Selasa, 16 Februari 2021

Pelestarian dan Pemanfaatan Produk Kebudayaan Indonesia dalam Bidang Ekonomi Kreatif dan Pariwisata


Pelestarian dan Pemanfaatan Produk Kebudayaan Indonesia dalam Bidang Ekonomi Kreatif dan Pariwisata

Banyak karya-karya kebudayaan tradisional Indonesia yang hampir punah bahkan punah. Anak-anak muda tidak mau lagi memakai, menggunakan, atau mempelajarinya karena menganggapnya telah ketinggalan zaman. Hal ini sangat disayangkan karena banyak dari budaya kita baru disadari ternyata memiliki nilai yang amat tinggi. Hal ini sebenarnya wajar, karena kebudayaan adalah sesuatu yang dinamis, dapat berubah sesuai perkembangan zamannya.

Jadi cukup tepat jika sub judul ini adalah “pelestarian”. Karena makna lestari lebih condong pada awet, “pengawetan”. Dalam satu wawancara dengan Hari Rusli (Almarhum) seniman Bandung. Menurut beliau, Sulit bagi kita untuk memaksa anak muda untuk terus mencintai kesenian-kesenian tradisional, karena zamannya memang sudah berubah. Yang kita bisa hanyalah memasukkan jenis-jenis karya kesenian yang kita miliki ke dalam museum, beserta dengan perangkat-perangkat untuk mempelajarinya. Sehingga suatu saat nanti ketika adalah orang yang mau belajar, jelas tempat di mana orang harus belajar, dan karya-karya tersebut tidak punah.

Seperti seni pertunjukan wayang misalnya. Sekarang ini seni pertunjukan wayang selalu sepi penonton seperti dulu ketika jamannya. Namun dengan adanya museum wayang, serta jurusan pewayangan di universitas-universitas kesenian. Masih banyak generasi muda yang mau belajar seni pewayangan, sehingga wayang masih dapat terus lestari.

Selain dengan menyimpan dan mengawetkannya di tempat yang tepat seperti museum dan sekolah. Yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan revitalisasi kebudayaan tradisional sehingga kesenian tradisional dapat beradaptasi dengan perkembangan jaman dan kembali menjadi tren. Salah satu yang berhasil direvitalisasi adalah batik. Bahkan batik Indonesia telah diakui sebagai warisan budaya dunia.

Batik Budaya Indonesia diakui Dunia

Batik yang sempat tenggelam karena perkembangan zaman. Lewat usaha semua pihak, termasuk dukungan pemerintah batik kembali menjadi kesenian populer. Kesenian batik sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Bati adalah seni lukis di atas kain dengan metode yang khas zaman dahulunya hanya digunakan oleh kalangan bangsawan kerajaan saja. Karena banyak dari kalangan bangsawan yang pergi ke luar istana dan mengenakan batik maka batik juga menjadi populer digunakan oleh rakyat kebanyakan.

Batik juga merupakan simbol lahirnya pergerakan kemerdekaan Indonesia. Lahirnya organisasi Serikat Islam (SI) di dahului oleh kelahiran Serikat Dagang Islam (SDI) yang merupakan perkumpulan para pedagang batik. Masuknya pakaian ala barat perlahan menenggelamkan batik sebagai pakaian nasional Indonesia.

Para perancang busana modern Indonesia, memasukkan batik sebagai bahan dasar rancangannya hingga batik seperti lahir kembali dalam wujudnya yang lebih modern. Pemerintah mencanangkan hari batik nasional. Pakaian batik dijadikan salah satu pakaian dinas harian, tidak hanya di instansi pemerintah, juga di perusahaan swasta dan sekolah. Untuk menghadiri acara pernikahan, wisuda, dll. Bahkan batik juga dapat menjadi pakaian sehari-hari.

Pasar batik kembali menggeliat. Pengrajin batik terus bertambah, tidak hanya di pasar tradisional batik juga masuk pada pasar modern. Batik kembali menjadi peluang pasar yang seksi untuk memperoleh keuntungan.

Masih lebih banyak lagi produk kebudayaan Indonesia yang bisa kembali menjadi tren, sehingga kembali dapat dinikmati masyarakat. Ini perlu digali lebih dalam. Dalam hal butuh strategi kebudayaan yang efektif, agar produk kebudayaan lokal kita yang hampir punah kembali tampil sebagai sesuatu yang baru dan inovatif.

Kebudayaan dan Pariwisata

Ditilik dari laman detik.com (17/10/2017) Pariwisata menjadi primadona baru bagi sektor pembangunan. Karena pemasukan dari devisa dan tenaga kerja memperolah angka yang cukup signifikan.

Devisa dari sektor pariwisata pada 2016 sebesar US$ 13,568 miliar berada di posisi kedua setelah CPO US$ 15,965 miliar. Pada 2015, devisa dari sektor pariwisata sebesar US$ 12,225 miliar atau berada di posisi keempat di bawah Migas US$ 18,574 miliar, CPO US$ 16,427 miliar, dan batu bara US$ 14,717 miliar.

Pariwisata bagi Indonesia adalah sesuatu yang sangat potensial. Potensial untuk lebih banyak lagi mendatangkan keuntungan utamanya untuk menambah pendapatan negara (GNP). Potensi tempat-tempat kunjungan wisata Indonesia sangat banyak. Kalau dulu kita hanya kenal Bali dan Yogyakarta, sekarang banyak orang datang ke Papua untuk menikmat Raja Ampat, datang ke Labuan Bajo untuk melihat komodo, datang ke Lombok. Dll.

Ada banyak alasan wisatawan mau berkunjung ke Indonesia. Antara lain:

  1. Alam Indonesia yang indah;
  2. Orang-orang Indonesia yang ramah;
  3. Makanan tradisional Indonesia yang lezat;
  4. Kekayaan tradisi Indonesia; dan
  5. Biaya hidup yang murah.

Selain alam Indonesia yang Indah, ternyata kebudayaan Indonesia yang kaya menjadikan para turis, suka datang dan betah tinggal di Indonesia. Adat ketimuran orang-orang Indonesia terkenal ramah. Sopan-santun dan budi pekerti adalah warisan nenek moyang yang patut dijaga eksistensinya. Kemudian kekayaan Indonesia dengan aneka rempah, juga kecerdasan bangsa Indonesia dalam meramu bumbu-bumbu tersebut menjadikan masakan Indonesia terkenal lezat-lezat. Nasi orang telah mendunia, rendang pernah ditulis oleh satu majalah internasional sebagai makanan terlezat di dunia, dan banyak lagi.

Indonesia ada negara yang kaya akan tradisi, bahkan pendukung tradisi itu sangat banyak dan sangat kuat mempertahankannya. Kebanyakan dari karya-karya kesenian kita adalah kesenian tradisi yang tidak lepas dari unsur penyembahan pada yang kuasa. Bali terkenal sebagai tempat wisata dunia, selain karena alamnya yang indah, juga karena tradisi-tradisinya yang unik.

Secara statistik kunjungan wisatawan manca negara Indonesia masih kalah dengan negara tetangga seperti Thailand, atau Singapura. Tapi harus diyakini potensi pariwisata Indonesia jauh lebih besar dari kedua negara tersebut. Luas wilayah Indonesia, panjang garis pantai, pulau-pulau yang ribuan jumlahnya, keanekaragaman suku dan tradisi, semuanya adalah potensi bagi pengembangan pariwisata di Indonesia.

Hubungan antara kebudayaan dan pariwisata sangat lah erat dan kuat. Tetap terjaga dan lestarinya kebudayaan kita dengan mempertahankan kedinamisannya adalah modal kuat untuk mendapatkan pendapatan negara yang lebih besar dari sektor pariwisata.

Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif adalah suatu konsep perekonomian di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengedepankan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang paling utama.

Beberapa ciri ekonomi kreatif antara lain:

  1. Terdapat beberapa unsur utama seperti kreativitas, keahlian, dan talenta yang memiliki nilai jual melalui penawaran kreasi intelektual.
  2. Produk yang dihasilkan (barang dan jasa) memiliki siklus hidup singkat, margin tinggi, beraneka ragam, persaingan tinggi, dan dapat ditiru.
  3. Terdiri atas penyediaan produk kreatif langsung pada pelanggan dan pendukung penciptaan nilai kreatif pada sektor lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan pelanggan.
  4. Dibutuhkan kerja sama yang baik antara berbagai pihak yang berperan dalam industri kreatif, seperti kaum intelektual, dunia usaha, dan pemerintah.
  5. Creative economy berbasis pada ide atau gagasan.
  6. Pengembangan industri kreatif tidak terbatas dan dapat diterapkan pada berbagai bidang usaha.
  7. Konsep creative economy yang dibangun bersifat relatif.

Yang termasuk dalam ekonomi kreatif antara lain:

  1. Periklanan
  2. Arsitektur
  3. Pasar barang seni
  4. Kerajinan (handicraft)
  5. Kuliner
  6. Desain
  7. Fashion
  8. Film, video, dan fotografi
  9. Musik
  10. Seni pertunjukan
  11. Penerbitan dan percetakan
  12. Layanan komputer dan piranti lunak
  13. Radio dan televisi
  14. Riset dan pengembangan

0 komentar:

Posting Komentar