Jumat, 27 Agustus 2021
Kamis, 26 Agustus 2021
PENGERTIAN SIG
Menjelaskan secara teoritis pengolahan data dalam Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pengertian SIG
Menurut sumber Esri (1990), bahwa Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah kumpulan terorganisasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis (Prahasta, Eddy. 2006)Komponen-komponen SIG
- Daya Manusia (user), Komponen manusia memegang peranan yang sangat menentukan, karena tanpa manusia maka sistem tersebut tidak dapat diaplikasikan dengan baik. Jadi manusia menjadi komponen yang mengendalikan suatu sistem sehingga menghasilkan suatu analisa yang dibutuhkan.
- Software merupakan sistem modul yang berfungsi untuk mengoperasikan sistem informasi geografis. Sebuah software SIG harus menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan penyimpanan data analisis dan menampilkan informasi geografis. Dengan demikian elemen yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah tools untuk melakukan input dan transformasi data geografis, sistem manajemen basis data, tools yang mendukung query geografis, analisis dan visualisasi, Geographical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tools geografi.
- Hardware, Sistem informasi geografis memerlukan spesifikasi komponen hardware yang sedikit lebih tinggi dibanding spesifikasi komponen sistem informasi lainnya. Hal ini disebabkan karena data-data yang digunakan dalam SIG, penyimpanannya membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses analisanya membutuhkan memory yang besar dan processor yang cepat. Beberapa hardware yang sering digunakan dalam sistem informasi geografis adalah personal komputer, mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner.
- Aplikasi sistem informasi geografis dalam proses perencanaan, Sistem informasi geografis sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti pertanian, lingkungan manajemen sumber daya alam, parawisata, geologi, perencanaan, dan lain sebagainya. keunggulan sistem informasi geografis sehingga digunakan pada bidang-bidang tersebut adalah karena kemampuannya mengintegrasikan antara data spasial dan data atribut sehingga dalam analisisnya mampu menghasilkan informasi yang kompleks.
- Data, Hal yang merupakan komponen penting dalam sistem informasi geografis adalah data. Secara fundamental sistem informasi geografis bekerja dengan dua tipe data yaitu data vektor dan data raster. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan suatu kota, data distribusi lokasi pengambilan sampel, dan sebagainya. Data SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu data grafis dan data atribut atau tabular. Data grafis adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek di permukaan bumi, sedangkan data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis tersebut (Pahlevy. 2010.)
Pengertian pengindraan Jauh
Memahami jenis-jenis citra pengindraan jauh dan interpretasi citra
Pengertian pengindraan Jauh
Menurut LILLESAND dan KIEFER, 1986 Pengindraan jauh adalah ilmu untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, wilayah atau gejala dengan cara menganalisis data-data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa berhubungan langsung dengan objek, wilayah yang dikaji.
Penjelasan lain menerangkan bahwa pengindraan jauh adakah ilmu untuk medapatkan informasi mengenai permukaan bumi yang diambil dari jarak jauh CAMPBEL,1994
Komponen Pengindraan Jauh
Ada lima komponen pengindraan jauh. Yaitu:
Sumber tenaga
Atmosfer
Atmosfer mempunyai peranan untuk menghambat dan mengganggu tenaga atau sinar matahari yang datang (bersifat selektif terhadap panjang gelombang). Tidak semua spektrum elektromagnetik mampu menembus lapisan atmosfer, hanya sebagian kecil saja yang mampu menembusnya. Hambatan pada atmosfer disebabkan oleh debu, uap air, dan gas. Hambatan atmosfer ini berupa serapan, pantulan, dan hamburan. Hamburan adalah pantulan ke segala arah yang disebabkan oleh benda-benda yang permukaannya kasar dan bentukannya tidak menentu, atau oleh benda-benda kecil lainnya yang berserakan. Bagian dari spektrum elektromagnetik yang mampu menembus atmosfer dan sampai ke permukaan bumi disebut jendela atmosfer. Jendela atmosfer yang paling banyak digunakan adalah spektrum tampak yang dibatasi oleh gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7 mikrometer.
Sensor
Objek
- variasi spektral, mendasarkan pada pengenalan pertama suatu objek, misal cerah dan gelap,
- variasi spasial, mendasarkan pada perbedaan pola keruangannya, seperti bentuk, ukuran, tinggi, serta panjang, dan
- variasi temporal, mendasarkan pada perbedaan waktu perekaman dan umur objek.
Pengguna
Tingkat keberhasilan dari penerapan sistem pengindraan jauh ditentukan oleh pengguna data. Kemampuan pengguna data dalam menerapkan hasil pengindaraan jauh juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang mendalam tentang disiplin ilmu masing-masing maupun cara pengumpulan data dari sistem pengindraan jauh. Data yang sama dapat digunakan untuk mencari info yang berbeda bagi pengguna (user) yang berbeda pula. Berdasarkan kerincian, keandalan, dan kesesuaian data dari sistem pengindaraan jauh akan menentukan dapat diterima atau tidaknya data pengindraan jauh oleh pengguna (user).
Jenis-jenis citra pengindraan jauh
Proses penginderaan jauh akan menghasilkan hasil keluaran atau yang dinamakan sebagai citra. Citra dapat kita bagi menjadi dua macam yakni Citra Foto dan Citra Nonfoto.
Citra Foto, merupakan gambaran suatu objek dari hasil proses pemotretan udara yang biasanya menggunakan pesawat udara. Hasil ini lebih sering kita sebut sebagai foto udara. Citra foto sendiri dapat kita bedakan menjadi beberapa macam, yakni:
Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
- Foto Ultraviolet merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum gelombang ultraviolet dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Foto ini akan menghasilkan warna yang sangat kontras sehingga cocok untuk membedakan antara dua zat, misalnya untuk melihat tumpahan minyak di laut, mengetahui jaringan jalan aspal dll.
- Foto Ortokromatik merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum gelombang tampak disekitar warna biru hingga sebagian warna hijau (sekitar 0,4 – 0,56 mikrometer). Dari sini banyak objek yang bisa nampak jelas dan bisa melihat objek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter. Foto ini sangat cocok untuk mempelajari daerah pantai.
- Foto Pankromatrik merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum cahaya tampak sehingga kepekaan dalam menangkap objek akan sama dengan kepekaan mata. Foto pankromatik dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pankromatik hitam-putih dan foto infra merah.
- Foto pankromatik hitam-putih akan menghasilkan warna objek sama seperti warna aslinya. Biasanya digunakan untuk memantau lalu lintas, sumber kebakaran hutan (titik api), perencanaan kota dll.
- Foto Infra Merah merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum gelombang infra merah. Biasanya digunakan dalam dunia militer, pertanian atau perkebunan (untuk membedakan tumbuhan yang sehat dengan yang sakit).
Berdasarkan Arah Sumbu Kamera ke Permukaan Bumi
- Foto tegak merupakan foto yang diambil tegak lurus terhadap permukaan bumi atau sekita 0 sampai 10 derajat.
- Foto miring merupakan foto yang diambil dengan sudut minimal 10 derajat terhadap permukaan bumi. Nah, foto miring/condong ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu foto agak condong (cakrawala masih nampak) dan foto sangat condong (cakrawala tidak tampak).
Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan
- Foto tunggal yaitu foto yang dibuat menggunakan kamera tunggal.
- Foto jamak yaitu foto yang dibuat lebih dari satu pada saat waktu yang sama di daerah lokasi yang sama.
Berdasarkan Warna yang Digunakan
- Foto bewarna semu akan menghasilkan warna yang berbeda dengan warna aslinya.
- Foto bewarna asli akan menghasilkan seperti warna objek aslinya.
Berdasarkan Wahana yang Digunakan
- Foto udara merupakan foto yang dibuat dari pesawat atau balon udara.
- Foto satelit atau foto orbital merupakan foto yang dibuat dari satelit.
Citra nonfoto merupakan citra yang diambil menggunakan sensor, biasanya menggunakan satelit. Dan istilah yang dikenal yaitu citra satelit. Citra nonfoto dapat kita bedakan menjadi tiga jenis yaitu:
Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik
- Citra infra merah termal merupakan citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal. Perbedaan warna disebabkan karena adanya perbedaan suhu antar objek.
- Citra radar dan citra gelombang mikro merupakan citra yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro.
Berdasarkan Sensor yang Digunakan
- Citra tunggal merupakan citra yang dibuat dengan sensor tunggal.
- Citra multispektral merupakan citra yang dibuat dengan sensor jamak.
Berdasarkan Wahana yang Digunakan
- Citra dirgantara (Airborne image) merupakan citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara).
- Citra satelit (Satellite/Spaceborne Image) merupakan citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar.
Sumber: baca di sini
Resolusi Citra
Ada empat jenis resolusi citra antra lain:
Resolusi Spasial
Resolusi spasial adalah ukuran terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa dibedakan dengan bentuk permukaan di sekitarnya atau yang ukurannya bisa diukur. Pada potret udara, resolusi adalah fungsi dari ukuran grain film (jumlah pasangan garis yag bisa dibedakan per mm) dan skala. Skala adalah fungsi dari panjang fokus dan tinggi terbang. Garis film yang halus memberikan detail obyek lebih banyak (resolusi yang lebih tinggi) dibandingkan dengan grain yang kasar. Demikian pula, skala yang lebih besar memberikan resolusi yang lebih tinggi.
Resolusi spasial dari citra non-fotografik (yang tidak menggunakan film) ditentukan dengan beberapa cara. Paling umum digunakan adalah berdasarkan dimensi dari instantaneous field of view (IFOV) yang diproyeksikan ke bumi. IFOV ini merupakan fungsi dari ukuran detektor, tinggi sensor dan optik. Pada sensor digital seperti generasi Landsat dan SPOT, sensor merekam kecerahan semua obyek yang ada di dalam IFOV. Kecerahan adalah jumlah radiasi yang dipantulkan atau diemisikan dari permukaan bumi. Dengan kata lain, IFOV adalah suatu areal pada suatu permukaan bumi yang memiliki nilai campuran kecerahan yang dapat diukur. Nilai kecerahan suatu pixel diperoleh dari BV-nya IFOV, namun ukuran pixel bisa lebih kecil atau lebih besar dari ukuran IFOV, tergantung dari bagaimana BV tersebut disampel (direkam) sensor.
Perlu diperhatikan bahwa resolusi spasial dari suatu sistem cocok untuk suatu kepentingan tertentu sehingga obyek di permukaan bumi tidak hanya bisa dideteksi (detectable) tapi juga diidentifikasi (recognizable) dan dianalisis. Detectability adalah kemampuan dari sistem penginderaan jauh untuk merekam keberadaan suatu obyek atau feature dalam suatu bentang alam. Sebagai contoh, jalan aspal yang walaupun mempunyai ukuran lebih kecil dari resolusi spasialnya, tetapi dapat juga direkam oleh sensor karena memberikan kontras (BV) yang tinggi. Recognizability adalah kemampuan dari seorang interpreter untuk mengidentifikasi suatu obyek yang dideteksi oleh sensor.
Resolusi Spektral
Resolusi spektral diartikan sebagai dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang dimiliki oleh sensor. Sebagai contoh, potret hitam-putih memiliki resolusi yang lebih rendah (0,4 mikro meter – 0,7 mikrometer) dibandingkan dengan Landsat TM band 3 (0,63 mikrometer – 0,69 mikrometer). Dengan jumlah band-band sempit yang banyak maka pemakai atau peneliti dapat memilih kombinasi yang terbaik sesuai dengan tujuan dari analisis untuk mendapatkan hasil yang optimal. TM mempunyai 7 band dengan lebar setiap band-nya yang sempit tetap rentang band yang digunakan lebar (mulai band biru sampai band termal), sedangkan SPOT 5 mempunyai 4 band dengan rentang dari band hijau sampai dengan inframerah sedang, ini berarti bahwa TM memiliki resolusi spektral yang lebih baik dibandingkan dengan SPOT.
Resolusi Radiometrik
Resolusi radiometrik adalah ukuran sensitivitas sensor untuk membedakan aliran radiasi yang dipantulkan atau diemisikan dari suatu obyek permukaan bumi. Sebagai contoh, radian pada panjang gelombang 0,6 – 0,7 mikrometer akan direkamoleh detektor MSS band 5 dalam bentuk voltage. Kemudian analog voltage ini disampel setiap interval waktu tertentu (contoh untuk MSS adalah 9,958E-6 detik) dan selanjutnya dikonversi menjadi nilai integer yang disebut bit. MSS band 4, 5, dan 7 dikonversi ke dalam 7 bit sehingga akan menghasilkan 128 nilai diskrit yang berkisar dari 0 sampai 127. MSS band 6 mempunyai resolusi radiometrik 6 it atau nilai integer diskrit antara 0 – 63. Generasi kedua data satelit seperti TM, SPOT, dan MESSR mempunyai resolusi radiometrik yang lebih tinggi akan memberikan variasi informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan citra yang mempunyai resolusi radiometrik yang lebih rendah.
Resolusi Temporal
Pertimbangan resolusi ini menjadi penting ketika penginderaan jauh dibutuhkan dalam rangka pemantauan dan atau deteksi obyek permukaan bumi yang terkait dengan variasi musim (waktu). Dalam bahasa sederhananya, resolusi temporal adalah interval waktu yang dibutuhkan oleh satelit untuk merekam areal yang sama, atau waktu yang dibutuhkan oleh satelit untuk menyelesaikan siklus orbitnya. Resolusi temporal adalah frekuensi suatu sistem sensor merekam suatu areal yang sama. Sebagai contoh, Landsat TM mempunyai ulangan overpass 16 hari, SPOT 26 hari, JERS-1 44 hari, NOAA AVHHR 1 hari, dan IRS 22 hari.
Untuk areal yang luas dan interval waktu yang singkat, citra inderaja dapat memberikan informasi yang sangat berharga. Ini sangat bermanfaat dalam kegiatan pemonitoran jangka pendek maupun jangka panjang. Akan tetapi, beberapa satelit mempunyai kemampuan untuk melakukan perekaman dengan posisi di luar garis orbitnya dengan variasi waktu berkisar anatara satu sampai lima hari. Oleh karena itu, resolusi temporal yang aktual sangat bergantung pada jenis sensor, lebar overlap antar jalur rekam dan ketinggian satelit.
PROYEKSI PETA
Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah metode untuk menggambar bentuk muka bumi dari bidang lengkung ke bidang datar. Di dalam melakukan kegiatan proyeksi peta, ada beberapa hal yang tidak boleh terabaikan, yaitu: (1) peta harus equivalen, yaitu peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala. (2) peta harus equidistan, yaitu peta harus mempunyai jarak-jarak yang sama dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala. (3) peta harus konform, yaitu bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta harus dipertahankan sesuai dengan bentuk sebenarnya di permukaan bumi.
Ada tiga jenis proyeksi dasar dalam menggambar peta, yaitu:
Proyeksi Azimutal/ Proyeksi Zenital
Proyeksi zenital ini bidang proyeksinya berupa bidang datar, zenital (normal) bila bidang datar menyentuh bola bumi pada titik kutub bumi. zenital (transversal) jika bidang datar menyentuh bumi pada salah satu titik di ekuator. zenital (obliq) jika bidang datar menyentuh bumi pada salah satu titik di lintang tengah.
Proyeksi zenital normal sesuai digunakan untuk memetakan daerah kutub, namun akan mengalami penyimpangan yang besar jika digunakan untuk menggambarkan daerah yang berada di sekitar khatulistiwa.
Proyeksi Kerucut
Proyeksi kerucut ini bidang proyeksinya berupa kerucut. Kerucut (normal) bila garis tengah kerucut menyentuh bola bumi pada salah satu garis lintang tengah bumi. Kerucut (transversal) jika garis tengah kerucut menyentuh bumi pada salah satu garis meridian bumi. Kerucut (obliq) jika kerucut menyentuh bumi pada secara menyilang.
Proyeksi kerucut normal sesuai digunakan untuk menggambarkan daerah yang berada pada lintang tengah seperti pada negara-negara di Eropa.
Proyeksi Silinder
Proyeksi silinder ini bidang proyeksinya berupa silinder. Silinder (Normal) jika lingkaran tengah silinder menyentuh bumi pada equator, Silinder (transversal) jika lingkaran tengah silinder menyentuh bumi pada garis meridian. Silinder (obliq) bila lingkaran tengah silinder ditempatkan menyilang dari garis lintang dan bujur bumi.
Proyeksi silinder normal sangat baik untuk memetakan daerah yang berada di daerah khatulistiwa, dan tidak sesuai digunakan untuk memetakan daerah yang berada di lintang sedang hingga sekitar kutub.
Dasar Dasar Pemetaan
DASAR DASAR PEMETAAN
Kata "map" atau peta dalam Bahasa Inggris berasal dari kata "mappa" yang artinya penutup meja dalam Bahas Yunani. Pengertian peta sendiri tidak hanya sebatas secara bahasa, tetapi juga istilah secara utuh.
Dikutip dari Modul Geografi terbitan PP-PAUD dan Dikmas Jawa Barat, definisi peta berbeda-beda menurut para ahli.
Menurut Erwin Raisz, seorang kartografer Amerika Serikat, peta merupakan gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sebagai kenampakan jika dilihat dari atas dengan ditambah tulisan-tulisan sebagai tanda pengenal.
Peta menurut International Cartography Assosiation (ICA) merupakan gambaran yang biasanya berskala dan biasanya pada suatu medium yang datar dari penampakan yang nyata maupun abstrak yang telah dipilih sebelum dan berada atau dalam hubungannya dengan permukaan bumi atau benda-benda langit yang lain.
Sementara menurut penulis dan ahli kartografi nasional, RM.Sutarjo Suryosumarno, peta adalah lukisan dengan tinta dari seluruh atau sebagai permukaan bumi yang diperkecil dengan perbandingan ukuran yang disebut skala atau keder.
Dasar pemetaan terdiri dari beberapa hal meliputi unsur, jenis, dan fungsi peta itu sendiri.
Unsur peta
Menurut modul elektronik yang diterbitkan oleh Kemendikbud, peta yang lengkap setidaknya terdiri atas sepuluh unsur. Kesembilan unsur tersebut meliputi:
- Judul yang terletak di bagian atas peta. Judul peta memuat informasi seputar lokasi, jenis, serta keadaan wilayah yang digambarkan peta tersebut.
- Skala, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jarak dalam peta dengan jarak sesungguhnya
- Tanda arah mata angin untuk menunjukkan arah utara (U), timur (T), selatan (S), dan barat (B). Arah utara biasanya diletakkan di bagian atas tanda mata angin.
- Tata warna yang berguna untuk mempertegas ketinggian tempat. Tiap warna mewakili wilayah tertentu: laut dalam (biru tua), laut dangkal (biru muda), dataran rendah (hijau), dataran tinggi (kuning), pegunungan (cokelat), gunung (hitam), dan salju (putih).
- Inset atau peta sisipan. Inset merupakan gambaran peta dengan skala yang jauh lebih kecil berfungsi untuk memberi kejelasan hubungan antar wilayah.
- Legenda yaitu kotak kecil yang berisi keterangan mengenai simbol-simbol peta.
- Simbol peta yang mewakili keadaan sesungguhnya dalam peta. Simbol digambarkan sesuai dengan wujud aslinya. Seperti contoh, bandara disimbolkan dengan pesawat, gunung disimbolkan dengan segitiga, dan pelabuhan digambarkan sebagai jangkar.
- Lettering atau tulisan. Unsur ini berfungsi untuk menjelaskan simbol-simbol yang tercantum pada peta. Biasanya memuat nama kota, wilayah, gunung, sungai, dan sebagainya.
- Garis astronomis atau garis bujur dan garis lintang. Garis astronomis digunakan untuk menjelaskan lokasi secara astronomis wilayah yang digambarkan dalam peta
- Tahun pembuatan yang mencantumkan kapan peta dibuat.
Secara umum jenis peta dibedakan menjadi tiga macam, yaitu peta berdasarkan skala, peta berdasarkan kepentingan, dan peta berdasarkan keadaan objek. Berikut penjelasannya:
1. Peta berdasarkan skala
Peta berdasarkan skala terbagi menjadi empat, antara lain:
- Peta berskala kecil dengan kisaran skala antara 1:500.000 sampai dengan 1:1.000.000
- Peta berskala medium dengan kisaran skala antara 1:250.000 sampai dengan 1:500.000.
- Peta berskala besar dengan kisaran skala antara 1:5.000 sampai dengan 1:250.000.
- Peta teknik atau kadaster dengan kisaran skala antara 1:100 sampai dengan 1:5000.
Peta berdasarkan kepentingan atau fungsi biasa disebut dengan peta tematik. Peta ini cenderung menggambarkan kenampakan fenomena tertentu di permukaan bumi. Jenis peta ini antara lain:
- Peta geologi, hidrologi, astronomi
- Peta geografi dan topografi
- Peta lokasi dan persebaran flora dan fauna
- Peta lalu lintas dan komunikasi
- Peta cuaca dan iklim
- Peta ekonomi dan statistik
- Peta kebudayaan dan sejarah
Peta berdasarkan keadaan objek dibagi menjadi dua jenis, antara lain:
- Peta dinamik atau peta yang menggambarkan keadaan labil atau keadaan dapat berubah setiap saat. Contoh peta urbanisasi dan peta perluasan wilayah pemukiman.
- Peta satsioner atau peta yang menggambarkan keadaan wilayah yang tetap dalam waktu lama, seperti peta geologi dan peta dunia.
Secara umum peta merupakan alat untuk menunjukkan lokasi. Namun, setiap unsur yang terkandung membuat peta memiliki fungsi yang lebih dari itu. Berdasarkan Modul terbitan Kemendikbud, berikut beberapa fungsi peta:
- Menunjukkan lokasi yang ada di permukaan bumi
- Menentukan arah serta jarak suatu tempat
- Menggambarkan luas dan bentuk berbagai gejala yang terdapat di permukaan bumi
- Menyajikan persebaran sifat-sifat alami (laut, gunung, danau, dan sebagainya) dan nonalami (bangunan, jembatan, waduk, dan sebagainya)
- Menunjukkan ketinggian atau kemiringan suatu tempat
- Memberikan gambaran data atau informasi mengenai wilayah yang dipetakan
- Memperlihatkan gerak mobilitas manusia dengan berbagai aktivitasnya
Rabu, 25 Agustus 2021
Minggu, 22 Agustus 2021
Kamis, 19 Agustus 2021
Rabu, 18 Agustus 2021
Berjinjit
Minggu, 15 Agustus 2021
SOAL LATIHAN POROS MARITIM
Senin, 09 Agustus 2021
Kamis, 05 Agustus 2021
AKM KOMPETENSI DASAR 3.1 PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI
AKM KOMPETENSI DASAR
3.1 PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI
UNTUK LATIHAN YA NAK......
PILIHLAH PERNYATAAN BENAR SALAH
1.Aspek yang mengkaji seluruh fenomena alam yang terjadi di permukaan bumi secara alami adalah termasuk aspek sosial. Pernyataan tsb benar atau salah?
2. Aspek topografi berkaitan dengan letak suatu wilayah. Contohnya, yakni letak negara, luas suatu wilayah, bentuk permukaan bumi, dan batas-batas wilayah.Pernyataan tsb benar atau salah?
3.Objek formal geografi adalah seluruh gejala atau fenomena di permukaan bumi, yang mencakup kulit bumi (litosfer), lapisan air (hidrosfer), lapisan udara (atmosfer), manusia (antroposfer), serta hewan dan tumbuhan (biosfer).
4. Objek formal merupakan aplikasi ilmu geografi dimana metode dikembangkan untuk mengkaji dan menyediakan pemecahan bagi berbagai permasalahan geografi. Ada beberapa pendekatan dalam objek formal geografi yaitu pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan kelingkungan (ecological approach), pendekatan komplek kewilayahan (regional complex approach), dan pendekatan waktu.
5.Aspek sosial menyangkut keadaan lingkungan alam di luar manusia. Contohnya, bentuk muka bumi, perairan, keadaan udara, tumbuhan, dan hewan, serta semua fenomena alam yang dapat langsung diamati. Aspek sosial ini dibagi lagi menjadi aspek topologi (wilayah), aspek biotik (manusia, vegetasi, dan hewan), dan aspek non biotik (tanah, perairan, dan iklim).
6.Aspek sosialadalah seluruh masalah sosial, budaya, dan ekonomi yang terjadi karena adanya aktivitas serta kreativitas m anusia dipermukaan bumi. Beberapa hal yang dikaji dalam aspek sosial antara lain aspek ekonomi, sosial,politik, dan budaya.
7. Pemahaman geografi terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring kemajuan pemikiran penelaahan manusia. Kata geografi berasal dari geoyang artinya bumi, dan graphein yang artinya gambaran. Ungkapan itu pertama kali dikemukakan oleh Eratosthenes (276-194 SM) seorang ilmuwan Yunani memperkenalkan pengertian geografi dalam bukunya yang berjudul “Geographica”. Kata itu berakar dari geo yang artinya bumi dan graphika yang artinya lukisan atau tulisan. Eratosthenes berpendapat bahwa Bumi berbentuk bulat. Sehingga Eratosthenes dijadikan bapak geografi.
8.Ilmu yang mempelajari tentang teknik memperoleh informasi tentang suatu 10 points objek dengan alat tanpa kontak langsung dengan objek tersebut disebut Penginderaan jauh
9.Hasil Seminar Semarang (1988) Seminar Lokakarya Ikatan Geografi
Indonesia (IGI) di Semarang menyepakati rumusan, bahwa
geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer
dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi
itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah
dalam suatu ruang.
| 10. Sejarah Perkembangan Geografi
Sebagai ilmu pengetahuan, geografi |
|
berkembang dari masa ke masa, di mana dalam hal ini dikategorikan ke dalam 5 tahap perkembangan. Sejarah geografi itu dimulai dari geografi klasik yang berkembang di sekitar abad VI – I SM; geografi abad pertengahan dan renaissance; geografi modern; geografi akhir abad XIX dan awal abad XX; dan geografi mutakhir.1) Geografi KlasikPada masa ini, pengetahuan tentang bumi masih dipengaruhi oleh mitologi dan cerita rakyat. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri, dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan, dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai. Beberapa tokoh geografi klasik antara lain: Amaximandaros, Thales,Herodotus, Eratosthenes, Ptolomeus.2) Geografi Abad Pertengahan dan RenaissancePada masa ini, bangsa Arab seperti Al-Idrisi, Ibnu Battuta, dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan yang ditinggalkan bangsa Yunani dan Romawi di masa Geografi Klasik. Lewat perjalanan Marcopolo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Saat itu, tujuan perjalanan para penjelajah sudah meliputi gold, glory, dan gospel.Pada akhir abad pertengahan perkembangan geografi banyak dipengaruhi oleh bangsa-bangsa di dunia. Bagian barat Wilayah-wilayah baru juga banyak ditemukan pada masa ini. Adapun beberapa tokoh geografi pada masa ini adalah Marcopolo, Bartholomeus Diaz, Vasco Da Gama, Columbus, Amerigo Vespucci dan Copernicus, Ibnu Khaldun.3) Geografi ModernPada masa ini, geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap, dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa, terutama yang ada di Perancis dan Jerman. Adapun beberapa tokoh geografi modern lainnya adalah Immanuel Kant, Alexander Van Humbolt, Karl Ritter, Charles Darwin.4) Geografi Akhir Abad XIXCiri pandangan geografi akhir abad ke 19 adalah terhadap iklim, tumbuhan, hewan serta terhadap bentang alam. Kebanyakan ahli geografi pada periode ini memperdalam geologi pada penelitiannya dan kajiangeografi manusia semakin berkurang. Beberapa tokoh geografi zaman ini adalah Fiederich Ratzel, Ferdinand Von Ritchoften, Hartshorne, Vidal De la Blache, Preston E. James, Frank Debenham.5) Geografi MutkahirPerkembangan geografi saat ini lebih mengarah pada upaya pemecahan masalah yang dihadapi manusia. Geografi tidak bisa lepas dari ilmu lainnya dan sudah menggunakan metode kuantitatif dan peranti komputer dalmpenyelidikannya. Tokohnya antara lain Wrigley, Peter Hagget. DARI PERNYATAAN DIATAS DAPAT DISIMPULKAN BAHWA...... *
A. Sebagai ilmu pengetahuan, geografi berkembang dari masa ke masa, di mana dalam hal ini dikategorikan ke dalam 6 tahap perkembangan. B. Sejarah geografi itu dimulai dari geografi klasik yang berkembang di sekitar abad X– I SM; geografi abad pertengahan dan renaissance; geografi modern; geografi akhir abad XIX dan awal abad XX; dan geografi mutakhir. C. Sejarah geografi itu dimulai dari geografi klasik yang berkembang di sekitar abad VI – I SM; geografi abad pertengahan dan renaissance; geografi modern; geografi akhir abad XIX dan awal abad XX; dan geografi mutakhir. D. Geografi klasik Perkembangan geografi saat ini lebih mengarah pada upaya pemecahan masalah yang dihadapi manusia. |
|
. |
AKM KONSEP GEOGRAFI
AKM KD 3.1 KONSEP GEOGRAFI
Perhatikan pernyataan
berikut tentang KONSEP GEOGRAFI. Pilih Benar atau salah
1. 1. Kota Batam
secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur
pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan perda nomor 2 tahun 2004
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014, terletak antara 0áµ’ 25’
29’ “-1áµ’ 15’ 00” Lintang Utara 103áµ’ 34’35” - 104áµ’ 26’ 04” Bujur Timur.
Pernyataan diatas tentang konsep
Lokasi .
2.
Perhatikan
gambar berikut :
Dari gambar bisa di jelaskan
tentang konsep …………
3.
“Suatu tempat dapat dikatakan dalam keadaan terasing atau
terisolasi kalau tempat itu sukar dijangkau (dengan sarana komunikasi atau
angkutan) dari tempat-tempat lain, meski tempat tersebut relatif tidak jauh
dari tempat-tempat lain ituRintangan medan berupa adanya rangkaian pegunungan
tinggi, hutan lebat, dan rawa-rawa atau gurun pasir yang luas merupakan contoh
penyebab suatu tempat kurang dapat dijangkau dari tempat-tempat lain.Faktor
sosial yang berupa bahasa, adat istiadat serta sikap penduduk yang berlainan
(mencurigai setiap orang asing sebagai musuh) dapat pula menjadikan faktor
penyebab keterjangkauan suatu tempat." Pernyataan diatas adalah contoh
Konsep dari Keterjangkauan
4. 4. Kota yang merupakan bagian dari Provinsi
Kepulauan Riau ini, memiliki luas wilayah daratan seluas 715 km²,
sedangkan luas wilayah keseluruhan mencapai 1.575 km². Kota Batam beriklim
tropis dengan suhu rata-rata 26 sampai 34 derajat celsius. Kota ini memiliki
dataran yang berbukit dan berlembah. Tanahnya berupa tanah merah yang kurang
subur dan cuaca yang sering berubah sehingga untuk dijadikan lahan pertanian
hanya tanaman yang dapat tumbuh tanpa mengikuti musim.
Pernyataan diatas merupakan contoh konsep Morfologi
5. Kawasan Batam memiliki ketinggian
antara 7-160 mdpl, relatif datar dengan variasi berbukit-bukit dengan
ketinggian maksimal mencapai 160 mdpl. Wilayah kota yang memiliki kemiringan
antara 0-3% tersebar dipesisir pantai Teluk Sanimba, Teluk Jodoh, Teluk Tering
dan Teluk Duriangkang, yang sesuai dengan segala jenis aktivitas perkotaan.
Wilayah dengan kemiringan 3-10% hampir tersebar di seluruh Pulau Batam mulai
dari Perbukitan Dangas Pancur di Sekupang dan Tanjung Uncang ke sebelah Timur,
dari Teluk Jodoh sampai Duriangkang dan terus sampai ke pesisir timur sebagian
besar dimanfaatkan untuk kegiatan perkotaan. Lereng dengan kemiringan antara 10-20%
tersebar dibagian tengah Pulau Batam, Rempang, Galang dan Galang Baru. Lereng
dengan kemiringan 20-40% hingga di atas 40% sebaran luasnya membentuk jalur
sempit di punggung bukit yang terpencar sepanjang Bukit Dangas Pancur, Bukit
Senyum dan kawasan perbukitan di Pulau Rempang dan Galang Baru difungsikan
untuk daerah konservasi dan resapan air. Pernyataan
diatas merupakan contoh konsep Morfologi
5. 6. Bentuk permukaan yang beraneka ragam dan jalur transportasi darat berpengaruh terhadap bentuk-bentuk permukiman desa yang ada. Di daerah yang cenderung landai seperti cekungan Wonosari permukiman penduduk cenderung mengumpul, di sepanjang jalur transportasi Jogja-Wonosari permukiman penduduk cenderung memanjang sedangkan di bagian selatan yang merupakan kawasan karst dengan bukit-bukit karst yang banyak membuat dusun-dusun dalam satu desa yang ada terpisah-pisah satu dengan yang lain. PERNYATAAN TSB MERUPAKAN KONSEP POLA.
6. 7. Bervariasinya bentuk permukaan bumi memberikan nilai
manfaat yang
bervariasi pula bagi penduduk, salah satunya adalah pada
kegiatan wisata pantai. Kegiatan wisata pantai di Gunungkidl memberikan nilai
manfaat yang berbeda-beda bagi penduduk. Bagi wisatawan yang datang ke kawasan
pantai maka wilayah tersebut merupakan tempat wisata untuk melepas penat dan
melakukan kegiatan refreshing. Bagi penduduk setempat wisata pantai merupakan
sumber mata pencaharian yang dapat digunakan untuk memenuhi kelangsungan hidup
dan menaikkan taraf hidup. Bagi pemerintah daerah wisata pantai merupakan salah
satu tempat wisata yang memberikan pendapatan asli daerah yang dapat digunakan
untuk kemajuan pembangunan daerah. PERNYATAAN TSB TERMASUK KONSEP NILAI
KEGUNAAN.
|
7. 8. Kondisi Geomorfologi
dan Geologi yang berbeda menyebabkan wilayah di |
|
kabupaten Gunungkidul memiliki perbedaan yang khas dengan
lainnya |
|
(Perbedaan Wilayah). Sebagai contoh pada bagian selatan yang
merupakan |
|
8. 9. Ketersediaan air bersih
di wilayah kabupaten Gunungkidul tersebar |
|
secaratidak merata. Wilayah Gunungkidul bagian barat, tengah dan timur cenderung kecukupan dan tidak bermasalah dengan air bersih karena air tanah cenderung dangkal dan mudah diambil. Bagian utara pada waktu-waktu tertentu ada yang mengalami kesulitan air bersih karena sumber-sumber air mengering. Bagian selatan yang merupakan kawasan karst sering mengalami kekeringan parah dan kekurangan air bersih pada musim kemarau. Hal ini terjadi karena air hujan yang tertampung di telaga selama musim penghujan cepat larut kebawah permukaan tanah karena proses solusinal sehingga air permukaan cenderung habis pada musim kemarau. PERNYATAAN TSB MERUPAKAN KONSEP Keterkaitan Keruangan
9. Salah satu kegiatan pertanian yang tetap mampu berjalan meski di tengah kekeringan pada musim kemarau di kawasan karst Gunungsewu adalah budidaya singkong/ketela pohon. Karena sifatnya yang tidak membutuhkan air banyak maka ketela pohon tetap mampu hidup dan dibudidayakan oleh penduduk di kawasan karst. Hasil budidaya ketela pohon tersebut kemudian diolah menjadi bahan makanan seperti gatot, thiwul, krecek/manggleng, paru, dan berbagai makanan olehan lainnya. Selain itu ketela pohon yang dikeringkan menjadi gaplek juga dapat dijadikan sebagai pencampur makanan ternak. Hasil olahan dan hasil lain dari budidaya ketela pohon itu kemudian dipasarkan ke Wonosari untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduk. Beberapa hasil olahan seperti gatot dan thiwul bahkan menjadi salah satu makanan yang dicari para wisatawan dari luar daerah. PERNYATAAN TSB MERUPAKAN KONSEP INTERAKSI INTERDEPENDENSI.
Selasa, 03 Agustus 2021
4. Potensi dan pengelolaan SD Kelautan
Potensi dan pengelolaan SD Kelautan
Indonesia memiliki luas lautan lebih besar dibandingkan luas daratan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk memajukan maritimnya. Luasnya lautan Indonesia dapat dilihat dari adanya garus pantau di hampir setiap pulau di Indonesia (kurang lebih 81.000 kilometer). Dilansir dari situs Perusahaan Umum Perikanan Indonesia, dengan memiliki luas lautan menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Kejutan ini yang merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia di bidang maritim.
Eksplorasi Potensi Sumber Daya Laut Indonesia menjanjikan potensi komersial yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Namun potensi tersebut akan tak berarti bila kita tidak menyadari betapa pentingnya keterlibatan teknologi untuk mengeksplorasi potensi serta sumber daya tersebut. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 2/3 bagiannya adalah lautan. Lautan di indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 95.000 km persegi. Ditambah lagi dengan luas hamparan terumbu karang sebesar 24,5 juta Ha.1 Selain dari panjang garis pantai dan luas terumbu karang, negeri Indonesia juga masih menyimpan potensi kelautan lainnya. Berikut beberapa potensi lautan Indonesia:
1. Sumber Daya Ikan
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa lautan Indonesia memiliki sumberdaya ikan yang cukup kaya. Hal ini dapat dibuktikan dari luasnya lautan Indonesia dan tingginya eksploitasi ikan di Indonesia. Dengan luas 1,9 juta kilometer persegi, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Tak pelak, laut Nusantara yang membentang dari barat ke timur sepanjang lebih dari 5000 kilometer, memberikan kontribusi besar bagi perikanan dunia. United Nations Development Programme (UNDP) bahkan menyebut perairan Indonesia sebagai habitat bagi 76 persen terumbu karang dan 37 persen ikan karang dunia.
2. Tumbuhan Laut
Selain kelompok hewan yang hidup di laut terdapat pula kelompok tumbuhan yang disebut tumbuhan laut yang juga banyak memiliki nilai gizi dan ekonomi. Salah satu produk produk yang sudah diketahui manfaatnya adalah makro-algae laut yang dikenal dalam dunia perdagangan dengan sebutan rumput laut. Rumput laut atau lebih dikenal dengan sebutan seaweed merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia yaitu sekitar 8,6% dari total biota di laut. Luas wilayah yang menjadi habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia. Potensi rumput laut perlu terus digali, mengingat tingginya keanekaragaman rumput laut di perairan Indonesia.
3. Mineral dan Pertambangan
Laut tidak saja menyediakan bagi manusia sumber makanan dan obat-obatan tetapi juga menyediakan kandungan mineral dan pertambangan di dasar laut. Indonesia merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yang menyebabkan timbulnya gunung berapi yang kaya dengan meneral logam seperti emas, perak, timah, timbal, tembaga, nikel. Dari 60 cekengan minyak dan gas di seluruh wilayah Indonesia, 70 % berada di laut, dan cadangan minyak bumi sebesar 9,1 mineral barel sebagian besera berada di perairan lepas (off share).5 Ini menunjukkan bahwa betapa besarnya potensi kelautan, khususnya minyak, gas bumi dan mineral yang berada di wilayah Indonesia. Menurut data Kementerian (ESDM) Energi dan Sumber Daya Mineral, menyatakan bahwa potensi energi yang dihasilkan dari arus laut di Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Potensi tersebut di antaranya energi laut "Ocean Thermal Energy Conversion" (OTEC) yang merupakan terbesar di dunia.6 Potensi OTEC Indonesia merupakan terbesar di dunia, tersebar di 17 lokasi, dari pantai barat Sumatra, Selatan Jawa, Sulawesi, Maluku Utara, Bali dan Nusa Tenggara, yang diprediksi memiliki sekitar 41 GW. OTEC adalah merupakan bagian dari energi baru terbarukan yang bersumber dari perbedaan temperatur air laut yang mudah ditemukan pada perairan laut tropis. Energi ini akan menghasilkan listrik dan air murni akibat penguapan air laut. Pemanfaatan OTEC akan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar di bidang perikanan karena akan memberikan nutrisi pada biota laut di permukaan laut. Potensi energi panas laut di perairan Indonesia diprediksi menghasilkan daya sekitar 240.000 MW. Indonesia bagian timur memiliki nilai T (perbedaan suhu) lebih besar dari Indonesia bagian barat.
4. Tranportasi dan Perhubungan
Dalam bidang transportasi, posisi laut Indonesia sangat strategis baik untuk kawasan regional maupun dunia. Jumlah kepulauan Indonesia adalah terbesar di dunia, karena memiliki wilayah seluas 7,7 juta Km2, dengan luas lautan 2/3 wilayah Indonesia, dan garis pantai terpanjang ke empat di dunia sepanjang 95.181 km, serta memiliki 17.480 pulau.8 Dengan demikian, jasa transportasi laut (pelayaran) menjadi sebuah potensi ekonomi yang besar, baik bagi Indonesia sendiri dengan konektivitas antarpulau, maupun dengan negara lain.Supaya potensi tersebut nyata, maka salah satu strategi percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional adalah dengan mengedepankan penguatan konektivitas antar pulau, terutama pulau-pulau terluar. Konektivitas ini hanya bisa terwujud apabila transportasi laut di negara kepulauan terus diperankan secara signifikan. Transportasi laut sangat vital peranannya sebagai “Jembatan Nusantara” dan tidak tergantikan oleh transportasi udara dan darat. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan ditinjau dari segi daya saing, pangsa pasar angkutan laut baik antar pulau maupun antar negara masih dikuasai oleh armada niaga berbendera asing. Kemampuan daya angkut armada nasional untuk muatan dalam negeri baru mencapai 54,5 persen dan hanya 4 persen untuk ekspor, selebihnya masih dikuasai oleh armada asing.Namun, persoalan bagi Indonesia tidak sekadar bagaimana mengembangkan angkutan laut yang kompetitif, tetapi juga bagaimana mengembangkan pelabuhan Indonesia agar dapat memenuhi standar internasional. Inilah yang menjadi salah satu penyebab utama kurang kompetitifnya ekonomi Indonesia sebab hampir 70 persen dari ekspor barang dan komoditas Indonesia harus melalui Singapura.
5. Wisata Bahari Laut
Indonesia merupakan salah satu primadona dunia. Inilah pesona alam laut Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa di dunia. Selain dikenal dengan potensi komoditas kelautan dan perikanan yang melimpah, laut Indonesia juga kaya dengan terumbu karang yang cantik serta beragam spesies koral dan ikannya. Tidak heran jika laut Indonesia juga memiliki potensi dalam daya tarik wisata. Itulah sebabnya sejumlah laut Indonesia yang cantik banyak menjadi incaran wisata turis lokal maupun asing. Seperti Taman Laut Bunaken, yakni taman laut yang terletak diujung utara Sulawesi. Taman Laut Bunaken terkenal dengan rumah bagi sekitar 390 spesies koral dan berbagai jenis ikan dan mamalia, seperti hiu, pari, kuda laut, kura-kura, ikan duyung, moluska dan lain sebagainya. Kemudian, Taman Laut Banda yang terletak di Kabupaten Maluku Tengah. Merupakan salah satu taman laut terindah di dunia yang memiliki 310 jenis karang pembentuk terumbu, 871 spesies ikan, serta populasi hiu dan kerapu, termasuk beberapa jenis ikan dan kerang purba yang disuakakan seperti ikan napoleon. Tak hanya itu, dari Sabang sampai Merauke, laut Indonesia memiliki sejumlah keindahan yang mampu menarik perhatian para diver dari mancanegara. Mulai dari Taman Laut Rubiah yang terletak di barat laut Pulau Weh, Aceh, Taman Laut Karimunjawa, Taman Laut Kepulauan Derawan, Taman Laut Kepulauan Togean, Taman Laut Takabonerate, Taman Laut Selat Pantar, Taman laut Wakatobi, hingga Taman Laut Raja Ampat, Papua.
Upaya Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Indonesia yang Optimal
Bila ditelaah, penurunan kualitas sumber daya alam dan lingkungan disebabkan oleh dua faktor yaitu disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan ekonomi (economic requirement) dan gagalnya kebijakan yang diterapkan (policy failure). Peningkatan kebutuhan yang tak terbatas sering membuat tekanan yang besar terhadap lingkungan dan sumber daya yang ada, kebutuhan akan ketersediaan kayu memaksa kita untuk menebang hutan secara berlebihan dan terjadinya illegal logging, kebutuhan transportasi untuk mobilitas dan mendukung laju perekonomian juga sering menimbulkan dampak terhadap kerusakan lingkungan seperti pencemaran udara, dan kejadian di laut di mana akibat kebutuhan ekonomi memaksa nelayan melakukan kegiatan tangkap berlebih (over fishing). Oleh karena itu percepatan pembangunan ekonomi sudah selayaknya di barengi dengan ketersediaan sumber daya dan lingkungan yang lestari.
1. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu amanat dari pertemuan bumi (Earth Summit) yang diselenggarakan tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil. Dalam forum global tersebut, pemahaman tentang perlunya pembangunan berkelanjutan mulai disuarakan dengan memberikan definisi sebagai pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dengan tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Pengelolaan potensi sumber daya laut perlu diarahkan untuk mencapai tujuan pendayagunaan potensi untuk meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan pelaku pembangunan kelautan khususnya, serta untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya kelautan khususnya sumber daya pulih dan kelestarian lingkungan.
2. Pengelolaan Berbasis Masyarakat
Pendekatan pembangunan termasuk dalam konteks sumber daya kelautan, sering kali meniadakan keberadaan organisasi lokal (local organization). Meningkatnya perhatian terhadap berbagai variabel lokal menyebabkan pendekatan pembangunan dan pengelolaan beralih dari sentralisasi ke desentralisasi yang salah satu turunannya adalah konsep otonomi pengelolaan sumber daya kelautan. Dalam konteks ini pula, kemudian konsep CBM (community based management) dan CM (Co-Management) muncul sebagai “policy bodies” bagi semangat ”kebijakan dari bawah” (bottom up policy) yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini diarahkan sesuai dengan tujuan pengelolaan sumber daya kelautan yang dilakukan untuk mencapai kesejahteraan bersama sehingga orientasinya adalah pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat sehingga tidak hanya menjadi objek, melainkan subjek pengelolaan.
3. Pengelolaan Berbasis Teknologi
Salah satu contoh peran masyarakat terdidik yang sudah menjadi konsep matang dalam menangani isu ini adalah penggunaan teknologi informasi berbasis radio atau dinamakan Monitoring Control and Surveillance (MCS). Tekhnologi ini diharapkan memberikan kontribusi dalam pengawasan wilayah laut. Monitoring Control and Surveillance (MCS) merupakan sistem yang telah dipergunakan di banyak negara. Di dunia internasional MCS ini dikelola secara bersama-sama sejak tahun 2001. Organisasi MCS internasional mengkoordinasikan dan menjalin kerjasama diantara anggotanya untuk saling mencegah, menghalangi dan menghapuskan IUU fishing. Indonesia sendiri, telah merintis sistem MCS. Namun, masih bersifat parsial dalam bagian-bagian yang berdiri sendiri-sendiri serta bersifat sektoral.
Kenyataan yang ada adalah minimnya sumberdaya manusia yang konsisten dan konsekuen dengan penggunaan teknologi ini. Padahal kebutuhan kita sebagai negara maritim sudah sangat jelas dalam menjaga semua potensi kelautan yang kita miliki. Kembali melakukan refleksi dan merubah mindset yang ada di masyarakat secepatnya agar kita dapa dengan secepatnya pula menangani persoalan ini adalah salah satu rekomendasi yang disampaikan penusli kepada seluruh pihak.