaikan diri dengan suhu air yang terus meningkat. Akhirnya Katak mati.

Apa yang membunuh katak?

Pikirkanlah!

Mungkin sebagian orang berkata dari air mendidih. Tapi sesungguhnya yang membunuh Katak adalah ketidakmampuan dirinya untuk memutuskan kapan harus MELOMPAT keluar.

Demikian juga dengan kondisi kita sekarang...

Ketika kita harus MELOMPAT dari zona nyaman kita
Jangan menunggu hidupmu berubah
Tapi berusahalah mencari peluang agar hidupmu berubah.

Jangan menyerah dengan keadaan kenapa saya miskin, kenapa saya susah, kapan saya sukses, kapan saya berhasil.

Jangan meratapi kehidupan dengan pertanyaan diatas, berhentilah menyesuaikan diri

Mulailah MELOMPAT mencari dan mencoba sesuatu yang baru, jangan pernah takut untuk mencoba....

Lebih baik gagal karna mencoba, dari pada mati karna menunggu....

Tetap semangat sahabat

Jumat, 29 Oktober 2021

KETAHANAN PANGAN

Indeks Ketahanan Pangan Di Kepri

Dampak dari persebaran covid selain perekonomian juga menyenggol ketahanan pangan. Sebagian akibat rendahnya produksi komoditas pangan, sebagian lainnya akibat kebijakan lockdown di sejumlah negara. Ancaman serupa juga terjadi di tanah air, apalagi kebutuhan pangan di dalam negeri sebagian masih bergantung impor.

Sejumlah provinsi di tanah air, termasuk Kepri terancam ketahanan pangannya. Bersama dengan Papua, Papua Barat, Maluku dan Bangka Belitung, Provinsi Kepri termasuk rentan pangan. Bahkan, seperti dilansir Lokadata, hampir dua pertiga provinsi di Sumatera termasuk rentan ketahanan pangannya.

Indeks kerentanan pangan di Kepri tertinggi di antara empat provinsi di Sumatera itu. Mengacu indikator stok pangan dan kondisi wilayah, Kementerian Pertanian menyusun peta kerawanan pangan. Berdasar Peta Ketahanan Dan Kerentanan Pangan 2018, terdapat 12 provinsi skor indeksnya di bawah rata-rata nasional, yakni 5,0.

Penyusunan peta berdasarkan tiga indikator utama, yakni ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan. Selain indeks, peta itu juga memuat wilayah rawan pangan dalam tiga kelompok prioritas, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Sedangkan 12 provinsi dengan indeks ketentanan pangan di bawah rata-rata nasional, yakni (1) Provinsi Papua, (2) Papua Barat, (3) Kepri, (4) Maluku, (5) Bangka Belitung, (6) Riau, (7) Nusa Tenggara Timur, (8) Kalimantan Barat, (9) Maluku Utara, (10) Sumatera utara, (11) Bengkulu, dan (12) Sumatera Selatan.

Selanjutnya 22 dari 34 provinsi lainnya terbilang aman lantaran indeksnya berada di atas rata-rata nasional, sebagian besar di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan Provinsi Yogyakarta tertinggi skor indeksnya (6,0), Gorontalo dan Kalimantan Selatan menyusul di urutan selanjutnya.

Kondisi itu sejatinya tak berlebihan, karena sebagain besar provinsi di Jawa dikenal daerah penghasil pangan, begitu pula dengan Gorontalo juga dikenal sebagai lumbung pangan di Sulawesi. Sedangkan Sumatera, sektor pertanian belum sebesar sektor perkebunan. Di Sumatera, sawit, karet dan tanaman monokultur lainnya mendominasi usaha hulunya.

infografis via lokadata.id

Berdasar warna peta ketahanan pangan, hanya Sumatera Barat dan Lampung terbilang rendah ancaman ketahanan pangannya. Kepri, Riau dan Bangka Belitung berada di urutan buncit. Nah, pandemi COVID-19 diyakini menambah tekanan kondisi ketahanan pangan itu.

Karenanya, jika kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diyakini sebagai cara mujarab menekan laju serangan COVID-19, termasuk di Kepri, Pemda perlu mempertimbangkan keseluruhan aspek ketahanan pangan di dalamnya.

Berkaca dari PSBB di DKI Jakarta, menurut Dr. Kuncoro Harto Widodo, Dosen Logistik dan Supply Chain, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, aturan di dalamnya tak hanya terkait ketersedian dan sistem ketahanan pangan saat kebijakan berlangsung.

Namun juga terkait jumlah pasokan, mutu, dan distribusinya. “Saat PSBB berlangsung, Pemda DKI Jakarta harus menjamin pangan yang bisa diakses oleh seluruh individu di dalamnya,” katanya. (*)

Kamis, 28 Oktober 2021

POTENSI KEPRI

POTENSI KEPRI

POSISI GEOGRAFIS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Posisi geografis Provinsi Kepulauan Riau terbentang dari selat Malaka sampai dengan laut (Natuna) Cina Selatan dan berbatasan langsung dengan Vietnam, Malaysia, Kamboja dan Singapore sebagai pusat perdagangan dunia menjadikan Provinsi Kepulauan Riau memiliki peran strategis dalam

lalu lintas perdagangan dunia.Provinsi Kepri memiliki luas wilayah 251.810 km2. Dimana 96% diantaranya merupakan lautan dan 4% berupa daratan yang di rangkai oleh 2.408 pulau dengan garis pantai sepanjang 2.367,6 km.Pusat pusat kegiatan di Provinsi Kepulauan Riau dapat dijangkau dari Singapura dengan jarak tempuh kurang lebih 1 – 2 jam perjalanan menggunakan sarana transportasi laut. Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan 2 (dua) kota, meliputi Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kota Tanjungpinang, dan Kota Batam.

AKSESSIBILITAS
Provinsi Kepulauan Riau dapat di jangkau melalui transportasi udara maupun transportasi laut. Bandara Hang nadim di Batam dan Bandara Raja Haji Fisabililah di Tanjungpinang merupakan gerbang udara dari akses nasional maupun internasional. Selain itu pelabuhan pelabuhan yang tersebar di setiap Kabupaten kota menjadi

pintu masuk di propinsi Kepri melalui laut.Pusat pemerintahan propinsi Kepulauan Riau terletak pulau Dompak. Aksesibilitas Dari pusat pemerintahan Kabupaten / kota ke pusat pemerintahan propinsi adalah sebagai berikut:
1.Dari pusat pemerintahan kota Tanjung Pinang di Senggarang dapat dicapai melalui angkutan darat dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam;
2.Dari pusat pemerintahan Kota Batam dapat dicapai melalui angkutan laut dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam;
3.Dari pusat pemerintahan Kabupaten Bintan dapat dicapai melalui angkutan darat dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam;
4.Dari pusat Pemerintahan kabupaten Karimun dapat dicapai melalui angkutan laut dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam;
5.Dari pusat pemerintahan Kabupaten Lingga dapat dicapai melalui angkutan laut dengan waktu tempuh kurang lebih 4 jam dan angkutan udara dengan waktu tempuh setengah jam;
6.Dari pusat pemerintahan Kabupaten Natuna dapat dicapai melalui angkutan laut dengan waktu tempuh kurang lebih 12 jam dan angkutan udara dengan waktu tempuh kurang lebih satu setengah jam sampai dengan dua jam;
7.Dari pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Anambas dapat dicapai melalui angkutan laut dengan waktu tempuh kurang lebih 8 jam dan angkutan udara dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam.

PROFIL ALAM

Wilayah Provinsi Kepulaunan Riau terdiri dari lautan dan pulau-pulau yang tersebar dari Selat Malaka sampai Laut Natuna. Luas wilayah, Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 9.982,88 km2 berupa daratan dan 415.231,79 km2 berupa lautan.Provinsi Kepulauan Riau mempunyai

2.408 pulau. Jumlah pulau yang telah berpenghuni sejumlah 385 pulau, 19 pulau merupakan pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan negara lain. Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 5 (lima) Kabupaten dan 2 (dua) kota, meliputi Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kota Tani ungpinang, dan Kota Batam.

PROFIL GEOLOGI
Berdasarkan kondisi geomorfologinya, Provinsi Kepulauan Riau merupakan bagian kontinental yang terkenal dengan nama “paparan sunda” atau bagian dari kerak Benua Asia. Batuan-batuan yang terdapat di Kepulauan Riau diantaranya adalah batuan ubahan seperti mika geneis, meta batulanau, batuan gunung api seperti tuf, tuf litik, batupasir tufan yang tersebar di bagian timur Kepulauan Riau,

batuan terobosan seperti granit muskovit dapat dijumpai di Pulau Kundur bagian timur, batuan sedimen seperti serpih batu pasir, metagabro, yang tersebar di Pulau Batam, Pulau Bintan, Pulau Buru. Juga terdapat batuan aluvium tua terdiri dari lempung, pasir kerikil, dan batuan aluvium muda seperti lumpur, lanau, dan kerakal.
Geomorfologi Pulau Kundur dan pulau Karimun Besar terdiri dari perbukitan dan dataran, dengan pola aliran sungai radial hingga dendritik yang dikontrol oleh morfologi bukit granit yang homogen. Struktur geologi berupa sesar normal dengan arah barat-timur atau barat daya-timur laut.
Geomorfologi Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang berupa perbukitan memanjang dengan arah barat laut-tenggara, dan sebagian kecil dataran yang terletak dibagian kakinya.
Geomorfologi Pulau Bintan berupa perbukitan granit yang terletak dibagian selatan pulau dna dataran yang terletak di bagian kaki. Struktur geologi sesar Pulau Bintan dominan berarah barat laut-tenggara dan barat daya-timur laut, beberapa ada yang berarah utara-selatan atau barat-timur. Pulau-pulau kecil di sebelah timur dan tenggara Pulau Bintan juga disusun Oleh granit berumur Trias (Trg) sebagai penghasil bauksit.
Geomorfologi Pulau Lingga berupa perbukitan dengan puncak Gunung Lingga, membentang dengan arah barat laut_tenggara dan dataran yang menempat di bagian kaki’ dengan pola aliran sungai trellis hingga sejajar.
Geomorfologi Pulau Selayar dan Pulau Sebangka berupa perbukitan yang membentang dengan arah barat laut-tenggara dan dataran di bagian kakinya, pola aliran sungai adalah trellis yang dikontrol oleh Struktur geologi yang berupa perlipatan dengan sumbu memanjang barat laut-tenggara dan arah patahan utara-selatan. Stratigrafi keempat pulau ini tersusun oleh FormaSI Pancur (Ksp) yang terdiri dari serpih kemerahan dan urat kwarsa, sisipan batupasir kwarsa, dan konglomerat polemik.
Geomorfologi Pulau Singkep selain terdiri dari Formasi Pancur dan Formasi Semarung juga terdapat granit (Trg) yang mendasari kedua formasi di atas dan menjadi penghaSil timah atau bauksit.
Geomorfologi Pulau Bunguran berupa perbukitan yang membujur dari tenggara-barat laut dengan puncak Gunung Ranai dan dataran yang menempati bagian barat dari pulau Bunguran. Pola aliran sungai adalah radial hingga dendritik di sekitar Gunung Ranai, sedangkan ke arah barat laut berubah menjadi pola aliran trellis.
Pulau Matak, Pulau Siantan dan Pulau Jemala disusun oleh granit Anambas (Kag) yang tersusun oleh granit, granodiorit dan syenit. Batuan granit Anambas (Kag) ini menerobos batuan mafik dan ultramafik (Jmu) yang terdiri dari diorit, andesit, gabro, gabro porfir, diabas dan basalt, bersisipan rijang-radiolaria. Pola struktur sesar dominan berarah barat laut-tenggara dan sedikit berarah utara-selatan hingga baratdaya-timur laut.
Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai potensi tambang granit sedangkan Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan cekungan tersier yang kaya minyak dan gas bumi yaitu Cekungan Natuna Barat yang masuk wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas dan Cekungan Natuna Timur yang masuk wilayah Kabupaten Natuna.
Tekstur tanah di wilayah Provinsi Kepulauan Riau dapat dibedakan menjadi tekstur halus (liat), tekstur sedang (lempung), dan tekstur kasar. Jenis tanahnya di wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari organosol, glei humus, podsolik merah kuning, latosol dan aluvial.
Jenis tanah Organosol dari glei humus merupakan segolongan tanah yang tersusun dari bahan organik, atau campuran bahan mineral dan bahan organik dengan ketebalan minimum 50 cm, dan mengamndung paling sedikit 30% bahan organik bila liat atau 20% bila berpasir. Kepadatan atau bulk, density kurang dari 0,6 dan selalu jenuh. Lapisan tanah Organosol tersebar dibeberapa pulai di wilayah Kecamatan Moro (Kabupaten Karimun), Kabupaten Natuna, Pulau Rempang, dan Pulau Galang.
Jenis tanah Latosol, dijumpai di Kabupaten Natuna, Pulau Karimun, Pulau Kundur, beberapa pulau di sekitarnya dan gugus-gugus pulau yang berada di wilayah Kecamatan Moro.
Jenis tanah Aluvial yang belum mempunyai perkembangan, dangkal sampai yang berlapis dalam, berwarna kelabu, kekuningan, kecoklatan, sering ber-gley dan bertotol kuning, merah dan coklat. Tekstur bervariasi dari lempung hingga tanah tambahan yang banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah ini terdapat di pulau Karimun, Pulau Kundur.

BATUAN DAN LOGAM
Potensi pertambangan batuan dan logam yang ada di Provinsi Kepulauan Riau berupa jenis bahan tambang yaitu bauksit, timah, batu besi, granit, pasir darat dan pasir laut.

•Batu granit di wilayah Karimun, Bintan, Lingga dan Kepulauan Anambas;
•Pasir di wilayah Karimun, Bintan, dan Lingga;
•Timah di wilayah Karimun dan Lingga;
•Bauksit di wilayah Karimun, Bintan, dan Lingga,
•Biji Besi di wilayah Lingga dan Kepulauan Anambas,

Rencana pengembangan kawasan pertambangan di Provinsi Kepulauan Riau seluas kurang lebih 1.899 Ha.Bauksit adalah bahan baku aluminium. Tambang bauksit terdapat di pulau Bintan (Riau). Bauksit merupakan sisa dari deposit bauksit yang tersebar di Kecamatan Bintan Timur. Bahan galian ini telah lama diekploitasi sejak zaman penjajah Belanda seperti perusahaan NV. Nibem. Saat ini bauksit yang ada (sekitar 10.000.000] dikelola oleh PT Aneka Tambang, Tbk. Namun, sekitar 3.835.500 ton merupakan endapan yang belum diekploitasi, terutama di Kecamatan Bintan Utara, Kab. Kepulauan Riau, Kundur, Kabupaten Karimun.
Potensi cadangan bahan tambang batuan dan logam di Provinsi Kepulauan Riau meliputi :
•Timah dengan jumlah cadangan, mencapai 11.360.500 m3 terdapat di Pulau Karimun. Di perairan Kabupaten Karimun dan perairan Kabupaten Lingga 200.000 ton,
•Bauksit dengan total cadangan 15.880.000 ton terdapat di Pulau Bintan dan Tanjungpinang.
•Granit dengan total cadangan mencapai 858.384.000 m3 terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan.
•Sementara pasir darat dengan total Cadangan mencapai 39.826400 ton terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan.

PELUANG INVESTASI
Pengembangan pabrik pengolahan dan pemurnian bahan tambang, khusus bauksit serta turunanya memiliki peluang yang sangat besar. Sebagai penghasil bauksit, hingga saat ini Indonesia belum memiliki pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina sehingga seluruh bijih bauksit di ekspor ke luar negeri (Jepang dan Cina), sedangkan alumina sebagai bahan baku untuk pembuatan aluminium harus diimpor dari negara lain (Australia). Hal ini terkait dengan jumlah perusahaan penambangan bauksit yang memiliki IUP di wilayah ini terdapat 32 perusahaan, terdiri dari 3 IUP di Karimun, 12 IUP di Tanjung Pinang, Bintan 9 IUP dan dua perusahaan berada di perbatasan kabupaten. Total luas yang dikuasai oleh para pemegang IUP diperkirakan mencapai 34.993 Ha, masing-masing 1,64% dari luas tersebut berada di Karimun, Lingga (93,36%), Tanjung Pinang (1,61%), Bintan (2,33%) dan 1,06% berada di perbatasan dua wilayah. Jumlah sumber daya bauksit di Kepulauan Riau diperkirakan mencapai 180,97 juta ton, daerah yang masih menyirnpan sumber daya bauksit paling besar adalah Kabupaten Lingga dengan jumlah sekitar 168,96 juta ton sisanya tersebar di empat wilayah dengan jumlah yang relatif kecil.
Selain itu cadangan potensi tambang yang cukup besar merupakan peluang investasi bagi investor untuk eksplorasi bauksit ,karena masih banyak lahan bauksit yang belum dimanfaatkan.
Industri pemurnian pasir besi menjadi spone besi. Sponge Iron juga dikenal sebagai besi tereduksi langsung, adalah produk yang dihasilkan dari bijih besi. Sebagai bahan baku pembuatan baja. Kebutuhan kedua jenis bahan baku baja seluruh pabrik baja di Indonesia sekitar 7,6 juta metrik ton per tahunnya dan akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya kebutuhan baja di Indonesia maupun di dunia. Selama ini jenis bahan baku tersebut untuk kebutuhan industri baja di Indonesia masih di import dari negara China, India, Brazil dan Iain-Iain. Padahal bahan baku untuk memproduksi sponge iron maupun pig Iron sangat melimpah di Indonesia khususnya di provinsi Kepri, seperti pasir besi (iron sand) atau bijih besi (iron ore), batu bara (coal) dan kapur/bentonite
Peluang investasi di sektor pertambangan batuan dan Iogam di provinsi kepri meliputi :
•Usaha pertambangan batuan dan Iogam
•Usaha pengangkutan hasil tambang
•Usaha industri pengolahan hasil tambang
•Usaha perdagangan hasil tambang batuan
•Jasa konstruksi pekerjaan Persiapan Lapangan untuk Lahan Pertambangan
•Jasa penelitian potensi tambang

Senin, 11 Oktober 2021

FILOSOFI HIDUP 1

Filosofi Kehidupan

APAKAH SUDAH PENUH ??

Seorang guru besar di depan audiens nya memulai materi kuliah dengan menaruh topless yg bening & besar di atas meja.

Lalu sang guru mengisinya dengan bola tenis hingga tidak muat lagi. Beliau bertanya: "Sudah penuh?"

Audiens menjawab: "Sdh penuh".

Lalu sang guru mengeluarkan kelereng dari kotaknya & memasukkan nya ke dlm topless tadi. Kelereng mengisi sela2 bola tenis hingga tdk muat lagi. Beliau bertanya: "Sdh penuh?"

Audiens mjwb: "Sdh penuh".

Setelah itu sang guru mengeluarkan pasir pantai & memasukkan nya ke dlm topless yg sama. Pasir pun mengisi sela2 bola & kelereng hingga tdk bisa muat lagi. Semua sepakat kalau topless sdh penuh & tdk ada yg bisa dimasukkan lg ke dalamnya.

Tetapi terakhir sang guru menuangkan secangkir air kopi ke dalam toples yg sdh penuh dgn bola, kelereng & pasir itu.

Sang Guru kemudian menjelaskan bahwa:
"Hidup kita kapasitasnya terbatas spt topless. Masing2 dari kita berbeda ukuran toplesnya:
- Bola tenis adalah hal2 besar dlm hidup kita, yakni tanggung-jawab thdp Tuhan, orang tua, istri/suami, anak2, serta makan, tempat tinggal & kesehatan.
- Kelereng adalah hal2 yg penting, spt pekerjaan, kendaraan, sekolah anak, gelar sarjana, dll.
- Pasir adalah yg lain2 dlm hidup kita, seperti olah raga, nyanyi, rekreasi, Facebook, BBM, WA, nonton film, model baju, model kendaraan dll.
- Jika kita isi hidup kita dgn mendahulukan pasir hingga penuh, maka kelereng & bola tennis tdk akan bisa masuk. Berarti, hidup kita hanya berisikan hal2 kecil. Hidup kita habis dgn rekreasi dan hobby, sementara Tuhan dan keluarga terabaikan.
- Jika kita isi dgn mendahulukan bola tenis, lalu kelereng dst seperti tadi, maka hidup kita akan lengkap, berisikan mulai dr hal2 yg besar dan penting hingga hal2 yg menjadi pelengkap.

Karenanya, kita harus mampu mengelola hidup secara cerdas & bijak. Tahu menempatkan mana yg prioritas dan mana yg menjadi pelengkap. 
Jika tidak, maka hidup bukan saja tdk lengkap, bahkan bisa tidak berarti sama sekali".

Lalu sang guru bertanya: "Adakah di antara kalian yg mau bertanya?" 

Semua audiens terdiam, karena sangat mengerti apa inti pesan dlm pelajaran tadi.

Namun, tiba2 seseorang nyeletuk bertanya: "Apa arti secangkir air kopi yg dituangkan tadi .....?"

Sang guru besar menjawab sbg penutup: "Sepenuh dan sesibuk apa pun hidup kita, jgn lupa masih bisa disempurnakan dgn bersilaturahim sambil "minum kopi" ..... dgn tetangga, teman, sahabat yg hebat. Jgn lupa sahabat lama.

Saling bertegur sapa, saling senyum bila berpapasan👍 Akan terasa indah hidup ini🙌

@copas


Senin, 04 Oktober 2021

JIKA ANAK DIPUKUL TEMAN MAINNYA

BISMILLAH
JIKA ANAK DIPUKUL TEMAN MAINNYA

Bermain dengan teman sebaya pasti membuat anak senang. Namun, kadangkala anak pulang dalam keadaan menangis karena dipukul salah satu teman mainnya.

Saat mendapati kondisi yang seperti itu, apa yang harus kita lakukan?

Jika kita menyarankan anak untuk diam dan membiarkan perbuatan temannya itu, maka artinya kita mengajarkan anak kita untuk membenarkan kekerasan atau perilaku keliru orang lain terhadap dirinya.

Di kemudian hari anak kita akan menganggap bahwa perlakuan buruk orang lain terhadap dirinya adalah sesuatu yang wajar, atau merasa dirinya layak diperlakukan seperti itu.

Selain itu, ia dapat tumbuh sebagai pribadi yang terbiasa memendam rasa marahnya dan emosi negatifnya hanya untuk menyenangkan orang lain.

Namun, jika kita menyarankan anak untuk membalas pukulan temannya artinya kita mengajarkan pada anak untuk menggunakan kekerasan atau agresi untuk menyelesaikan persoalan untuk mencapai tujuan.

Di kemudian hari anak akan menggunakan kekerasan sebagai cara untuk menghadapi persoalan atau untuk mencapai tujuannya.

Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan?

1. Latih anak untuk berani berkata pada siapapun yang berbuat buruk pada dirinya. "Stop, saya tidak suka."

2. Latih anak untuk segera pergi dari lokasi kejadian dengan tenang, dan segera melaporkan serta meminta bantuan orang dewasa yang bertanggung jawab di lingkungan tersebut. (Jika di sekolah laporkan pada guru, jika di rumah laporkan pada orang tua.)

Katakan pada anak pentingnya melaporkan situasi seperti apa adanya. TANPA DRAMA (tanpa dilebih-lebihkan). Tujuannya adalah meminta bantuan orang dewasa agar tidak terjadi hal serupa di kemudian hari.

3. Ajak anak menenangkan diri, mengenali dan menghadapi emosinya. Jelaskan bahwa tidak mengapa anak merasa sedih, marah dan terluka. It's okay

Ajak anak untuk mengekspresikan rasa marah dengan cara tidak menyakiti dirinya dan orang lain. Misalnya dengan menulis atau mencoret-coret kertas.

4. Ajak anak untuk masuk dalam proses memaafkan (meski tidak dapat berlangsung segera, perlu proses).

Memaafkan bukan berarti membenarkan perilaku buruk orang lain, tetapi untuk mengelola rasa marah dan emosi negatif lainnya agar hal itu tidak lagi menyakiti hatinya.

5. Latih kemampuan anak untuk menyelesaikan persoalan. Ketika anak mengadu tanggapi dengan tenang sesuai porsi. Jangan panik atau terburu-buru mengambil keputusan.

Pahami situasinya, ajak anak diskusi. "Menurutmu, kalau suatu saat kejadian seperti itu lagi, apa solusi yang bisa kamu lakukan?".

6. Hargai keberanian anak untuk menghadapi situasi yang menantang tersebut, dan hargai sikap tepat yang telah diambil anak (termasuk ketika anak memilih untuk langsung membalas perlakuan buruk orang lain dengan perlakukan buruk juga).

✍️ Semoga bermanfaat.

Sumber : IG : sahabat_parenting
Sukma Yusma

Sabtu, 02 Oktober 2021

METODE PENELITIAN PERTEMUAN KEEMPAT

Sistematika dalam penulisan laporan penelitian terdiri atas bagian pembukaan, bagian isi, dan bagian pendukung. 1. Bagian Pembukaan a. Lembar judul penelitian berisi nama judul penelitian, nama peneliti, nama sekolah/instansi dan tahun. Judul penelitian harus berupa pernyataan yang mengandung masalah, subjek penelitian dan lokasi penelitian. b. Abstrak, berupa ringkasan esensi penelitian yang berisi permasalahan, tujuan, metode penelitian dan hasil penelitian. c. Kata pengantar, berupa kata yang dibuat oleh penulis berkaitan dengan maksud penulisan laporan penelitian, ucapan terimakasih pada berbagai pihak atas dukungan penelitian. d. Daftar isi terdiri dari daftar halaman, daftar table, daftar gambar dan daftar lampiran. 2. Bagian Isi a. Pendahuluan, berisi : 1) Latar belakang penelitian, berupa uraian mengenai permasalahan umum, data pendukung, pendapat pendukung yang melatarbelakangi pentingnya diadakan penelitian. 2) Rumusan masalah, dinyatakan dalam kalimat Tanya terkait masalah yang timbul dari latar belakang. 3) Tujuan penelitian, dinyatakan dalam kali,mat pernyataan terkait dengan rumusan masalah penelitian. 4) Manfaat penelitian, berisi tentang manfaat yang didapat setelah dilakukan penelitian, baik bagi peneliti mau pun pihak lain. b. Tinjauan pustaka, berisi: 1) Teori atau konsep yang terkait dengan variabel penelitian. 2) Tinjauan dari penelitian-penelitian sebelumnya terkait dengan objek yang diteliti. 3) Hipotesis, berupa dugaan sementara terhadap hasil penelitian c. Metode penelitian berisi langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian, meliputi: 1) Lokasi penelitian 2) Variabel penelitian 3) Teknik pengumpulan data 4) Analisis data d. Hasil dan pembahasan berisi: 1) Hasil penelitian, berupa uraian hasil analisis data, 2) Pembahasan, berupa pemikiran peneliti dsan didukung oleh teori atau pendapat oranglain. Dalam pembahasan ini juga dibahas apakah hipotesis yang dibuat terbukti atau tidak. e. Kesimpulan dan saran 1) Kesimpulan berupa ringkasan jawaban pertanyaan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian 2) Saean merupakan rekomendasi yang muncul dari hasil penelitian maupun rekomendasi penelitian selanjutnya. 3. Bagian Pendukung a. Daftar Pustaka, berisi kumpulan referensi atau bacaan yang menjadi rujukan dalam penelitian. Penulisan daftar pustaka harus sesuai dengan pedoman tata cara penyusunan. Jenis pustaka daalm penelitian geografi bersumber dari buku, jurnal, laporan penelitian dan internet. b. Lampiran, berisi lembaran-lembaran pelengkap yang digunakan dalam penelitian, seperti instrument penelitian, table data penelitian, surat perizinan dan biodata penulis. C. Rangkuman 1. Sistematika penulisan laporan penelitian terdiri dari bagian pembuka, bagian isi dan bagian pendukung. 2. Bagian isi merupakan bagian terpenting dari laporan penelitian yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode peneitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan saran

METODE PENELITIAN PERTEMUAN KETIGA

Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencari solusi atas permasalahan tertentu. Antara pertanyaan dan tujuan penelitian harus saling berkaitan, penelitian yang baik harus jelas sasaran dan tujuan di mana tujuan penelitian meliputi tujuan teoritis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis diarahkan untuk memperoleh kesimpulan teoritis untuk pengembangan ilmuan, sedangkan tujuan praktis diarahkan untuk menerapkan hasil penelitian bagi pemecahan masalah yang terdiri dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi tujuan tersebut maka penelitian membutuhkan data, sehingga haruslah ada metode penelitian, cara untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data. 
Berikut adalah penjelasan tentang metode dan cara pengumpulan data. 
 1. Mengumpulkan dan Mengolah Data Geografi Data merupakan keterangan tentang suatu hal. Syarat data yang baik adalah sebagai berikut:
a) Data harus objektif, tidak boleh dimanipulasi dan harus sesuai dengan kondisi sebenarnya.
 b) Data harus dapat mewakili semua kondisi. 
c) Memiliki tingkat kesahalan seminimal mungkin. 
d) Harus tepat waktu sehingga apabila terdapat kesalahan daapt dilakukan koreksi secepatnya. 
e) Data yang dikumpulkan harus berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. 

 Selain itu, berdasarkan sumber yang diperoleh data penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 
a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli atau pertama. Data ini dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data ini disebut juga data asli yang bersifat baru. Contoh data primer adalah data yang diperoleh oleh seorang peneliti dengan mewawancarai penduduk tentang sikap mereka dalam menghadapi pandemi Covid-19 
b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, misalnya instansi pemerintah, buku materi, laporan, dan peprustkaan. Contoh data sekunder adalah penggunaan foto citra satelit yang dikemmbangkan LAPAN untuk melihat pembangunan proyek pekerjaan jembatan di suatu daerah secara waktu nyata dan akurat. Teknik mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian geografi yaitu obeservasi lapangan, wawancara, kuesioner, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. 
Penerapan masing-masing teknik bergantung kepada kebutuhan yang harus dilakukan daya yang harus dukumpulkan dalam penelitian. 
 a) Survei Lapangan Survei lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian geografi. Pada dasarnya pengetahuan geografi merupakan hasil pengumpulan data dan fakta di lapangan. Hal ini karena gejala dan masalah geografi terdapat di lapangan. Alat pengumpul data pada waktu observasi yaitu pedoman observasi, peta dasar, dan kamera. Dalam mengobesrvasi data lapangan harus didokumentasikan melalui catatan-catatan. Peta dasar digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui posisi suau tempat di lapangan. Jenis pedoman observasi daapt berupa pedoman check list terbuka, terstruktur dan tertutup. 
 b) Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi data yang tdak terungkap dalam teknik observasi. Wawancara menggunakan pedoman wawancara terbuka dan terstruktur. Dalam pelaksanaannya orang yang melakukan wawancara dapat berhadapan langsung dengan orang yang diwawancarai atau daapt melalui telepon. Dalam melakukan wawancara terdapat etika atau sopan santun yang harus dijaga oleh pewawancara. Tahapan dalam wawancara antara lain memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan wawancara, menjelaskan materi isi dari wawancara dan mengajukan pertanyaan. 
 c) Kuesioner Kuesioner atau yang biasa disebt daftar pertanyaan dilakukan apabila data dan informasi yang diperlukan membutuhkan jumlah yang sangat banyak, sehingga akan lebih efektif. Teknik kuesioner berbeda dengan teknik wawancara, bahwa pengumpul data tidak berhadapan langsung dengan responden, pengumpul data tidak menjelaskan secara langsung kepada responden dan pertanyaan hanya bisa ditujukan kepada responden yang bisa membaca dan menulis. Oleh karena itu petunjuk pengisian kuesioner harus jelas. Dalam penelitian terdaat tiga jenis kuesioner, yaitu kuesioner tertutup, kuesioner terbuka dan kuesioner gabungan. Kuesioner tertutup merupakan jenis kuesioner yang jawaban dari pertanyaannya sudah ditentukan oleh peneliti sehingg responden hanya memilih salah satu jawaban yang ada. Kuesioner terbuka merupakan jenis kuesioner yang membutuhkan jawaban yang tidak terikat, sehingga responden bebas menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Sedangkan kuesioner gabungan adalah kuesioner yang terdiri dari pertanyaan yang jawabannya telah disediakan dan pertanyaan yang membutuhkan jawaban bebas dari responden. 
 d) Studi Dokumentasi Untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian geografi, dapat menggunakan dokumen dari berbagai instansi, seperti data kependudukan dari BPS (Badan Pusat Statistik), data jumlah tenaga kerja dari Dinas Perindsutrian, data luas lahan pertanian dari Dinas Pertanian. 
 e) Studi kepustakaan Dalam penelitian geografi harus menguasai teori, konsep, dan prinsip geografi yang diperoleh melalui studi kepustakaan atau studi literatur. Studi kepustakaan berupa pendapat para ahli yang mendukung atau memperkuat teori yang sedang diteliti. 
2. Metode Penelitian Geografi Metode penelitian berkaitan erat dengan langkah-langkah atau prosedur, teknik pengumpulan data dan analisis data. Terdapat jenis-jenis dalam metode penelitian geografi, antara lain metode deskriptif, studi kasus, survei, korelasional, eksperimen, dan penelitian tindakan. 
 a. Metode Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif adalah penelitain yang berusaah mendeskripsikan suatu gejala dan fenomena yang terjadi di suatu wilayah. Tujuan dari penelitian ini yaitu memberikan deskripsi terhadap permasalah secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai kondisi alam dan manusia pada suatu wilayah. Peneliti berusaha mendeskripsikan mengenai fenomena tanpa memberikan perlakuan pada fenomena tersebut. Langkah penelitian deskriptif yaitu merumuskan masalah, menentukan jenis data dan informasi yang ingin diperoleh, menentukan teknik pengumpulan dan analisis data, dan menarik kesimpulan penelitian. 
 b. Metode Studi Kasus Penelitian studi kasus dilakukan secara intensif pada kondisi alam atau manusia pada suatu wilayah yang mengalami kasus secara spesifik. Peneliti mempelajari kasus tersebut secara mandalam yaitu mengungkapkan semua variabel yang berpengaruh pada kasus tersebut. Fokus utama studi kasus yaitu mengkaji pengaruh manusia terhadap lingkungannya pada suatu wilayah tertentu yang berbeda dengan wilayah lainnya. c
. Metode survei Penelitian survei dilakukan untuk memperoleh fakta suatu fenomena atau gejala di lapangan. Tujuan utamanya yaitu mengumpulkan informasi mengenai variabel dari populasi penelitian, baik populasi wilayah mau pun populasi penduduk. Hasil penelitian survei digunakan untuk pemecahan masalah dan perumusan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan wilayah. Survei dengan cakupan seluruh populasi disebut sensus, sedangkan survei dengan cakupan sebagian populasi disebut sampel. Salah satu alat ukur metode survei yaitu kuesioner untuk objek penduduk, dan pedoman observasi untuk objek bentang alam. d. Metode Historis Metode historis digunakan untuk mengkaji fenomena geografi berdasarkan urutan waktu (kronologis). Perspektif waktu merupakan kata kunci dalam menggunakan metode hsitoris. Metode historis akan lebih efektif menggunakan teknologi penginderaan jauh dan system informasi geografi melalui pemodelan spasial monitrong, yaitu membandingkan data spasial dari waktu yang berbeda (time series). e. Metode Korelasional Metode korelasional mengkaji fenomena atau masalah geografi dengan menghubungkan antar dua variabel atau lebih. Tingkat hubungan antara variabel tersebut dinyatakan dengan koefisien korelasi. f. Metode Eksprimen Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui sebab akibat atas permasalahan geografi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berupa data angka melalui analisisi statistik. Metode ini lebih menekankan perlakuan untuk melihat pengaruh atau perubahan variabel yang diberi perlakuan atau tindakan dengan variabel yang tidak diberi tindakan. Dalam metode eksperimen penelitian harus melakukan kegiatan kontrol, perlakuan (treatment), dan observasi. Metode ini banyak digunakan dalam penelitian pendidikan geografi di kelas. 3. Menganalisis Data Geografi Analisis data merupakan pengolahan dan interpretasi data untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Analisis data geografis berarti analisis keruangan. Analisis keruangan diantaranya analisis lokasi, analisis penyebaran (distribusi), dan analisis interkasi keruangan. a. Analisis Lokasi Lokasi merupakan salah satu konsep esensial dalam kajian geografi karena dapat menjelaskan lebih jauh mengenai kondisi suat wilayah. Misalnya daerah yang berada di antara 600 LU dan 1100 LS maka daerah tersebut berada pada iklim tropis dengan segala dampak yang ditimbulkan. b. Analisis Penyebaran Analisis penyebaran membutuhkan alat bantu berupa peta untuk mengetahui persebaran suatu fenomena atau gejala geografi yang dapat digambarkan dengan menggunakan simbol titik, garis ataupun area. Namun sebelum memetakan fenomena atau gelaja tersebut peneliti haruslah mencari data yang kemudia diklasifikasikan untuk membuat pola keruangan. Contohnya adalah analisis yang digunakan untuk penyebaran daerah industri. Oleh karena itu analisis ini sangat mudah jika dibantu dengan peta, citra penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG). Pada dasarnya pola penyebaran sebuag fenomena daalm ruang mengikuti pola tertentu yaitu bergerombol (cluster pattern), tersebar tidak merata (random pattern) dan tersebar merata (dispersed pattern). c. Analisis Interaksi dan Difusi Keruangan Analisis ini digunakan untuk mengkaji pergerakan baik penduduk, barang, jasa maupun informasi dalam suatu ruang. Pergerakan ini dipengaruhi oleh sarana transportasi dan kondisi morfologi atau topografi suatu wilayah. Contohnya dalam menganalisis persebaran barang di daerah berbukit akan lebih lambat dibandingkan di daerah dataran rendah.

METODE PENELITIAN GEOGRAFI KEDUA

Terdapat perbedaan antara fenomena geografi dengan gejala geografi. Fenomena geografi merupakan kejadian atau peristiwa yang terjadi di alam maupun manusia yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan gejala geografi merupakan keadaan atau peristiwa yang menjadi tanda-tanda akan terjadi sesuatu di permukaan bumi. Inti dari fenomena dan gejala geografi yaitu geosfer yang terdiri dari atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer dan antroposfer. a. Fenomena dan Gejala Atmosfer Semua peristiwa yang terjadi di udara merupakan bagian dari fenomena dan gejala geografi. Fenomena dan gejala atmosfer meliputi: a. Pemanasan global berupa peningkatan suhu di permukaan bumi sebagai akibat dari aktivitas manusia yang mengeluarkan gas karbon dioksida dari berbagai bahan bakar seperti minyak bumi dan batu bara. b. Perubahan iklim yang mengakibatkan peningkatan suhu di permukaan bumi sehinggga menyebabkan gelombang panas yang ekstrem dan curah hujan yang tidak menentu. c. Perubahan cuaca berupa keadaan cuaca yang tidak menentu pada siang hari suhu udara sangat panas, sedangkan pada malam hari sangat dingin. d. El-Nino yang merupakan peningkatan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik yang menyebabkan sedikit curah hujan dan terjadinya kekeringan di wilayah Indonesia. Sebaliknya La-Nina menyebabkan hujan lebat di Indonesia sehingga meyebabkan banjir. Fenomena dan gejala tersebut di atas merupakan fenomena atmosfer yang dapat dijadikan bahan penelitian untuk dicari akar permasalahan, dampak dan solusinya. b. Fenomena dan Gejala Hidrosfer Semua peristiwa yang terjadi di wilayah perairan baik perairan darat maupun perairan laut merupakan bagian dari fenomena dan gejala geografi. Fenomena dan gejala hidrosfer meliputi: a) Hujan asam berupa air hujan yang memiliki pH di bawah 6 menyebabkan korosi pada bangunan, merusak tumbuhan dan menyebabkan gangguan pernapasan. b) Penurunan muka air tanah berupa berkurangnya cadangan air tanah akibat pengambilan secara berlebihan. c) Intrusi air laut berupa masuknya air laut ke dalam air tanah sehingga air atanh menjadi asin. d) Tsunami yang berupa gelombang tinggi yang menghantam daratan menyebabkan kerusakan pada bangunan penggunaan lahan lainnya. Fenomena dan gejala tersebut di atas merupakan fenomena atmosfer yang dapat dijadikan bahan penelitian untuk dicari akar permasalahan, dampak dan solusinya. c. Fenomena dan Gejala Litosfer Semua peristiwa yang terjadi di permukaan bumi atau di dalam bumi merupakan bagian dari fenomena dan gejala geografi. Fenomena dan gejala hidrosfer meliputi: a) Terjadinya erosi dan sedimentasi dalam satu proses yang bersamaan. b) aktivitas vulkanisme berupa keluarnya magma ke permukaan bumi yang menghasilkan material piroklastik, lava, lahar dan ekshalasi. c) aktivitas tektonisme berupa proses pergerakan lempeng yang menyebabkan patahan dan lipatan di permukaan bumi. d. Fenomena dan Gejala Biosfer Fenomena biosfer berkaitan dengan segala peristiwa yang terjadi terhadap keadaan flora dan fauna yang ada di permukaan bumi. Fenomena dan gejala biosfer meliputi: a) Keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. b) Pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai bahan industri, pangan, obat-obatan dan tanaman hias. c) Kawasan konservasi berupa tempat pelestarian flora dan fauna. d) Punahnya hewan endemik suatu daerah yang mengakibatkan terganggunya eksosistem. e) Illegal logging yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup dan daur ekologi. Fenomena dan gejala tersebut di atas dapat dijadikan penelitian geografi dikaitkan dengan aktivitas manusia yang kemudian dapat dicari solusi yang tepat untuk mengatasinya. e. Fenomena dan Gejala Antroposfer Fenomena dan gejala antropsfer berkaitan dengan segala aktivitas penduduk. Fenomena antroposfer yang dapat dijadikan bahan penelitian geografi, diantaranya adalah: a) Peningkatan jumlah penduduk suatu daerah akibat meningkatnya angka kelahiran. b) Meningkatnya jumlah tenaga kerja di Indonesia akibat berkurangnya lapangan pekerjaan. c) Kualitas pendidikan di Indonesia masih di bawah standar pendidikan di dunia. d) Kemacetan lalu lintas di daerah pinggiran kota karena mobiltas penduduk sirkuler dari luar kota. 3. Menentukan Masalah Geografi Setelah fenomena geografi diamati, selanjutnya adalah memilih masalah yang akan diteliti. Masalah adalah kesenjangan antara kondisi yang seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya, antara teori dan praktik, antara aturan dan pelaksanaan. Sebuah masalah penelitian sangat berperan dalam mengarahkan seorang peneliti untuk melakukan penelitiannya. Berikut adalah kriteria masalah geografi: a. Masalah menyatakan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. b. Masalah dinyatakan dalam kalimat tanya. c. Memungkinkan adanya ketersediaan data. Merumuskan pertanyaan penelitian geografi sangat berkaitan dengan masalah geografi. Masalah geografi adalah suatu situasi yang sulit dipecahkan akibat ketidakseimbangan fenomena di permukaan bumi. Fenomena yang menjadi masalah geografi seperti misalnya kerusakan hutan, illegal fishing, banjir, krisis budaya daerah, kekurangan pangan, kematian hewan langka. Hal tersebut dapat dikaji berdasarkan persebaran ruang. Dalam merumuskan pertanyaan penelitian hendaklah diingat bahwa pertanyaan-pertanyaan penelitian geografi harus memenuhi persyaratan menarik untuk diteliti, penting untuk diteliti dan memberikan manfaat. Selain itu pertanyaan penelitian membutuhkan jawaban yang dapat dijelaskan secara keilmuan. Ini berarti bahwa seorang peneliti tidak membutuhkan pertanyaan yang mustahil untuk dijawab dalam batas-batas penelitian. Masalah geografi sedikitnya memuat tiga pertanyaan pokok yang menjadi ciri khas geografi, yaitu: a. Peristiwa atau fenomena apa (what) yang menjadi permasalahan. b. Di mana (where) fenomena atau maslah tersebut terjadi. Hal ini menunjukkan suatu ruang atau lokasi c. Penyebab (why) terjadinya fenomena atau masalah yang terjadi. Hal ini menunjukkan keterkaitan (relasi, interelasi dan interaksi) fenomena tersebut dengan fenomena-fenomena yang lain. 4. Menyusun Rumusan Masalah Geografi Masalah berbeda dengan perumusana masalah. Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicari jawaban dan kebenarannya melalui pengumpulan data dan penelitian yang akan dilakukan. Namun demikian di antara keduanya terdapat hubungan yang erat karena masalah merupakan dasar dari perumusan masalah. Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pertanyaan tersebut harus berlandaskan teori, konsep dan prisnip yang berlaku dalam geografi, yaitu harus mencerminkan keruangan dengan menyebutkan lokasi, penyebaran, asosiasi antar fenomena gejala (relasi, interelasi, interaksi). Jika masalah geografi tidak mudah dijawab atau sulit dipecahkan maka harus dilakukan penelitian ulang. Contoh dari perumusan masalah sebagai berikut: a. Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap longsor di daerah Puncak Bogor? b. Mengapa masyarakat kota lebih mudah mengalami perubahan budaya? c. Bagaimana hubungan antara faktor perubahan penggunaan lahan dengan Banjir di Jakarta?

METODE PENELITIAN GEOGRAFI PERTEMUAN PERTAMA KELAS X

1. Pengertian Penelitian Geografi Penelitian adalah kegiatan menyelediki, mengembangkan dan menguji kebenaran secara mendalam untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan yang menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Menurut Soejono Soekanto penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan secara sistematis, metodologis dan konsisten dan bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi keinginan manusia untuk mengetahui apa yang dihadapinya. Sedangkan menurut Parson (1946) penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan. Adapun penelitian geografi adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk memguji kebenaran dan memecahkan permasalahan georgafi (gejala alam), secara sistematis sebagai objek penelitian. Ciri khas penelitian geografi adalah menggunakan pendekatan keruangan, ekologi dan kompleks wilayah dalam mendapatkan masalah penelitian dan memecahkan masalah tersebut.   
2. Sisat-sifat Penelitian Geografi 
Dalam melakukan penelitian geografi harus memahami sifat-sifatnya. Adapun sifat-sifat penelitian geografi diantaranya: 
a. menggunakan ilmu pengetahuan sebagai landasan dan dilakukan secara sistematis. 
 b. penelitian diawali dengan penemuan masalah geosfer. 
c. menganalisis lebih mendalam terhadap suatu kajian geosfer. 
d. menguji hasil penelitian yang telah dilakukan agar hasilnya lebih akurat. 
e. tujuan penelitian geografi adalah memecahkan suatu permasalahan. 

3. Jenis-Jenis Penelitian Jenis-jenis penelitian geografi dapat dibedakan berdasarkan tujuan, bentuk dan metode penelitian. 
 a. Berdasarkan tujuan, penelitian geografi dapat dibedakan sebagai berikut: 
a. Penelitian eksploratif Penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan gagasan dasar mengenai suatu topik permasalahan yang belum diketahui sebelummya, sehingga mampu memberikan definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola. Penelitian ini dikembangkan untuk menjawab pertanyaan what. Sifat dari penelitian ini adalah kreatif, fleksibel, terbuka dan semua sumber dianggap penting. 
 b. Penelitian deskriptif Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai fenomena geosfer dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti. Penelitian ini menekankan pada cara menemukan makna baru, menjelaskan sebiah kondisi dan mengkategorikan informasi geosfer sesuai fakta yang ada. 
c. Penelitian eksplanatif Penelitian eksplanatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini bersifat memberikan penjelasan tentang pengetahuan yang teorinya sudah ada sebelumnysehingga terkumpul berbagai generalisasi empiris. 

 b. Berdasarkan bentuk, penelitian geografi dapat dibedakan sebagai berikut: 
1) Studi kasus Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia yang dilakukan sedemikan rupa sehingga menghasilkan gambaran yang lengkap. Studi kasus dilakukan dengan cara studi lapangan dan wawancara. 
2) Survei Survei adalah penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang jumlahnya banyak dan dalamjangka waktu tertentu. Survei dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis dan mendeskripsikan hubungan antarvariabel. 3) Eksperimen Eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lainnya dalam kondisi terkontrol, atau dengan kata lain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakukan terhadap subjek penelitian.   

c. Berdasarkan metode penelitian geografi dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelediki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keunggulan dari suatu fenomena yang tidak dapat diukur atau dihitung jumlahnya. 
2) Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk memperoleh informasi atau data yang berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.

Jumat, 27 Agustus 2021

Kamis, 26 Agustus 2021

PENGERTIAN SIG

Menjelaskan secara teoritis pengolahan data dalam Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pengertian SIG

Menurut sumber Esri (1990), bahwa Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah kumpulan terorganisasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis (Prahasta, Eddy. 2006)

SIG adalah sistem untuk mendayagunakan dan menghasil gunakan pengolahan dan analisis data spasial (keruangan) serta data non- spasial (tabular), dalam memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan, baik yang berorientasi ilmiah, komersil, pengelolaan maupun kebijaksanaan.
Berikut adalah beberapa keuntungan penggunaan SIG (Hanafi. 2011)
SIG mempunyai kemampuan untuk memilih dan mencari detail yang diinginkan, menggabungkan satu kumpulan data dengan kumpulan data lainnya, melakukan perbaikan data dengan lebih cepat dan memodelkan data serta menganalisis suatu keputusan. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik yang dapat digunakan untuk menampilan informasi-informasi tertentu. Peta-peta tematik tersebut dapat dibuat dari peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya dengan memanipulasi atribut-atributnya. SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan unsur-unsur yang terdapat di permukaan bumi menjadi beberapa layer data spasial, dengan layer permukaan  bumi dapat direkonstruksi kembali.

Komponen-komponen SIG

Ada lima komponen SIG, masing-masing memiliki peranan yang vital bagi berjalannya SIG.  Antara lain:
  1. Daya Manusia (user), Komponen manusia memegang peranan yang sangat menentukan, karena tanpa manusia maka sistem tersebut tidak dapat diaplikasikan dengan baik. Jadi manusia menjadi komponen yang mengendalikan suatu sistem sehingga menghasilkan suatu analisa yang dibutuhkan.
  2. Software merupakan sistem modul yang berfungsi untuk mengoperasikan sistem informasi geografis. Sebuah software SIG harus menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan penyimpanan data analisis dan menampilkan informasi geografis. Dengan demikian elemen yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah tools untuk melakukan input dan transformasi data geografis, sistem manajemen basis data, tools yang mendukung query geografis, analisis dan visualisasi, Geographical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tools geografi.
  3. Hardware, Sistem  informasi  geografis  memerlukan  spesifikasi  komponen hardware yang sedikit lebih tinggi dibanding spesifikasi komponen sistem informasi lainnya. Hal ini disebabkan karena data-data yang digunakan dalam SIG, penyimpanannya membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses analisanya membutuhkan memory yang besar dan processor yang cepat. Beberapa hardware yang sering digunakan dalam sistem informasi geografis adalah personal komputer, mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner.
  4. Aplikasi sistem informasi geografis dalam proses perencanaan, Sistem informasi geografis sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti pertanian, lingkungan manajemen sumber daya alam, parawisata, geologi, perencanaan, dan lain sebagainya. keunggulan sistem informasi geografis sehingga digunakan pada bidang-bidang tersebut adalah karena kemampuannya mengintegrasikan antara data spasial dan data atribut sehingga dalam analisisnya mampu menghasilkan informasi yang kompleks.
  5. Data, Hal yang merupakan komponen penting dalam sistem informasi geografis adalah data. Secara fundamental sistem informasi geografis bekerja dengan dua tipe data yaitu data vektor dan data raster. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan suatu kota, data distribusi lokasi pengambilan sampel, dan sebagainya. Data SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu data grafis dan data atribut atau tabular. Data grafis adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek di permukaan bumi, sedangkan data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis tersebut (Pahlevy. 2010.)