Senin, 22 Februari 2021

pengertian kota

Pengertian kota menurut UU No. 22 Tahun 1999 adalah kawasan yang mempunyai kegiatan non agraris dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Dalam aplikasinya, terdapat beberapa istilah kota, antara lain:
a.      Township merupakan istilah untuk kota kecamatan
b.      Town merupakan istilah untuk kota kabupaten
c.       City merupakan istilah untuk pusat kota

Sebuah kota, biasanya memiliki ciri-ciri fisik dan ciri sosial yang menjadikan sebuah kota berbeda dengan desa. Ciri-ciri kota tersebut adalah:

1.     Ciri-ciri Fisik Kota yaitu :
a.       terdapat penjara
b.      terdapat tempat ibadah
c.       terdapat gedung-gedung pemerintah
d.      terdapat wilayah untuk pasar dan pertokoan
e.       terdapat wilayah untuk parkir
f.        terdapat wilayah untuk rekreasi dan olahraga

2.     Ciri-ciri Sosial Kota adalah :
a.  Masyarakat kota heterogen (beragam jenisnya, dari pekerjaan, sampai ke jenis suku)
b.    Masyarakat kota memiliki sifat Individualis dan materialis
c.    Mata pencaharian masyarakat kota bersifat non-agraris (di luar pertanian)
d.    Corak kehidupan masyarakat kota bersifat gesselschaft (patembayan)
e.     Pandangan hidup masyarakat kota lebih rasional
f.  Terdapat kesenjangan sosial yang mencolok antara masyarakat kaya dengan miskin
g.  Terdapat segregasi keruangan (pemisahan yang menimbulkan kelompok atau kompleks)
h.    Penerapan norma agama tidak begitu ketat
i.      Kontrol sosial masyarakat kota didasarkan pada hukum formal

JENIS KOTA
Dalam perkembangannya, terdapat beberapa jenis kota.
Ada beberapa pendapat mengenai jenis kota.
Berdasarkan jumlah penduduknya (menurut national urban development strategic) jenis kota dibedakan menjadi kota kecamatan, kota kecil, kota sedang, dan kota besar.
Sedangkan jenis kota menurut karakteristik dinamika fungsional menurut Tylor, kota dibedakan menjadi Infantile, Juvenile, dan Senile.

Jenis kota berdasarkan jumlah penduduknya (menurut national urban development strategic)
Jenis Kota
Perkiraan jumlah penduduk
Kecamatan
3.000 – 20.000
Kecil
20.000 – 200.000
Sedang
200.000 – 500.000
Besar
500.000 – 1.000.000
Metropolitan
Megapolitan
1.000.000 – 5.000.000
>5.000.000

Jenis kota menurut karakteristik dinamika fungsional menurut Tylor, kota dibedakan menjadi:
1.     Infantil (the Infantil stage)- Tahap Awal
Kota pada tahap Infantil memiliki ciri-ciri :
a.      Belum terlihat  adanya pembagian yang jelas daerah-daerah pemukiman  dengan daerah perdagangan,
b.      Belum ada perbedaan kawasan pemukiman kelas atas dan kelas bawah,
c.       Susunan bangunan belum teratur.
2.     Juvenil (the Juvenil stage)- Tahap Muda
Kota pada tahap Juvenil memiliki ciri-ciri:
a. Sudah mulai adanya proses-proses pengelompokan pertokoan pada bagian bagian kota tertentu
b.   kawasan pemukiman kelas menengah keatas sudah muncul dipinggiran kota dan
c.     munculnya kawasan pabrik.
3.     Senile (the Senile stage)- Tahap Tua
Kota pada tahap ini ditandai ciri-ciri berikut:
a.    Pertumbuhan di kota Senil sudah yang terhenti (cessation of growth),
b.    kemunduran dari beberapa distrik
c. kesejahteraan penduduk menunjukan  gejala-gejala penurunan (di daerah industri)


SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA
Kota yang berkembang sekarang, memiliki latar belakang yang beragam. Ada kota yang dulunya merupakan pusat perkebunan, pertambanga, administrasi, kebudayaan, atau pusat perdagangan.
1.      Pertumbuhan kota berasal dari pusat perkebunan
Contoh kota-kota yang berkembang dari pusat perkebunan adalah : Bogor, Pematangsiantar, Jambi, Bengkulu, Tanjungkarang dan Palembang.
2.      Pertumbuhan kota berasal dari pusat pertambangan
Contohnya kota-kota yang berkembang dari pusat pertambangan adalah: Dumai, Plaju, Rejang Lebong, Tarakan, Ombilin, Sawah Lunto, Pangkal Pinang, Balikpapan, Martapura, Cepu, Wonokromo, Tembagapura, Tanjung Enim, Bontang, Arun.
3.      Pertumbuhan kota berasal dari pusat administrasi.
Kota yang berkembang dari pusat administrasi merupakan pusat-pusat kerajaan. Contoh Kota yang berasal dari pusat administrasi adalah: Jakarta, Demak, Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, Gowa, Banjarmasin, NAD.
4.      Pertumbuhan kota berasal  dari kebudayaan
Contohnya kota yang berkembang dari pusat kebudayaan adalah Solo, Yogyakarta, Denpasar
5.      Pertumbuhan kota berasal dari pusat perdagangan
Kota yang bersal dari pusat perdagangan pada umumnya menepati daerah pantai. Contoh kota yang berasal dari pusat perdagangan adalah Makasar, Banten, Jakarta, Semarang, Surabaya.

PERKEMBANGAN KOTA
Faktor yang mempengaruhi perkembangan kota adalah faktor alam, faktor kependudukan, dan faktor budaya.
1.      Faktor Alam
Relatif statis karena segala bentuk perubahan yang terjadi berlangsung dalam waktu yang relatif lama
2.      Faktor Kependudukan
Sangat dinamis terutama apabila ditinjau dari kuantitasnya
Pertambahan penduduk alami
Urbanisasi
3.      Faktor Budaya
yaitu tingkat kepandaian manusia dalam mengelola lingkungan kehidupannya (tingkat penguasaan teknologi)

TAHAP PERKEMBANGAN KOTA  (kualitas perkembangan), Menurut Lewis Munford terdapat enam tahap, yaitu tahap eopolis, tahap polis, tahap metropolis, tahap megapolis, tahap tiranopolis, dan tahap nekropolis. Penjelasan tahap perkembangan kota tersebut adalah :
1.     Tahap Eopolis
Tahap perkembangan kota tahap eopolis tercermin adanya perkampungan yang makin maju dan mengarah ke kota.
2.     Tahap Polis
Tahap perkembangan kota tahap polis tercermin dari keadaan kota yang masih berorientasi agraris meskipun muncul beberapa kegiatan industri
3.     Tahap Metroplis
Tahap perkembangan kota tahap metropolis terlihat apabila sebuah kota yang telah berorientasi industri
4.     Tahap Megapolis
Tahap perkembangan kota tahap megapolis ditandai oleh perubahan perilaku manusia hanya berorientasi pada materi
5.     Tahap Tiranopolis
Tahap perkembangan kota tahap tiranopolis dicirikan dengan indikator budaya dilihat pada sesuatu yang nampak saja, misalnya kekayaan. Pada tahap ini, terjadi ketidakacuhan mengenai aspek kehidupan. Selain itu, kondisi perdagangan mulai menunjukkan adanya penurunan. Tingkat kemacetan lalu lintas dan kriminalitas sangat tinggi.
6.     Tahap Nekropolis
Tahap perkembangan kota tahap nekroplolis dicirikan dengan sebuah kota yang sudah menuju kehancuran. Kota mati (the city of dead). Hal ini disebabkan adanya peperangan, kelaparan, atau wabah yang melanda kota tersebut.

TEMPAT SENTRAL

Menurut Christaller, kota sentral merupakan pusat bagi daerah sekitarnya yang menjadi penghubung perdagangan dengan wilayah lain. Disebut sebagai tempats entral dikarenakan tempat tersebut tidaklah semata-mata hanya bergantung kepada aspek permukiman penduduk.
Penggambaran tempat sentral yaitu dengan bentuk heksagonal atau bentuk segi enam.
Daerah yang masuk dalam segienam ini merupakan wilayah yang penduduknya terlayani oleh tempat yang sentral. Daerah yang mendaptkan pengaruh dari tempats entral disebut sebagai daerah komplementer.
Tempat sentral terbagai menjadi tiga macam hirarki, yaitu hirarki 3 (K=3), hirarki 4 (K=4), dan hirarki 7 (K=7).

1.     HIRARKI 3
Pada Hirarki 3, pusat pelayanan berupa pasar. Pasar tersebut selalu menyediakan kebutuhan bagi daerah sekitarnya, sering disebut kasus pasar optimal.  Selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, wilayah ini juga mempengaruhi sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya.

Hirarki 3 disebut juga sebagai asas pasar. Ini berarti bahwa lokasi tempat-tempat sentral harus harus sesedikit mungkin dan semua daerah harus dilengkapi dengan barang-barang yang diperlukan.

2.     HIRARKI 4
Wilayah yang termasuk ke dalam hirarki 4 dan daerah sekitarnya yang terpengaruh memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien. Oleh karena itu, Tempat sentral hirarki 4 disebut pula situasi lalu lintas yang optimum. Situasi lalu lintas yang optimum pada hirarki 4 memiliki pengaruh setengah bagian di masing-masing wilayah tetangganya.
Struktur ini disebut Christaller sebagai asas pengangkutan. Menurut asas ini, penyebaran tempat sentral yang paling menguntungkan yaitu terletak pada jalan yang menghubungkan dua kota yang sebbaiknya berjarak pendek dan lurus.

3.      HIRARKI 7
Wilayah pada hirarki 7 ini disebut sebagai situasi administratif yang optimum. Situasi administratif tersebut dapat berupa kota pusat pemerintahan.

Selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) masing-masing wilayah tetangganya.  Pengaruh tempat yang sentral dapat diukur berdasarkan hirarki tertentu, dan bergantung pada luasan heksagonal yang dilingkupinya.

Menurut Christaller, daerah ini sesuai dengan asas pemerintahan yaitu asas yang lebih ditekankan pada penyatuan dan perlindungan kelompok masyarakat yang terpisah dari ancaman musuh.

Tempat sentral ideal menurut asas pemerintahan adalah
a.       kota besar yang berada di tengah-tengah kota
b.      dikelilingi oleh kota satelit
c.       tak berpenghuni di pinggirnya

TEORI INTERAKSI KOTA
1.      Teori Gravitasi
2.      Teori Titik Henti

Minggu, 21 Februari 2021

IKLIM


Iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca dalam satu tahun. Hasil ini didapatkan dari penelitian yang dilakukan dalam waktu yang relatif lama dan wilayah yang relatif luas. Iklm diklasifikasikan menjadi 6, yaitu iklim matahari, iklim fisis, iklim koppen, iklim Schmidt-fergusson, iklim oldeman, dan iklim junghuhn. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim adalah sebagai berikut:

  1. Garis lintang
  2. Ketinggian
  3. Daratan yang luas
  4. Kondisi udara (suhu, kelembaban, curah hujan, awan)
  5. Arus laut
  6. Panjang pendeknya musim
  7. Topografi dan vegetasi

Klasifikasi Iklim Koppen

Dikemukakan oleh ahli klimatologi asal Jerman bernama Wladimir Koppen (1900). Klasifikasi iklim koppen terbentuk berdasarkan suhu udara dan curah hujan. Klasifikasi iklim koppen menjadi yang paling banyak digunakan sebagai acuan di berbagai belahan bumi.

Iklim Tipe A (Iklim Khatulistiwa)

Ciri-ciri:

  • Curah hujan tinggi -> curah hujan bulanan > 60 mm
  • Rata-rata suhu bulanan di atar 180 C
  • Rata-rata penguapan 70 cm/ tahun
  • Tidak ada musim dingin

Jenis iklim:

  1. Af -> iklim hutan hujan tropis, suhu udara panas dan curah hujan tinggi, jenis tanaman heterogen
  2. Am -> curah hujan tergantung musim dan jenis tanaman homogen
  3. Aw -> iklim sabana tropis, pohonnya memiliki tinggi yang rendah (pohon kecil), banyak padang rumput, musim kemarau lebih panjang dibanding musim hujan

Iklim Tipe B (Iklim Kering)

  • Memiliki curah hujan lebih kecil dibandingkan penguapannya (rata-rata 25,5 mm / tahun) dan tidak ada sungai permanen
  • Jenis iklim:
    • BS -> iklim stepa dimana bulan kering terjadi di musim panas
    • BW -> iklim gurun dimana bulan kering terjadi di musim dingin

Iklim Tipe C (Iklim Sedang Hangat)

  • Memiliki suhu udara berkisar 180 C hingga -30 C -> rata-rata 100 C
  • Jenis iklim:
    • Cw -> musim dingin kering
    • Cs -> musim panas kering
    • Cf -> tidak ada musim kering

Iklim Tipe D (Iklim Salju)

  • Suhu udara terdingin < -3C dan terpanas > 100 C
  • Jenis iklim:
    • Df -> semua bulan lembab (bulan basah)
    • Dw -> musim dingin kering

Iklim Tipe E (Iklim Kutub)

  • Ciri cirinya adalah tidak ada musim panas, bulan terpanas suhunya < 100 C, dan jenis tumbuhannya padang lumut
  • Jenis iklim:
    • ET -> iklim tundra
    • EF-> iklim hutan salju atau es a

      badi
klasifikasi iklim koppen

Sumber gambar: Kottek et al. (2006)

Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson

Klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson berdasarkan rata-rata bulan kering dan bulan basah setiap tahun. Penentuan bulan kering dan basah menggunakan metode mohr. Bulan kering memiliki curah hujan < 60 mm, sedangkan bulan basah memiliki curah hujan > 100 mm. Klasifikasi ini disebut juga dengan Q model. Adapun rumus dari perhitungan Q model adalah sebagai berikut:

Q = \frac{\Sigma bulan kering}{\Sigma bulan basah} \times 100 \%

Tipe IklimNilai Q (%)
Tipe A0 – 14,3
Tipe B14,3 – 33,3
Tipe C33,3 – 60
Tipe D60 – 100
Tipe E100 – 167
Tipe F167 – 300
Tipe G300 – 700
Tipe H> 700
klasifikasi iklim schmidt ferguson

Sumber gambar: Wardiyatmoko (2006)

Klasifikasi Iklim Junghuhn

Dikemukakan oleh ahli botani dan geologi asal Jerman bernama Franz Wilhelm Junghuhn. Junghuhn banyak melakukan penelitian mengenai keadaan alam Indonesia, khususnya kondisi iklim. Penelitian mengenai iklim dilakukan di Sumatera Selatan dan Dataran Tinggi Bandung. Klasifikasi iklim yang dihasilkan berdasarkan pada ketinggian tempat dan jenis tumbuhannya. Adapun klasifikasi iklimnya terdiri atas:

Daerah Panas / Tropis

  • Ciri-cirinya adalah berada di ketinggian 0 – 600 mdpl dan suhu udara 220 C – 23,30 C
  • Tanaman yang cocok berupa padi, jagung, kopi, tembakau, karet, dan kelapa

Daerah Sedang

  • Ciri-cirinya adalah berada di ketinggian 600 – 1.500 mdpl dan suhu udara 17,10 C – 220 C
  • Tanaman yang cocok di ketinggian 600 – 1.000 mdpl (kopi, kina, padi, sayuran, teh) dan 1.000 – 1.500 mdpl (tembakau, jagung, kapuk, cokelat)

Daerah Sejuk

  • Ciri-cirinya adalah berada di ketinggian 1.500 – 2.500 mdpl dan suhu udara 11,10 C – 17,10 C
  • Tanaman yang cocok berupa padi, kopi, kina, sayuran, teh, dan hutan tanaman industri

Daerah Dingin

  • Ciri-cirinya adalah berada di ketinggian > 2.500 mdpl dan suhu udara < 11,10C
  • Hampir tidak ada tanaman budidaya

Selasa, 16 Februari 2021

Kebudayaan Indonesia Sebagai Bagian dari Kebudayaan Global


Kebudayaan Indonesia Sebagai Bagian dari Kebudayaan Global

Thomas L. Friedman, dalam bukunya yang berjudul World is Plat yang menganalisis globalisasi pada awal abad ke-21 mengungkap perkembangan perdagangan Internasional dan internet telah jauh menggeser perekonomian dan kebudayaan dunia. India lahir sebagai kekuatan baru dengan perkembangan industri internet dan sumber daya manusianya yang mumpuni. Kemampuan generasi milenial India untuk memecahkan masalah millennium bug bagi dunia komputer internet, telah menghantarnya India pada perekonomian yang lebih maju. Industri perfilman India “Bollywood”, adalah satu jenis kebudayaan Indonesia yang berhasil diimpor ke seluruh dunia.

Selain India, China juga berkembang pesat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terpesat di dunia. Kemampuan China untuk mengimitasi produk-produk dunia. Menempatkan China sebagai negara industri baru yang amat disegani. Majalah Forbes tahun 2019 merilis, China adalah negara penghasil orang kaya baru terbanyak di dunia.

Globalisasi tidak hanya menempatkan dunia pada satu pasar bebas, tapi juga transfer kebudayaan bergerak bebas seperti tanpa filter. Tidak tertutup kemungkinan dunia akan menjadi satu dalam satu kebudayaan yang disebut olah Jean Baudrillard, dengan nada yang pesimis sebagai budaya konsumen. Budaya yang telah diciptakan oleh globalisasi dan pasar bebas. budaya konsumen adalah jenis dari “budaya materi” (material culture). Hal ini berangkat dari watak universal manusia yang berusaha mencukupi kebutuhan materialnya. Dalam hal ini, sebagaimana diargumenkan konsumsi yang terjadi dalam semua masyarakat berada “ di luar perdagangan”  atau tidak terbatas pada perdagangan semata, tetapi selalu merupakan gejala budaya sebagaimana halnya sebuah gejala ekonomi.

Globalisasi membawa nilai-nilai baru bagi masyarakat dunia. Telah lahir cara pandang baru masyarakat untuk memberikan nilai atas segala hal. Nilai adalah esensi paling tinggi dari sebuah kebudayaan.

Budaya Post Modern

Jean Baudrillard, Sosiolog Prancis, menulis bahwa ada empat cara suatu benda mendapatkan nilai, pada masyarakat post modern.  

Keempat proses pembuatan nilai adalah:

  1. Nilai fungsional suatu objek; tujuan instrumentalnya (nilai pakai). Pena, misalnya, menulis; kulkas mendingin.
  2. Kedua adalah nilai tukar suatu objek; nilai ekonominya. Satu pena mungkin bernilai tiga pensil; dan satu lemari es mungkin sebanding dengan gaji yang diperoleh selama tiga bulan bekerja;
  3. Ketiga adalah nilai simbolis dari suatu objek; nilai yang diberikan subjek ke objek dalam kaitannya dengan subjek lain. Sebuah pena mungkin melambangkan hadiah kelulusan sekolah siswa atau hadiah pembicara permulaan; atau berlian dapat menjadi simbol cinta perkawinan yang diumumkan secara publik.
  4. Terakhir adalah nilai tanda suatu objek; nilainya dalam sistem objek. Pena tertentu dapat, meskipun tidak memiliki manfaat fungsional tambahan, menandakan prestise relatif terhadap pena lain; cincin berlian mungkin tidak memiliki fungsi sama sekali, tetapi dapat menyarankan nilai sosial tertentu, seperti rasa atau kelas.

Produk-produk kebudayaan tidak lagi memata dilihat dengan nilai fungsional, atau nilai tukarnya, tapi lebih kepada nilai simbolis dan nilai tanda. Banyak orang membeli smart phone Apple, banyak yang didasarkan atas nilai tandanya dari pada nilai fungsionalnya. Brand value, telah menjadi indikator penting bagi keberhasilan suatu usaha. Supermarket telah mengalahkan pasar-pasar tradisional bukan karena pelayanan dan harganya, tapi karena berbelanja di supermarket lebih bergengsi dari pada belanja di pasar tradisional.

Bagaimana dengan produk-produk kebudayaan Indonesia. Apakah produk-produk kebudayaan Indonesia dapat bersaing dengan produk global yang telah memiliki Brand value yang lebih tinggi. Apakah Warteg dapat bersaing dengan Mc Donald dan KFC? Pertanyaan ini mestinya tidak menjadi kerisauan yang berkelanjutan. Kreativitas yang tinggi dibutuhkan untuk Indonesia bisa bersaing dengan produk-produk global.

Dalam dunia post modern, revolusi 4.0, kebudayaan Indonesia mau tidak mau harus berhadapan secara vis to vis dengan budaya global. Jika kalah bersaing kebudayaan Indonesia dapat saja lenyap menyatu dalam budaya globalisasi yang oleh Antony Gidden, digambarkan sebagai truk besar yang bergerak turun tanpa kendali, menggerus apa saja yang ada hadapannya. Indonesia akan kehilangan seluruh identitas kebudayaan nasionalnya.

Pelestarian dan Pemanfaatan Produk Kebudayaan Indonesia dalam Bidang Ekonomi Kreatif dan Pariwisata


Pelestarian dan Pemanfaatan Produk Kebudayaan Indonesia dalam Bidang Ekonomi Kreatif dan Pariwisata

Banyak karya-karya kebudayaan tradisional Indonesia yang hampir punah bahkan punah. Anak-anak muda tidak mau lagi memakai, menggunakan, atau mempelajarinya karena menganggapnya telah ketinggalan zaman. Hal ini sangat disayangkan karena banyak dari budaya kita baru disadari ternyata memiliki nilai yang amat tinggi. Hal ini sebenarnya wajar, karena kebudayaan adalah sesuatu yang dinamis, dapat berubah sesuai perkembangan zamannya.

Jadi cukup tepat jika sub judul ini adalah “pelestarian”. Karena makna lestari lebih condong pada awet, “pengawetan”. Dalam satu wawancara dengan Hari Rusli (Almarhum) seniman Bandung. Menurut beliau, Sulit bagi kita untuk memaksa anak muda untuk terus mencintai kesenian-kesenian tradisional, karena zamannya memang sudah berubah. Yang kita bisa hanyalah memasukkan jenis-jenis karya kesenian yang kita miliki ke dalam museum, beserta dengan perangkat-perangkat untuk mempelajarinya. Sehingga suatu saat nanti ketika adalah orang yang mau belajar, jelas tempat di mana orang harus belajar, dan karya-karya tersebut tidak punah.

Seperti seni pertunjukan wayang misalnya. Sekarang ini seni pertunjukan wayang selalu sepi penonton seperti dulu ketika jamannya. Namun dengan adanya museum wayang, serta jurusan pewayangan di universitas-universitas kesenian. Masih banyak generasi muda yang mau belajar seni pewayangan, sehingga wayang masih dapat terus lestari.

Selain dengan menyimpan dan mengawetkannya di tempat yang tepat seperti museum dan sekolah. Yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan revitalisasi kebudayaan tradisional sehingga kesenian tradisional dapat beradaptasi dengan perkembangan jaman dan kembali menjadi tren. Salah satu yang berhasil direvitalisasi adalah batik. Bahkan batik Indonesia telah diakui sebagai warisan budaya dunia.

Batik Budaya Indonesia diakui Dunia

Batik yang sempat tenggelam karena perkembangan zaman. Lewat usaha semua pihak, termasuk dukungan pemerintah batik kembali menjadi kesenian populer. Kesenian batik sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Bati adalah seni lukis di atas kain dengan metode yang khas zaman dahulunya hanya digunakan oleh kalangan bangsawan kerajaan saja. Karena banyak dari kalangan bangsawan yang pergi ke luar istana dan mengenakan batik maka batik juga menjadi populer digunakan oleh rakyat kebanyakan.

Batik juga merupakan simbol lahirnya pergerakan kemerdekaan Indonesia. Lahirnya organisasi Serikat Islam (SI) di dahului oleh kelahiran Serikat Dagang Islam (SDI) yang merupakan perkumpulan para pedagang batik. Masuknya pakaian ala barat perlahan menenggelamkan batik sebagai pakaian nasional Indonesia.

Para perancang busana modern Indonesia, memasukkan batik sebagai bahan dasar rancangannya hingga batik seperti lahir kembali dalam wujudnya yang lebih modern. Pemerintah mencanangkan hari batik nasional. Pakaian batik dijadikan salah satu pakaian dinas harian, tidak hanya di instansi pemerintah, juga di perusahaan swasta dan sekolah. Untuk menghadiri acara pernikahan, wisuda, dll. Bahkan batik juga dapat menjadi pakaian sehari-hari.

Pasar batik kembali menggeliat. Pengrajin batik terus bertambah, tidak hanya di pasar tradisional batik juga masuk pada pasar modern. Batik kembali menjadi peluang pasar yang seksi untuk memperoleh keuntungan.

Masih lebih banyak lagi produk kebudayaan Indonesia yang bisa kembali menjadi tren, sehingga kembali dapat dinikmati masyarakat. Ini perlu digali lebih dalam. Dalam hal butuh strategi kebudayaan yang efektif, agar produk kebudayaan lokal kita yang hampir punah kembali tampil sebagai sesuatu yang baru dan inovatif.

Kebudayaan dan Pariwisata

Ditilik dari laman detik.com (17/10/2017) Pariwisata menjadi primadona baru bagi sektor pembangunan. Karena pemasukan dari devisa dan tenaga kerja memperolah angka yang cukup signifikan.

Devisa dari sektor pariwisata pada 2016 sebesar US$ 13,568 miliar berada di posisi kedua setelah CPO US$ 15,965 miliar. Pada 2015, devisa dari sektor pariwisata sebesar US$ 12,225 miliar atau berada di posisi keempat di bawah Migas US$ 18,574 miliar, CPO US$ 16,427 miliar, dan batu bara US$ 14,717 miliar.

Pariwisata bagi Indonesia adalah sesuatu yang sangat potensial. Potensial untuk lebih banyak lagi mendatangkan keuntungan utamanya untuk menambah pendapatan negara (GNP). Potensi tempat-tempat kunjungan wisata Indonesia sangat banyak. Kalau dulu kita hanya kenal Bali dan Yogyakarta, sekarang banyak orang datang ke Papua untuk menikmat Raja Ampat, datang ke Labuan Bajo untuk melihat komodo, datang ke Lombok. Dll.

Ada banyak alasan wisatawan mau berkunjung ke Indonesia. Antara lain:

  1. Alam Indonesia yang indah;
  2. Orang-orang Indonesia yang ramah;
  3. Makanan tradisional Indonesia yang lezat;
  4. Kekayaan tradisi Indonesia; dan
  5. Biaya hidup yang murah.

Selain alam Indonesia yang Indah, ternyata kebudayaan Indonesia yang kaya menjadikan para turis, suka datang dan betah tinggal di Indonesia. Adat ketimuran orang-orang Indonesia terkenal ramah. Sopan-santun dan budi pekerti adalah warisan nenek moyang yang patut dijaga eksistensinya. Kemudian kekayaan Indonesia dengan aneka rempah, juga kecerdasan bangsa Indonesia dalam meramu bumbu-bumbu tersebut menjadikan masakan Indonesia terkenal lezat-lezat. Nasi orang telah mendunia, rendang pernah ditulis oleh satu majalah internasional sebagai makanan terlezat di dunia, dan banyak lagi.

Indonesia ada negara yang kaya akan tradisi, bahkan pendukung tradisi itu sangat banyak dan sangat kuat mempertahankannya. Kebanyakan dari karya-karya kesenian kita adalah kesenian tradisi yang tidak lepas dari unsur penyembahan pada yang kuasa. Bali terkenal sebagai tempat wisata dunia, selain karena alamnya yang indah, juga karena tradisi-tradisinya yang unik.

Secara statistik kunjungan wisatawan manca negara Indonesia masih kalah dengan negara tetangga seperti Thailand, atau Singapura. Tapi harus diyakini potensi pariwisata Indonesia jauh lebih besar dari kedua negara tersebut. Luas wilayah Indonesia, panjang garis pantai, pulau-pulau yang ribuan jumlahnya, keanekaragaman suku dan tradisi, semuanya adalah potensi bagi pengembangan pariwisata di Indonesia.

Hubungan antara kebudayaan dan pariwisata sangat lah erat dan kuat. Tetap terjaga dan lestarinya kebudayaan kita dengan mempertahankan kedinamisannya adalah modal kuat untuk mendapatkan pendapatan negara yang lebih besar dari sektor pariwisata.

Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif adalah suatu konsep perekonomian di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengedepankan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang paling utama.

Beberapa ciri ekonomi kreatif antara lain:

  1. Terdapat beberapa unsur utama seperti kreativitas, keahlian, dan talenta yang memiliki nilai jual melalui penawaran kreasi intelektual.
  2. Produk yang dihasilkan (barang dan jasa) memiliki siklus hidup singkat, margin tinggi, beraneka ragam, persaingan tinggi, dan dapat ditiru.
  3. Terdiri atas penyediaan produk kreatif langsung pada pelanggan dan pendukung penciptaan nilai kreatif pada sektor lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan pelanggan.
  4. Dibutuhkan kerja sama yang baik antara berbagai pihak yang berperan dalam industri kreatif, seperti kaum intelektual, dunia usaha, dan pemerintah.
  5. Creative economy berbasis pada ide atau gagasan.
  6. Pengembangan industri kreatif tidak terbatas dan dapat diterapkan pada berbagai bidang usaha.
  7. Konsep creative economy yang dibangun bersifat relatif.

Yang termasuk dalam ekonomi kreatif antara lain:

  1. Periklanan
  2. Arsitektur
  3. Pasar barang seni
  4. Kerajinan (handicraft)
  5. Kuliner
  6. Desain
  7. Fashion
  8. Film, video, dan fotografi
  9. Musik
  10. Seni pertunjukan
  11. Penerbitan dan percetakan
  12. Layanan komputer dan piranti lunak
  13. Radio dan televisi
  14. Riset dan pengembangan

Pembentukan Kebudayaan Nasional


Pembentukan Kebudayaan Nasional

Bangsa Indonesia yang plural, terbentuk atas beragam etnis, agama, dll. bukan hanya pengaruh dari dalam, dari luar pun turut mewarnai kebudayaan Indonesia, lewat proses asimilasi dan akulturasi. Kebudayaan Indonesia telah dipengaruhi Hindu-Budha yang datang dari India sejak 400 tahun sebelum Masehi. Mahabharata dan Ramayana telah banyak diadaptasi dalam kebudayaan Indonesia bahkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah mengakar pada kepribadian orang Indonesia.

Selain Hindu-Budha, kebudayaan Islam juga telah beradaptasi di Indonesia, sejak awal abad ke 13. Bahkan Islam kini menjadi agama mayoritas orang Indonesia. Kebudayaan Barat masuk ke Indonesia sejak orang Portugis pertama mendarat di Nusantara, menyebarkan agama Katolik, dan orang-orang Belanda mendarat di Nusantara sekitar tahun 1500 Masehi membawa agama Protestan.

Bukanlah hal mudah untuk mempersatukannya dalam wujud kebudayaan nasional yang tunggal. Perbedaan ini harus diterima dengan satu kontrak kebangsaan Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga seluruh perbedaan dapat menyetu dalam Indonesia. Bent Anderson, menuliskan bingkai nasionalisme Indonesia ini bagai the imagine society (komunitas yang dibayangkan).

Konsep tentang kebudayaan Indonesia yang kemudian diperjelas menjadi kebudayaan nasional (Indonesia) atau kebudayaan bangsa bukan merupakan pembahasan baru dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia.

Sutan Takdir Alisyahbana, menyebutkan bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai suatu kebudayaan yang universal. Unsur-unsur dikreasikan terutama yang masih langka dan dimiliki masyarakat Indonesia masa itu, yaitu: teknologi, ekonomi, keterampilan berorganisasi, ilmu pengetahuan.

Sementara tokoh budayawan lian, Poerbatjaraka menggariskan bahwa kebudayaan nasional Indonesia harus berakar pada kebudayaan Indonesia sendiri, artinya harus berakar pada kebudayaan suku-suku bangsa yang ada di Nusantara. Dianjurkan pula agar manusia Indonesia banyak mempelajari sejarah kebudayaan sendiri.

Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak kebudayaan daerah. Dalam hal ini ia telah memasukkan aspek mutu karena ungkapan puncak berarti unsur-unsur kebudayaan daerah yang paling tinggi mutunya.

Keajekan konsep kebudayaan nasional ini dianggap penting karena selain di dalamnya termuat berbagai pedoman nilai juga mencerminkan simbol identitas bangsa, sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 sebagai berikut:

Undang-undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 32 menyatakan bahwa Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Selanjutnya, penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Menurut Undang-undang RI Nomor 5 tahun 2017, Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan berlandaskan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dan asas pemajuan kebudayaan Indonesia adalah:

  1. toleransi;
  2. keberagaman;
  3. kelokalan;
  4. lintas wilayah;
  5. partisipatif;
  6. manfaat;
  7. keberlanjutan;
  8. kebebasan berekspresi;
  9. keterpaduan;
  10. kesederajatan; dan
  11. gotong royong.

Objek Pemajuan Kebudayaan meliputi:

  1. tradisi lisan;
  2. manuskrip;
  3. adat istiadat;
  4. ritus;
  5. pengetahuan tradisional;
  6. teknologi tradisional;
  7. seni;
  8. bahasa;
  9. permainan rakyat; dan
  10. olahraga· tradisional.

Persebaran Keragaman Budaya Indonesia


Persebaran Keragaman Budaya Indonesia

Sensus Penduduk 2010 mengelompokkan seluruh wilayah administrasi Indonesia menjadi tujuh wilayah atau pulau, yang secara histori merupakan asal komunitas suku bangsa tertentu. Ketujuh wilayah tersebut adalah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Koentjaraningrat menilai, klasifikasi suku bangsa Indonesia masih berdasarkan sistem lingkaran hukum adat yang disusun oleh van Vollenhoven. Menurut van Vollenhoven, ada 19 lingkaran hukum adat di Indonesia sebagai berikut:

  1. Aceh;
  2. Gayo-Alas dan Batas, 2a. Nias dan Batu;
  3. Minangkabau, 3a. Mentawai;
  4. Sumatra Selatan, 4a. Enggano;
  5. Melayu;
  6. Bangka dan Biliton (Belitung);
  7. Kalimantan;
  8. Minahasa, 8a. Sangir Talaud;
  9. Gorontalo;
  10. Toraja;
  11. Sulawesi Selatan;
  12. Ternate;
  13. Maluku, 13a. Kepulauan Barat Daya;
  14. Nugini;
  15. Timor;
  16. Bali-Lombok;
  17. Jawa Tengah dan Jawa Timur;
  18. Surakarta-Yogyakarta;
  19. Jawa Barat.

Salah satu unsur kebudayaan adalah bahasa. Secara tipologis, bahasa daerah Indonesia dapat dibedakan ke dalam rumpun bahasa Austronesia, dan rumpun bahasa Papua.

  1. Rumpun bahasa Austronesia merupakan mayoritas di Indonesia, sekitar 66 % adalah rumpun bahasa ini. Rumpun bahasa ini tersebar dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru di ujung selatan, dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah di ujung timur. Persebaran Austronesia terjadi karena leluhur Austronesia melakukan migrasi ke Filipina. Dari sini kemudian menyebar ke pulau-pulau di Nusantara. Secara genealogis, bahasa-bahasa Austronesia terdiri dari tiga kelompok: 1) Melayu-Polinesia Barat (Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa bagian barat). 2) Melayu-Polinesia Tengah (Sunda kecil, mulai Sumbawa bagian timur ke arah timur, kecuali Halmahera). 3) Halmahera Selatan-Papua Barat.
  2. Rumpun bahasa Papua, tersebar di Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.

Pembentukan Kebudayaan Nasional

Bangsa Indonesia yang plural, terbentuk atas beragam etnis, agama, dll. bukan hanya pengaruh dari dalam, dari luar pun turut mewarnai kebudayaan Indonesia, lewat proses asimilasi dan akulturasi. Kebudayaan Indonesia telah dipengaruhi Hindu-Budha yang datang dari India sejak 400 tahun sebelum Masehi. Mahabharata dan Ramayana telah banyak diadaptasi dalam kebudayaan Indonesia bahkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah mengakar pada kepribadian orang Indonesia.

Selain Hindu-Budha, kebudayaan Islam juga telah beradaptasi di Indonesia, sejak awal abad ke 13. Bahkan Islam kini menjadi agama mayoritas orang Indonesia. Kebudayaan Barat masuk ke Indonesia sejak orang Portugis pertama mendarat di Nusantara, menyebarkan agama Katolik, dan orang-orang Belanda mendarat di Nusantara sekitar tahun 1500 Masehi membawa agama Protestan.

Bukanlah hal mudah untuk mempersatukannya dalam wujud kebudayaan nasional yang tunggal. Perbedaan ini harus diterima dengan satu kontrak kebangsaan Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga seluruh perbedaan dapat menyetu dalam Indonesia. Bent Anderson, menuliskan bingkai nasionalisme Indonesia ini bagai the imagine society (komunitas yang dibayangkan).

Konsep tentang kebudayaan Indonesia yang kemudian diperjelas menjadi kebudayaan nasional (Indonesia) atau kebudayaan bangsa bukan merupakan pembahasan baru dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia.

Sutan Takdir Alisyahbana, menyebutkan bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai suatu kebudayaan yang universal. Unsur-unsur dikreasikan terutama yang masih langka dan dimiliki masyarakat Indonesia masa itu, yaitu: teknologi, ekonomi, keterampilan berorganisasi, ilmu pengetahuan.

Sementara tokoh budayawan lian, Poerbatjaraka menggariskan bahwa kebudayaan nasional Indonesia harus berakar pada kebudayaan Indonesia sendiri, artinya harus berakar pada kebudayaan suku-suku bangsa yang ada di Nusantara. Dianjurkan pula agar manusia Indonesia banyak mempelajari sejarah kebudayaan sendiri.

Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak kebudayaan daerah. Dalam hal ini ia telah memasukkan aspek mutu karena ungkapan puncak berarti unsur-unsur kebudayaan daerah yang paling tinggi mutunya.

Keajekan konsep kebudayaan nasional ini dianggap penting karena selain di dalamnya termuat berbagai pedoman nilai juga mencerminkan simbol identitas bangsa, sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 sebagai berikut:

Undang-undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 32 menyatakan bahwa Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Selanjutnya, penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Menurut Undang-undang RI Nomor 5 tahun 2017, Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan berlandaskan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dan asas pemajuan kebudayaan Indonesia adalah:

  1. toleransi;
  2. keberagaman;
  3. kelokalan;
  4. lintas wilayah;
  5. partisipatif;
  6. manfaat;
  7. keberlanjutan;
  8. kebebasan berekspresi;
  9. keterpaduan;
  10. kesederajatan; dan
  11. gotong royong.

Objek Pemajuan Kebudayaan meliputi:

  1. tradisi lisan;
  2. manuskrip;
  3. adat istiadat;
  4. ritus;
  5. pengetahuan tradisional;
  6. teknologi tradisional;
  7. seni;
  8. bahasa;
  9. permainan rakyat; dan
  10. olahraga· tradisional.

Faktor-faktor geografis yang berpengaruh terhadap keragaman budaya indonesia


Faktor-faktor geografis yang berpengaruh terhadap keragaman budaya indonesia adalah

  1. Letak Indonesia yang starategis dan di jalur perdagangan penting, sehingga banyak pengaruh asing yang masuk
  2. Bentuk geografis wilayah Indonesia yang luas dan berupa kepulauan

Pembahasan:

Indonesia adalah negara yang majemuk atau beraneka ragam suku, bangsa dan agamanya. Keanekaragaman suku, bangsa dan agama ini berpengaruh akan banyaknya variasi budaya.

Setiap suku di Indonesia memiliki adat budaya tersendiri. Misalnya suku Minang memiliki adat rumah Gadang, suku Toraja memiliki rumah adat Tongkonan dan suku Jawa memiliki rumah adat Joglo.

Faktor geografis yang membuat Indonesia memiliki keragaman budaya adalah lokasi strategis, yaitu terletak di antara dua benua, benua Asia dan Australia, dan dua samudera, samudera Pasifik dan Hindia.

Posisi yang strategis berpengaruh terhadap keragaman budaya. Hal ini karena posisi strategis menyebabkan banyak pengaruh asing yang masuk dan mempengaruhi budaya di Indonesia, menyebabkan akulturasi dan beragamnya budaya yang ada.

Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan mempengaruhi keragaman penduduk.

Di berbagai penjuru wilayah yang luas dan berupa kepulauan yang terpisah satu sama lain, berkembang kebudayaan yang unik dan berbeda satu sama lain. Misalnya, budaya di pulau Sumatera dan pulau Nias yang relatif dekat, namun terpisah selat dan samudera, sudah berbeda cuku besar. 

Pengaruh Faktor Geografis terhadap Keragaman Budaya  Indonesia

Tercatat sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki setidaknya 17.504 pulau yang diantaranya berpenghuni sekitar 6.000 pulau. Pulau-pulau tersebar di daerah ekuator sepanjang kurang lebih 3.000 mil dari timur ke barat dan 1.000 mil dari utara ke selatan. Kondisi geografis ini lah yang sangat berpengaruh pada keragaman budaya di Indonesia. Adapun faktor-faktornya adalah sebagai berikut.

  1. Letak Geografis

Lokasi menjadi faktor penting yang mempengaruhi cara hidup seorang individu. Misalnya kalau hidup di daerah pegunungan, rumahnya beratap rendah agar lebih hangat dan mata pencahariannya sebagai petani.

  1. Posisi Strategis

Indonesia dilewati Selat Malaka sebagai jalur perdagangan internasional. Hal ini menyebabkan banyak warga asing yang singgah dan mulai menetap. Hasilnya banyak budaya asing khususnya penyebaran agama.

  1. Kondisi Ekologis

Ekologis berkaitan dengan hubungan manusia dengan lingkungannya. Dampak mirip dengan pengaruh letak geografis, yaitu cara hidup seseorang. Misalnya saja kepercayaan membangun rumah cuma boleh menghadap ke arah utara atau selatan saja.

Penyebab keberagaman kebudayaan

Secara ringkas, penyebab keragaman budaya di Indonesia terjadi karena:
1. Letak strategis wilayah Indonesia.
2. Kondisi negara kepulauan.
3. Perbedaan kondisi alam.
4. Keadaan transportasi dan komunikasi.
5. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan.
6. Faktor Sejarah.
7. Faktor Agama.
8. Pegaruh kebudayaan asing.
9. Ras.
10. Golongan atau kelompok dalam masyarakat.

Di Indonesia, masyarakat majemuk dicerminkan melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Artinya berbeda-beda tetap satu jua yang diatur oleh sistem nasional seperti bahasa, bendera, lagu kebangsaan, dan peraturan perundangan. Adapun pengaruh keragaman budaya di Indonesia adalah sebagai berikut.

  1. Akulturasi

Akulurasi terjadi apabila kebudayaan asing diterima dan diolah ke dalam kebudayaan lokal tanpa menghilangkan kebudayaan lokal itu sendiri. Contohnya kebudayaan Hindu-Buddha dari India mempengaruhi seni bangunan dan seni rupa, tetapi sistem kastanya tidak.

  1. Asimilasi

Asimilasi terjadi saat pembauran dua kebudayaan yang menghilangkan sifat asli keduanya sehingga membentuk kebudayaan baru. Contohnya adalah masyarakat Batak dan Tionghoa di Sumatera Utara.

Fungsi dan Peran Kebudayaan Indonesia

Kebudayan pada intinya adalah sistem gagasan yang digunakan untuk kehidupan manusia. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan Indonesia harus memiliki dua fungsi yaitu sebagai identitas dan cara berkomunikasi bagi warga negaranya untuk memperkuat solidaritas. Adapun secara rinci fungsi dan peran kebudayaan Indonesia adalah sebagai berikut.

  1. Daya tarik bangsa asing -> menyebabkan peningkatan pendapatan negara dalam sektor pariwisata
  2. Pengembangan kebudayaan nasional -> menjadi identitas warga negara di mata dunia
  3. Sikap toleransi -> perbedaan pandangan hidup antar warga negara dapat meningkatkan rasa belajar untuk saling menghormati dan menghargai
  4. Inovasi kebudayaan -> percampuran budaya dapat dijadikan sebagai inovasi untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik

Ibumu....ibumu....ibumu....

KISAH INSPIRATIF.. 

Ibumu.. ibumu.. ibumu..

Sudah dua tahun ini emak ikut tinggal di rumahku, emak yang sudah sepuh dan berusia tujuh puluh tahun lebih. Dulu emak tinggal berdua dengan bapak di desa, tapi semenjak bapak pergi mendahului emak, aku gak tega meninggalkannya sendirian, kuajak emak ke rumahku di kota.

Awalnya mas Ardi, kakak tertuaku sempat mengajak emak tinggal bersamanya tapi gak lama karena istrinya keberatan dengan emak yang makin hari makin rewel dan banyak maunya.

"Mbakmu kadang sudah nahan hati dengan kelakuan emak, Dik, cerewetnya minta ampun," keluh mas Ardi ketika mengantar emak ke rumahku.

Semakin senja tingkah emak seolah melampiaskan rasa ketika muda dulu. Emak dahulu terlalu menurut pada bapak dan gak pernah ada maunya, sekarang ketika tua rasa yang dahulu ia tahan dengan mudah ia ungkapkan.

"Nasi goreng pakai bumbu instan kayak gini gak enak."

"Pakaian jangan di-laundry, gak bersih, enak nyuci sendiri."

"Anakmu itu jajan terus, gak sehat entar batuk."

"Untuk apa beli hiasan dinding, buang-buang uang."

"Kalau hari Minggu jangan kesiangan, jangan pemalas."

Setiap hari, selalu saja omelan emak mewarnai hari-hariku. Ketiga anakku kadang kena sasaran ocehan emak, ada-ada saja yang salah di matanya.

"Dengarkan saja, Dik, gak usah diladeni, wajar orang tua," nasehat suamiku ketika aku mengeluhkan sikap emak yang kadang menjengkelkan.

"Kadang aku emosi juga, mas, kalau lama-lama kayak gini."

Suamiku tersenyum dan mencubit pipiku. "Alhamdulillah kita masih diberi nikmat merawat orang tua, jangan sampai kelak kita menyesal ketika dia sudah tiada."

Aku bergeming, benar juga.

***

Hari Senin pagi, suamiku masih dinas di luar kota, kebetulan yang bantu di rumah terlambat datang. Anak-anak rewel, mandi pun harus ribut, sarapan mesti berantem dan pakai seragam lambatnya setengah mati.

"Ayo, Nak, buruan entar mama terlambat," ucapku gusar. Jam delapan pagi ini ada rapat di kantor.

Semalam aku gak enak badan, batuk dan pilek mungkin kecapekan karena sudah tiga hari begadang mengerjakan laporan.

"Nak, cangkul kita dimana ya?" tanya emak ketika aku sedang memakaikan sepatu si bungsu.

"Gak tahu, Mak, tanya Bi Inah saja di belakang," jawabku. Ada-ada saja emak ini, dikala orang sibuk pagi-pagi dia sibuk nanyain cangkul.

"Kata Bi Inah dia gak tahu," ucap emak lagi.

"Cari di belakang, Mak," jawabku kesal. Apa mendesaknya coba mencari cangkul di jam genting seperti ini.

"Aisyah ayo nak buruan." Aku memanggil putriku yang dari tadi tak keluar kamar. Waktu semakin bergerak meninggalkan angka tujuh, aku semakin gelisah.

"Bentar, Ma, masih nyari buku PR semalam, gak ketemu," jawab Aisyah.

"Mama tunggu lima menit, adikmu sudah di mobil semua. Kalau kamu belum keluar kami tinggal."

"Nak, kamu cari dulu cangkul, toh kamu belum pergi," ucap emak gusar.

Aku bergeming, malas menanggapi emak.

"Nak, ingat dulu dimana kamu naruh cangkulnya." Emak mendesak, raut wajahnya pun terlihat kesal.

Aisyah putriku berlari keluar rumah, ia segera masuk ke mobil.

"Aku dan anak-anak berangkat ya, Mak." Aku mengambil punggung tangan emak dan menciumnya cepat.

Emak menarik lenganku, "cari dulu cangkulnya," ucap emak.

"Entar sore ya, Mak. " Aku tersenyum, berusaha sabar.

"Emak mau sekarang!" Emak membentak.

"Mak, aku ini sudah terlambat, hari ini ada rapat, kalau persentasiku gagal bisa gawat. Emak jangan buat masalah dong, untuk apa coba nanya cangkul sekarang? Wajar saja kalau istri mas Ardi gak betah sama emak kalau rewel kayak gini." Aku beranjak meninggalkan emak, masuk mobil dan membanting pintunya. Kesal.

Sekilas kulihat emak terdiam dengan mata yang berkaca.

Jantungku berdetak cepat seolah ada yang mengejar, napasku terasa sesak dan kedua mataku memanas. Baru kali ini aku membentak emak, sebelumnya aku berhasil menahan diri dari kerewelan emak namun kesabaran ada batasnya. Meledak sudah amarah ini.

"Mama jangan kasar gitu dong sama nenek," ucap Aisyah putriku.

Aku diam.

"Biasanya kan mama sabar," Yusuf putra keduaku menimpali.

"Nenek bilang dulu waktu kecil mama orangnya rewel, kalau nanya gak bisa stop, tapi nenek suka. Itu artinya mama pintar kata nenek. Terus mama juga orangnya kalau ada mau gak bisa ditunda dan nenek bilang itu bagus artinya mama orangnya gigih." Aisyah berkata pelan.

Aku bergeming kehilangan kata-kata. Anakku benar, bukankah sifat emak dan aku kini sama? Kami sama-sama rewel, banyak maunya, selalu gigih bila ada keinginan tapi hanya ada satu yang membedakan. Emak menganggap sikapku ini sebagai sebuah anugrah dan dengan senang hati menerimanya, tapi aku? Dengan mudah aku menganggap emak sebagai beban.

Tak ada pembicaraan lagi di mobil hingga ketiga anakku turun dan masuk ke gerbang sekolah, ketiganya melambaikan tangan dengan mata yang juga berkaca. Emak yang bagiku rewel itu adalah kesayangan bagi putra putriku.

Aku menepuk setir mobil berkali-kali, sepuluh menit lagi pukul delapan, bila memacu kendaraan dengan cepat maka aku masih bisa ke kantor tepat waktu. Tapi ada yang mengganjal di hati, sebuah rasa berjudul penyesalan.

Baru dua tahun emak di rumah, emak pun tak sakit-sakitan, masih bisa makan, minum dan membersihkan diri sendiri, hanya sedikit rewel saja. Tapi aku, anak yang telah sembilan bulan dikandungnya, dua tahun disusui, belasan tahun dirawat dan disekolahkan hingga akhirnya menikah pun masih tetap menyusahkan. Begitu mudah aku menganggap emak sebagai beban.

Tubuhku bergetar dengan napas yang tersendat, tumpah sudah air mata ini. Emak.

***

Aku segera memarkirkan mobil di garasi dan berlari ke kamar emak. Persetan dengan rapat dan persentasi, aku harus segera memohon maaf emak. Paling-paling pekerjaanku akan diambil alih oleh teman kantor dan tahun ini gak dapat bonus. Itu gak penting, hati emak lebih berharga dari apapun, tak kan kubiarkan retak dan hancur.

Kedua mataku menyisir kamar emak yang kosong. Kemana emak? Aku berlari ke dapur.

"Mana emak, Bi?" tanyaku pada Bi Inah yang sedang mencuci piring.

"Di halaman belakang, Bu, entah lagi apa tapi kayaknya dari tadi ngucek-ngucek mata terus kayak nahan nangis gitu."

Segera aku ke halaman belakang rumah dimana banyak tanaman emak tumbuh subur. Emak sedang menggali sesuatu dengan pisau kecil ketika aku menghampirinya.

"Lagi apa, Mak?" tanyaku.

Emak menoleh dan tersenyum. "Gak ngantor?"

Aku menggeleng, "gak enak badan," bohongku.

"Emak tadi mau minta cangkul buru-buru karena mau gali jahe merah ini. Semalam emak dengar kamu batuk gak berhenti jadi emak mau buat wedang jahe biar bisa kamu minum sebelum berangkat kerja makanya tadi emak buru-buru." Emak masih menggali tanah dengan pisau kecil.

Aku bergeming.

"Mak gak berani pakai pisau dapur kamu, kan pisau mahal nanti rusak kalau kena tanah makanya tadi cari cangkul."

Ah bodoh, apa ini, dadaku kian sesak.

"Untung ketemu pisau kecil ini, peninggalan bapakmu dulu, ini emak sudah dapat banyak jahenya." Emak menunjukkan lima ruas jahe merah di telapak tangannya. Ia beranjak dan tersenyum. "Kamu istirahatlah, nanti wedang jahenya emak antar ke kamarmu. "

Ya Allah, ya Allah, berkali aku menyebut nama-Nya. Duhai hati alangkah mudah syetan merasuki diri, betapa rapuh pertahanan diri, durhakalah aku yang telah melukai hati wanita baik ini.

Aku segera berlari dan memeluk tubuh kurus emak. "Maafkan aku, Mak, maafkan, aku salah sudah membentak emak. "

Emak memegang pundakku dan tersenyum. "Gak apa." Emak kembali memelukku dan menepuk pundakku. "Istirahat lah, kamu lelah," bisik emak.

❤️ Setiap orang tua akan sangat bahagia menghabiskan waktu merawat anaknya namun sebaliknya tak semua anak memiliki ketulusan dalam merawat orang tuanya walau hanya hitungan tahun..

Itulah ibuku ibumu ibu kita..

❤️ Alhamdulillah, semoga Alloh Ta'ala memberi ibu kita umur panjang, sehingga kita bisa berbakti padanya..

❤️ ibu ibu ibu bapak..

Jika seorang ibu sudah tiada, maka tertutuplah salah satu pintu rahmat dari Tuhanmu, yaitu doa-doa ibumu untukmu.. 🥺

#selfreminder

🌹🌹🌹🌹

Senin, 15 Februari 2021

Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Kebudayaan

Kita semua mafhum bahwa setiap kebudayaan senantiasa berubah seiring berkembangnya zaman. Sebagaimana telah dijelaskan pada artikel sebelumnya mengenai Konsep Dasar Dinamika Masyarakat dan Budaya bahwa pergeseran nilai-nilai yang berkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan pasti terjadi. Dari yang sebelumnya merupakan kebudayaan tradisional, kemudian berkembang menjadi kebudayaan peralihan, hingga  menuju kebudayaan modern.

Dengan demikian, muncul pertanyaan baru, apa yang menyebabkan suatu kebudayaan bisa berubah? Soerjono Soekanto menjelaskan terjadinya perubahan kebudayan disebabkan oleh dua faktor berdasarkan sumbernya yaitu faktor internal dan eksternal.
faktor penyebab terjadinya perubahan kebudayaan

1. Faktor Internal

Perubahan kebudayaan disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Berikut ini merupakan faktor internal penyebab terjadinya perubahan kebudayaan.

a. Bertambah dan Berkurangnya Penduduk

Pertumbuhan penduduk yang cepat dapat menyebabkan perubahan dalam struktur masyarakat seperti munculnya kelas sosial yang baru dan profesi yang baru. Selain itu pertambahan jumlah penduduk juga mengakibatkan bertambahnya kebutuhan-kebutuhan seperti sandang, pangan, dan papan. 

Padahal sumber-sumber pemenuhan kebutuhan tidak seimbang, sehingga akan timbul masalah sosial seperti pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, dan lain-lain. Kondisi ini akan mengubah pola interaksi dan meningkatnya mobilitas sosial.


Selain itu, berkurangnya penduduk yang diakibatkan oleh migrasi dan urbanisasi akan mengakibatkan kekosongan dalam pembagian kerja dan jumlah angkatan kerja, sehingga akan memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.

b. Adanya Penemuan Baru

Penemuan baru dalam masyarakat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Adanya ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada (Discovery), Penyempurnaan penemuan baru (Invention), dan Proses pembaharuan atau melengkapi atau mengganti yang telah ada (Innovation).

c. Adanya Pertentangan (konflik) Dalam Masyarakat

Dalam interaksi sosial di masyarakat yang heterogen dan dinamis, pertentangan-pertentangan (konflik) mungkin saja terjadi baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. 

Apalagi pada masyarakat yang berkembang dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern akan selalu terjadi pertentangan, misalnya golongan muda yang ingin mengadopsi budaya asing, golongan tua yang tetap mempertahankan tradisi lama. 

Konflik ini akan menimbulkan perubahan nilai-nilai, pola perilaku dan interaksi yang baru di masyarakat tersebut.

d. Terjadi Pemberontakan (Revolusi)

Revolusi adalah perubahan yang sangat cepat dan mendasar yang dilakukan oleh individu atau kelompok. Revolusi akan berpengaruh besar pada struktur masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. 

Pengaruh tersebut mulai dari lembaga negara sampai keluarga mengalami perubahan-perubahan yang mendasar. Contohnya revolusi industri di Inggris, revolusi Perancis, revolusi fisik tahun 1945 di Indonesia.


2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar masyarakat melalui interaksi sosial yang mendorong terjadinya suatu perubahan kebudayaan, yang diantaranya:

a. Peperangan

Peperangan antara negara satu dengan negara yang lain kadang bisa menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan baik pada lembaga kemasyarakatan maupun struktur masyarakatnya. 

Biasanya negara yang menang memaksakan nilai-nilai, cara-cara, dan lembaga yang dianutnya kepada negara yang kalah.

Contohnya rakyat Indonesia saat kalah melawan Belanda. Belanda memaksakan penerapan sistem pemerintahan kolonial menggantikan sistem pemerintahan kerajaan yang dianut sebagian besar daerah-daerah di Indonesia. 

Hal ini dapat menyebabkan perubahan yang mendasar pada suatu negara baik seluruh wujud budaya (sistem budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur budaya fisik) maupun seluruh unsur budaya (sistem pengetahuan, teknologi, ekonomi, bahasa, kesenian, sistem religi, dan kemasyarakatan). Biasanya akibat ini lebih berpengaruh kepada negara yang kalah.

b. Perubahan alam

Salah satu faktor penyebab perubahan yang bersumber dari lingkungan alam seperti terjadinya bencana alam banjir, longsor, gempa bumi, kebakaran hutan, dan sebagainya. 
Di daerah yang terkena banjir menyebabkan masyarakat yang berada di sekitar daerah tersebut terpaksa harus mencari tempat tinggal baru, sehingga mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. 

Selain itu, tindakan manusia sendiri dapat menyebabkan kerusakan alam, seperti membuang sampah sembarangan, penebangan liar, pembangunan terus menerus di lahan pertanian, dan masih banyak lagi. Hal ini dapat merugikan manusia sendiri seperti kehilangan keluarga, tempat tinggal, harta benda, dan sarana umum lainnya.

c. Pengaruh kebudayaan lain


Di era globalisasi ini tidak ada satupun negara yang mampu menutup dirinya dari interaksi dengan bangsa lain. Interaksi yang dilakukan antara dua negara mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh lain kadang juga bisa menerima pengaruh dari masyarakat lain. Dengan demikian akan timbul suatu nilai-nilai sosial budaya yang baru sebagai akibat asimilasi atau akulturasi kedua budaya.