Senin, 02 Agustus 2021

Contoh fenomena Konsep Aglomerasi

Pernahkah kamu berbelanja di pasar tradisional? Pada saat akan berbelanja suatu keperluan di pasar tradisional begitu masuk ke dalam bangunan pasar pasti kita akan menuju ke area kelompok pedagang yang menjual keperluan yang akan kita kita. Jika baru pertama kali mengunjugi pasar tersebut karena status kita adalah pendatang atau wisatawan maka dengan bantuan petugas sekuriti atau cukup dengan membaca denah pasar yang biasa dipasang di pintu-pintu masuk maka lokasi kelompok pedagang yang kita tuju dengan mudah bisa ditemukan.

Mengapa area pedagang di pasar tradisional dikelompokkan menurut jenis dagangan yang sama? Salah satu tujuan pengelompokan pedagang dengan jenis pedagang yang sama adalah agar pembeli mudah menemukan lokasi barang yang ingin dibeli dan kelompok pedagang tersebut memiliki peluang dagangannya laku dan mendapatkan keuntungan. Sisi sanitasi juga tentu diperhatikan diperhatikan agar pedagang yang dalam proses jual belinya tidak menghasilkan sampah tetap nyaman. Bayangkan jika pedagang tidak dikelompokkan! Misalnya pedagang pakaian bersebelahan dengan pedagang sate, pedagang aksesoris diapit oleh pedagang sayur dan pedagang daging segar.

Pada wilayah yang lebih luas, dalam ilmu Geografi juga terdapat pengelompokan fenomena geosfer yang mirip dengan konsep pengelompokan pedagang di pasar tersebut. Konsep pengelompokan ini disebut dengan Konsep Aglomerasi.


Konsep Aglomerasi adalah konsep yang berkaitan dengan pengelompokan atau konsentrasi suatu fenomena tertentu di suatu kawasan dengan latar belakang adanya unsur-unsur kesamaan yang lebih memberi dampak positif. Aglomerasi dalam ilmu Geografi ini membahas tentang pengelompokan aktivitas manusia di permukaan bumi.

Beberapa contoh fenomena aktivitas manusia yang termasuk dalam konsep aglomerasi antara lain :

1. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman penduduk pada dasarnya telah terbentuk sejak suatu tempat ditinggali oleh manusia. Rumah-rumah penduduk bermunculan dibangun dan membuat wilayah itu menjadi sesak dan padat bertahun-tahun kemudian. Sejalan dengan perkembangan wilayah kemudian pengusaha properti mulai membuat kawasan perumahan yang dijual untuk keperluan hunian penduduk. Kawasan perumahan tersebut dijual sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pembeli sehingga muncul istilah kawasan perumahan sederhana, kawasan perumahan umum, kawasan perumahan kelas menengah hingga kawasan perumahan elit.

Kawasan Elit Pantai Indah Kapuk

Kawasan-kawasan perumahan yang berbeda-beda itu terbentuk karena berbagai kesamaan misalnya kesamaan kepentingan dan kesamaan latarbelakang ekonomi dari setiap penghuninya. Suatu kawasan real estate pasti dihuni oleh penduduk yang memiliki kesamaan latar belakang ekonomi dengan penghasilan tinggi, misalnya pengusaha-pengusaha kaya. Lain halnya kawasan perumahan umum biasanya akan dihuni oleh penduduk dengan latar belakang penghasilan ekonomi menengah ke bawah.

2. Kawasan Industri

Suatu wilayah perkotaan mengalami perkembangan pesat sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi. Kegiatan industri yang mendukung roda ekonomi juga turut berkembang dan muncul bersama dengan pertumbuhan penduduk. Permasalahan muncul manakala pabrik-pabrik mulai didirikan di area yang mendekati pusat kota yang tentu akan menimbulkan permasalahan baru seperti meningkatnya kemacetan dan pencemaran limbah industri. Kehadiran pabrik di area tersebut mengganggu tata ruang kota sehingga beberapa kota besar kemudian mulai membangun kawasan industri dan memusatkan kegiatan-kegiatan industri di kawasan tersebut.

Sebagai contoh Kawasan Industri Cikarang di kabupaten Bekasi menjadi kawasan pemusatan kegiatan 2.125 unit pabrik dari 25 negara di dunia. Kawasan in merupakan kawasan industri terbesar di Asia Tenggara dengan omzet yang besar sekitar 70% untuk kegiatan pasar ekspor. Dengan dipusatkannya kegiatan industri di kawasan ini maka unit-unit pabrik yang ada di dalamnya dapat saling bersaing maupun menjalin kerjasama dalam memasarkan produknya ke konsumen.

3. Kawasan Perkebunan

Kegiatan perkebunan diusahakan di lahan-lahan tertentu dengan jenis tanah dan iklim yang cocok untuk jenis tanaman perkebunan yang akan dibudidayakan. Jika suatu tempat memenuhi persyaratan jenis tanah dan iklim yang cocok maka kemudian akan terbentuklah aglomerasi kawasan perkebunan di tempat tersebut.

Sebagai contoh kawasan perkebunan apel yang terdapat di daerah Batu Malang Jawa Timur. Kawasan perkebunan ini dibudidayakan di lereng gunung Arjuna. Berdasarkan konsep aglomerasi kawasan perkebunan ini terbentuk karena adanya kesamaan iklim dan jenis tanah yang mendukung perkembangan tanaman apel. Hasil perkebunan yang tinggi kemudian memunculkan ide kawasan perkebunan ini tidak hanya kawasan budidaya tetapi juga dikembangkan sebagai kawasan wisata, yaitu wisata petik apel.

4. Kawasan Pertanian

Sama seperti kawasan perkebunan, lahan pertanian juga mensyaratkan jenis tanah dan iklim tertentu untuk menghasilkan produktifitas yang tinggi. Pada suatu daerah yang memiliki jenis tanah dan iklim yang sesuai untuk tanaman tertentu biasanya para petani di daerah tersebut menanam jenis tanaman pertanian yang sama.

Dataran tinggi Dieng yang berada di ketinggian 1500 meter di atas pemukaan laut membuat suhu udara cenderung dingin sehingga cocok untuk kegiatan pertanian aneka sayuran. Berdasarkan konsep aglomerasi kegiatan pertanian di wilayah ini mengelompok di kawasan-kawasan tertentu . Kegiatan pertanian telah berorientasi pada agrobisnis sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal adalah target yang dicapai. Latar belakang kondisi alam dan tujuan yang sama ini membuat wilayah pertanian Dieng dapat dikaji berdasarkan konsep aglomerasi.

0 komentar:

Posting Komentar